Chereads / Reinkarnasi Dengan Sistem BOSS! / Chapter 2 - Stage 1: Diawali menjadi BOSS!

Chapter 2 - Stage 1: Diawali menjadi BOSS!

Pada tahun 20XX — Puncaknya konspirasi global.

Keadaan dunia kini tanpa disadari semakin memprihatinkan.

Populasi umat manusia hampir memenuhi kriteria maksimal keberlangsungan makhluk hidup yang telah ditetapkan. Hal ini membuat ekosistem dunia tidak sanggup lagi menopangnya — perlahan kehidupan manusia mengikis planet ini.

Ilmu pengetahuan mengalami kemajuan pesat, memberikan kedamaian dan kemudahan bagi umat manusia. Namun, pada saat yang bersamaan, membuat mereka semakin malas.

Merebut naluri ambisius alami manusia sebagai makhluk yang berkompetisi, pada akhirnya manusia berhenti berkembang dan berevolusi pada titik terburuknya. Akibatnya banyak orang yang berhenti bertumbuh sebagai individu pelopor dan lebih memilih berjalan di jalur kemudahan.

Sedari awal senjata dan teknologi manusia yang berlebihan merusak vitalitas planet bumi, membuat ibu bumi makin sekarat. Jika bisa berbicara mungkin planet ini akan mengusir umat manusia dengan amarah.

Ini adalah era akhir dunia. Namun, tidak ada orang yang cukup layak menjadi pelopornya untuk menyadari hal tersebut.

Aku — Refal Alfian. Seorang Mahasiswa baru jurusan Teknik Informatika tahun ini.

Kriteria untuk jurusan pilihanku adalah teknik komputasi dan informasi, bisa disebut golongan ilmiah.

Universitas swasta yang tidak terlalu spesial, fokus utamanya ilmu komputerisasi. Dan juga di tempat ini hanya ada jurusan dengan kategori matematika dan komputer. Universitas ini — kerajaannya komputer dan program.

Jika kau tanya aku ingin menjadi apa? Aku bisa jawab dengan tegap, seorang Developer.

Aku masuk kesini hanya mencocokkan dengan keahlian ilmiah dan kompetensi dasar ku. Itu saja, tidak lebih hanya pemikiran seorang penuntut tantangan intelektual. Menjadikan hal itu satu-satunya alasan aku memilih universitas dan jurusan ini.

Namun sebagai tambahan. Alasan lain, aku juga ingin membantu keuangan keluarga yang di tanggung sendirian oleh Ibundaku. Maka akhirnya aku memutuskan untuk masuk swasta dan bekerja shift di salah satu perusahaan industri besar di kota Karawang. Hidup hemat dengan berkuliah di kota tempat kelahiran ku.

Pendidikan wajib berlangsung sampai tingkat SMA sederajat.

Sebenarnya aku cukup sulit dalam beradaptasi dengan jenjang pendidikan Universitas ini.

Apa alasannya?

Pertama dari semuanya, tidak adanya wajib seragam.

Mungkin ada banyak calon mahasiswa yang gembira akan hal itu, tetap bagiku, yang buta terhadap fashion dan mode baru, ini neraka.

Hal ini membuatku merasa cukup sulit berbaur, kasta orang-orang yang tahu bagaimana bersosialisasi mulai terbentuk. Tapi meski begitu bukan berarti aku benar-benar sendiri disini.

Ada mereka para Nerd. Sial, sebenarnya aku hanya ingin berhubungan dengan orang-orang gaul biasa. Terutama dengan wanita cantik, tapi itu mustahil untuk diriku saat ini.

Selanjutnya, sistem pembelajaran.

Di Universitas ini kau perlu membuat jadwal sendiri.

Universitas sama sekali tidak menawarkan jadwal kepadamu.

Singkatnya, kau yang menentukan sendiri mata kuliah apa yang ingin kau hadiri.

Meskipun program wajib ada, bahkan mungkin di jadwal bisa ada 1 hari libur tambahan, tergantung pada pilihannya.

Mata kuliah pilihan yang ku ambil? Nah, aku merasa geli.

Teori bahasa dan Otomata? Machine Learning? Kriptografi? Apakah benar ada Mahasiswa yang ingin menghadiri kelas itu?! Nyatanya banyak, dan mereka golongan sepertiku. Sekarang aku tidak tahu harus senang atau tidak, apa aku tergolong aneh atau hanya penyuka tantangan intelektual?

Dan yang terakhir kelas, tidak ada kelas biasa disini.

Mereka lebih menitikberatkan praktek laboratorium, menguji program try and error.

Tidak ada fakultas lain, ini khusus ilmu kejuruan komputer. Ada sedikit cerita kelam saat aku pertama kali memasuki kelas di hari pertama. Aku bercengkrama dengan seorang wanita tercantik di fakultas.

"Hey, kau memiliki nilai tertinggi tapi kenapa kau masuk swasta? Padahal kukira mungkin kau bisa dapat beasiswa di universitas negeri. Maksudku orang sangat pintar dan hebat sepertimu..."

Aku menjawab dengan kesalahan cukup fatal disini. "Ahahaha, tidak juga. Bukankah penjahat yang otaknya cerdas juga ada banyak, kan?"

Hah?! Kenapa jawaban negatif itu yang keluar dari mulutku?

Wanita itu mencoba melanjutkan dengan gugup.

"Um... Kudengar kau juga bekerja shift setiap hari, mengumpulkan uang untuk membantu keuangan keluargamu sambil berkuliah. Jadi kupikir kau orang yang serius dan baik...."

"Begitukah? Tapi aku rasa orang jahat yang sesungguhnya itu terlihat baik."

Sial, kenapa aku menjawab seperti itu lagi?!

"Ahahaha... begitu...."

". . . ."

Percakapan berakhir disana, suasana canggung menggantung dalam ruangan.

Neraka ku baru saja dimulai setelahnya, apa aku di-bully atau semacamnya? Nah, tentu saja tidak — mereka tidak akan berani. Karena aku cukup ahli dalam bela diri disini.

Setiap kali mata kuliah dimulai, banyak kursi yang lenggang dan sepertinya aku ini telah dimasukkan ke dalam jajaran asing. Para wanita yang menghadiri kelas selalu menghindari bertatapan langsung denganku, menutupi wajah merah mereka dengan tergesa-gesa lalu pergi begitu saja. Aku tidak tahu kesalahan itu bisa berakibat fatal seperti ini.

Para lelaki Nerd juga memandangku dengan permusuhan dan rasa iri. Lah? Kenapa dengan mereka? Apa aku salah sesuatu? Mereka memelototi wajahku diikuti decakan, kenapa dengan wajahku kawan?!

Aku tidak mengerti. Apakah Universitas diciptakan untuk memoles kemampuan komunikasi mu? Jika begitu maka sedikit beri aku tutorial, aku ingin Level up dengan cepat dan mendapatkan pasangan sebisa mungkin. Hari-hari sepi di tempat kuliahku dilewati dengan perasaan kelabu dan gelap.

Karena semua orang terasa memuakkan dan membuatku frustasi pada akhirnya. Lebih baik menutup mulut dan melangkah mengutuk dunia.

Kesendirian menertawakan ku sampai ke titik terdalam.

***

Satu semester berlalu dengan cepat tanpa perkembangan yang berarti. Merupakan hal lumrah, aku mendapatkan total IPK sempurna disini. Dan sekali lagi, sepertinya itu bukanlah hal baik bagiku? Mereka semakin menatapku dengan intens terutama para lelaki Nerd, mereka terlihat menyobek buku mereka. Kenapa malah begitu?!

Untuk para wanita... mereka beberapa kali curi pandang ke arahku. Saling mendorong untuk mencoba berbicara denganku. Setidaknya sapa sesekali, kek!

Orang-orang kini nampak hanya sekumpulan daging bebal di hadapanku. Tak lebih hanya sekedar onggok omong kosong. Biarkan saja, urus diri kalian sendiri. Sorot mata gelapku hanya mencerminkan kebosanan tiada akhir.

Aku tidak tahan terus membahas tempat bagai neraka kesendirian ini lagi.

Seperti biasa aku sendiri lagi disini.

Ketika makan siang di sebuah bangku taman dekat gedung ruangan praktek 1, suara elektronik tiba-tiba menggema membuatku terhenti sejenak.

Huh?

Sumber suara notifikasi itu berasal dari kantong celana jeansku. Biasanya aku selalu menyetel ponselku ke dalam mode getar, kenapa sekarang bisa berbunyi?

Mengabaikan keanehan itu aku menatap layar LCD di depanku.

Sebuah pesan mail muncul di atas layarnya. Aku menggulir layar ponsel untuk sedikit melihat garis besarnya.

Lagi-lagi tulisan yang mencurigakan, ini membuatku muak.

+

Refal Alfian, anda terpilih sebagai relawan ke #800975! Harap untuk mengikuti survey dari kami! Anda punya batas waktu pengisian jadi harap untuk diperhatikan baik-baik....

[Baca selanjutnya]

+

Pesan spam brengsek, bahkan tidak menyertakan sumber terpercaya dan konfirmasi apakah aku mau menerimanya atau tidak? Sejak dari awal pesan ini memaksaku untuk ikut. Tentu saja aku sudah mengantisipasi kemungkinan ini semacam link phising atau sejenisnya. Salah satu jenis penipuan akun via internet.

'Buang-buang waktu!' Dengan acuh aku mengantongi kembali ponselnya.

Meski dibuat geram oleh pesannya aku cukup takjub dengan sang pengirim. Dia mampu membobol keamanan sistem ponselku yang sudah sedikit dimodifikasi. Siapa orangnya... Tidak, kelompok yang mengirimi mail spam mencurigakan ini?

Tidak ingin terus berpacu dengan segala pertanyaan, aku kembali menyantap makan siangku yang tadi sempat tertunda.

'Lupakan, tidak akan ada hal bagus jika terus dipikirkan!' pikirku mengunyah capcay spesial buatan Bunda.

.

.

.

Dan... Aku terlalu percaya diri bahwa ini akan berakhir.

Nyatanya pesan ini terus membayangi kemana pun diriku pergi, suara dering yang harusnya sudah di-mute terus-menerus berbunyi racau.

Saat sedang BAB di toilet umum. *DIING~*

'Oh astaga! apollo-nya masuk lagi!" batinku geram.

Di tengah-tengah penjelasan dosen killer. *DIING~*

"Refal! Matikan ponselmu sekarang juga!" Dia melemparkan kapur padat ke keningku. *Ctak!*

"Akh! Ma-maaf, Pak!"

Saat perjalanan pulang dalam angkot. *DIING~*

Saat makan malam bersama keluarga. *DIING~*

"Wih... pacar ya kak? Akhirnya kakakku yang narsis dan anti-sosial akut punya pacar!" seru Adik perempuanku yang menjengkelkan.

"Refal~ matiin ponselnya, Nak! Terus kamu juga jangan bicara saat makan Resa, gak sopan!" tegur Bundaku.

"Baik, Bun!" jawab kami serentak.

Aku memandang geli ke arah Adikku.

Pesannya masih belum berhenti disana, saat aku tidur pun di malam hari. *DIING~*

Membuat mataku kembali terjaga semalaman.

Pada akhirnya dihari libur spesialku, bahkan pesan spam menjengkelkan ini sama sekali tidak memberikan kelenggangan. *DIING~*

Aku tersulut amarah besar sekarang. "Sialan!! Kalian tidak punya pekerjaan lain atau apa?!"

Aku tahu berteriak seperti ini tidak akan memberikan efek apa-apa, aku juga tahu pesan ini pasti dikirim oleh bot atau semacamnya. Orang tidak mungkin mau mengirim mail konyol seperti ini terus-menerus setiap waktunya. Ini membuatku mulai gila!

Aku memandang ponselku, mengernyitkan alis mulai tidak tahan dengannya.

"Kenapa dengan mereka? data pribadiku bahkan tidak seberharga itu!" hardikku keras.

Kemudian aku mulai menelusuri di internet tentang survey phising seperti ini, dan aku mendapati berita mail spam ini sebagai berita jajaran viral dunia. Banyak orang bernasib sama sepertiku, semuanya diikuti pesan spam bodoh ini.

"Ya ampun... apa-apaan semua ini?! Bahkan sampai forum-forum besar juga membahas omong kosong mail spam? Apa mereka ini kelompok hacker besar atau semacamnya?" gumamku di depan layar ponsel.

Ketika aku mengabaikan pesan itu dan fokus dengan pencarian informasi tentangnya di internet. Mail spam sudah tertumpuk di atas ponselku sampai 1022 pesan belum dibaca, padahal aku sudah menghapus spam yang kemarin tapi ini terus bertambah dengan sendirinya.

"Ck, apa tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah ini diluar sana?" decakku bertanya jengkel.

Pada akhirnya akulah yang harus turun tangan sendiri, akan kulacak hacker brengsek ini!

Aku segera mencolokkan ponselku ke kabel USB komputer lalu memulai meretas jejak sistem di dalamnya, aku tak percaya dengan tingkat kerumitan enkripsi mereka. Mereka bukan main-main, ini sungguh perbuatan seorang profesional. Jika begitu, maka apa tujuan mereka menyebarkan pesan tanpa faedah ini?

Mengikuti sisa-sisa aliran data yang mereka tinggalkan, aku menemukan diriku di dalam sistem asing.

"Oho~ tinggal sedikit lagi! aku akan mendapatkan ekor mereka—"

Pemadaman total! Lampu di kamarku mati mendadak menyisakan ruangan gelap-gulita.

"A-ada apa ini?! Saat aku hampir mendapatkan mereka dan pemadaman listrik tiba-tiba?! Kau pasti bercanda denganku!"

Lalu tiba-tiba aku mendengar suara wanita mekanik ketika jeritanku memenuhi ruangan gelap.

[Peringatan! Sistem mendeteksi relawan survey yang tidak mengikuti protokol yang berlaku! menindak-lanjuti pelanggaran pembobolan sistem!]

Aku mendengus mendengar suara yang tadi seakan seperti mengancam itu.

"Apa ini telepati? Nano Chip?" Aku bertanya-tanya sendiri.

Maaf bila terlalu percaya diri, mungkin karena otakku yang jenius dalam bidang ilmiah, aku tidak mengindahkan keanehan itu dan menyimpulkan bahwa teknologi mutakhir yang berada di belakang ini semua. Aku tidak percaya hal-hal berbau okultis di dunia ini, setidaknya sampai ada orang yang bisa menjelaskan keanehannya kepadaku.

[Relawan nomor #800927 akan dijatuhi penalti dan otomatis akan di terapkan sebagai "Boss"! Serta untuk menghindari kebocoran informasi kepada relawan lain, nomor #800927 akan dikirim terlebih dahulu!]

Huh!? Apa maksudmu relawan? aku tidak pernah sekali pun menyetujui hal bodoh apapun dari orang asing.

Dan juga dikirimkan? Apa yang mereka coba lakukan kepadaku?! Penculikan 'kah?

Kemarilah jika bisa, aku cukup ahli dalam bela diri silat!

[Membuka portal darurat menuju Cosmos!]

Dari ketiadaan tiba-tiba ruang terdistorsi memunculkan retakan cahaya yang dengan cepat menelan salah satu lenganku. Oh, tidak! Ini diluar kemampuan bela diri fisik manusia.

Aku meronta dengan segala tenaga dan usaha yang kupunya agar lolos dari sedotan portal misterius ini, tapi itu percuma, tanganku bahkan tidak bergeming dari tempatnya. Justru sebaliknya, aku semakin masuk lebih dalam.

Ah... Ini gawat! Tidak ada harapan. Dan begitulah, saat aku pasrah terlumat masuk ke dalam retakan portal. Tubuhku tercerai-berai dan kehilangan kesadarannya.

[Relawan #800927 berhasil memasuki sistem Cosmos!]

Berikutnya ruangan kembali menyala, tetapi ada yang berbeda disini. Tidak adanya sosok diriku yang mengisi ruangan kamar.

Lalu, sebulan kemudian setelah orang pertama terserap ke dalam portal, alias diriku yang menjadi orang sial pertama. Semua orang yang mendapatkan mail itu juga ikut lenyap dari muka bumi. Mungkin hampir 50%-nya yang hilang, tapi meski begitu dunia kembali berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan lebih baik lagi, dunia kembali damai.

Seolah-olah genosida telah dilakukan demi menjaga kelestarian planet Bumi.

Dan kami semua sisanya dilupakan dari muka bumi. Apokaliptik yang hanya menimpa orang-orang yang menjadi relawan secara paksa. Mana ada relawan dipaksa!?

Keberadaan kami dihapuskan dari Bumi.

✙✙✙