Love hampir saja limbung. Liam langsung merengkuhnya. "My Lovely, hati-hati."
Jijik bersentuhan dengan Liam. Langsung mendorongnya kuat lalu menamparnya keras sampai wajah Liam terlempar ke samping.
"Kurang ajar." Balik menampar keras pipi Love sampai jemari kekar menghiasi pipi sebelah kiri.
Merly duduk santai di kursi usang sembari memainkan jemari lentik. "Aku bosan mendengarkan pertikaian kalian. Sebaiknya, langsung saja kau kirim jalang kecil ini ke neraka."
"No, no, no. Bukan di neraka, tapi Lovely-ku ini." Merengkuah kuat pinggang ramping. "Akan kukirim ke surga, bersamaku."
"Lepaskan aku, Liam!"
Tersenyum lebar tepat di depan wajah memperlihatkan deretan gigi-gigi putihnya. Love merasa mau muntah.
Merly mendekat lalu mencengkeram kuat rahang ramping. "Kuucapkan selamat menempati singgasanamu yang sangat megah ini Tuan Puteri, dan Pangeran Marcell akan menghabiskan masa tuanya denganku." Menoleh pada Liam. "Bukan begitu, darling?"