Namun, Love tak bisa tidur. Teriakan Liam terdengar membisingkan telinga. Lelaki itu semakin murka hingga tak terkendali. Ingin rasanya menemuinya, akan tetapi dihentikan oleh sepasang tangan kekar. "Abaikan saja dia. Jika dia sampai melakukan kekejaman pada, Nimar. Aku akan segera menyeretnya ke penjara."
--
Liam bukan laki-laki bodoh. Di kerahkannya anak buahnya untuk mencari tahu di mana keberadaan Lovely dan apa saja yang sudah dilakukannya. Bukan tanpa alasan mengerahkan anak buahnya. Karena seharusnya, Love sedang berada di apartement meratapi keburukan yang baru saja di terimanya.
"Aku sanagt yakin video yang kukirimkan cukup membuatnya terpuruk. Tapi ini … ah, sial." Memukulkan tangannya pada setir mobil dengan tatapan lurus ke depan sana.
Liam sangat yakin pasti Marcell yang sudah membawa kabur tunangannya. "Tetapi, bagaimana itu mungkin? Love, sangat mempercayaiku dan membenci lelaki tidak tahu diri itu."