"Jika ketakutanmu ini karena kondisiku maka, ketahuilah satu hal bahwa kekasihmu ini lelaki kuat. Luka-luka ini tidak berarti apa-apa untukku, baby. Please, jangan kau teteskan lagi air mata. Aku tidak sanggup melihatnya." Mengecup lembut kening, kedua mata, hidung dan ketika beralih ke bibir, Marcell sengaja menjauhkan wajahnya sejenak. Ditatapnya wajah cantik dengan penuh tanda tanya seolah berkata. Apakah aku boleh menciummu, baby?
--
Tidak peduli di tempat mana mereka berada saat ini. Sejoli ini pun masih saja saling mencecap, melumat, hingga bertukar saliva. Jujur, bibir Marcell berbeda jauh dengan Austin. Marcell lebih terasa lembut menggambarkan cinta yang sangat besar tetapi, Austin. Ciumannya menggebu penuh hasrat.
Seolah tak pernah puas, sebelah tangan kekar menekan tengkuk untuk memperdalam ciuman. Sementara tangan Lovely meremas mesra rambut Marcell.
"Rasanya aku tidak mau menyudahi ciuman kita ini, baby." Ucapnya di sela-sela ciuman.