Satu hal yang terpatri jelas di dalam benak Lovely bahwa Austin sudah melenyapkan kekasih nya itu. Hancur, itulah yang Love rasakan mengiringi tubuh ramping luruh ke lantai. Beruntung, sebelum mencium dinginnya lantai apartement, ada sepasang tangan kekar yang bergegas menopang. "Love, awas!"
--
Lovely bergegas menolehkan wajahnya. "Marcell … " seketika itu juga menjeda kalimat ketika yang menopangnya ini bukanlah Marcell melainkan Lucas. Dengan segera melepaskan diri. "Lucas, apa yang kau lakukan di sini?"
"Seharusnya pertanyaanmu itulah yang aku tujukan padamu, Love." Terdengar dengan sangat jelas bahwa nada suaranya sarat akan emosi. Sementara Lovely memilih untuk diam dengan menundukkan wajah. Lucas langsung mengumpat kesal. "Dasar perempuan." Lirihnya sehingga Lovely tidak mendengar apa yang baru saja dia katakan.