"Hm, idemu boleh juga, c-mon." Mengulurkan tangan yang langsung disambut hangat jemari lentik. Bak sepasang remaja yang sedang kasmaran. Sejoli ini pun memadu kasih dengan di iringi nada-nada cinta yang mengalun merdu.
--
"Lebih baik aku hubungi saja, Marcell." Sial, panggilannya tak juga di angkat. Tidak mau menyerah, sekali lagi mencoba kembali. "Please, Cell, angkat."
Hembusan nafas berat mengiringi deru nafasnya sembari mengusap rambutnya. Seketika itu juga teringat kembali dengan perkataan Austin bahwa kekasihnya itu sudah mati. "No, no, no." Lirihnya. Tubuh Lovely lemas hingga luruh menyatu dengan dinginnya lantai. "Aku harus menyelamatkan, Marcell, harus!"
Sial, penjagaannya semakin di perketat. Di depan kamar telah di jaga oleh 2 bodyguard. Lovely yang sangat muak langsung mengusir 2 lelaki bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam itu.
"Maafkan kami, Nona. Kami di perintahkan secara langsung oleh Tuan untuk memastikan Anda tetap berada di dalam kamar."