Sarah masih saja disergap rasa tak percaya. Baginya itu mustahil. "Ah, masa iya itu tadi Om nya, Love? Dari wajahnya terlihat masih muda. Oh My God, beruntungnya kau Love, memiliki Om tampan dan keren seperti itu. Uh, aku juga mau jadi keponakannya. Eits, bukan keponakan tetapi, pacar." Lirih Sarah sembari mengukir senyum penuh minat.
--
Lovely terlihat mengusap-usap pergelangan tangan yang masih terasa nyeri akibat diseret secara paksa. Tentu saja hal itu memantik minat Austin sehingga melemparinya dengan lirikan sekilas sembari mengemudikan mobil berkecepatan tinggi. "Apakah masih terasa sakit?"
Lovely tersenyum sinis. "Pertanyaan bodoh."
"Aku sedang bertanya, JAWAB!"
Manik seindah deburan ombak di laut lepas bergelombang dahsyat. "Haruskah kau tanyakan pertanyaan yang sama sekali tidak penting seperti itu, hah?" Bentaknya dengan suara meninggi hingga suara bentakannya terdengar memekakkan telinga.
"Tinggal jawab saja apa susahnya, huh?"