Darren menambahkan. "Anggap saja ini sebagai karma atas perlakuan mu selama ini yang sudah seringkali mematahkan hati banyak wanita."
--
"Sayang, tidak seharusnya kau berbicara seperti itu. Tuh, kan Austin langsung pergi."
"Biarkan saja, baby. Biar dia belajar satu hal bahwa wanita diciptakan bukan untuk disakiti melainkan menduduki tahta tertinggi yaitu dicintai."
Flower terenyuh dengan kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran. Seketika itu juga matanya memanas, tidak mau apabila air mata itu mencuat keluar hingga membasahi pipi putih mulus, ia pun berulang kali mengerjap. Sial, air mata tetap saja memaksa keluar dengan lancangnya.
Jemari kekar terulur mengusap bulir-bulir air mata dengan ibu jari. "Baby, berapa kali harus ku katakan, jangan pernah lagi meneteskan air mata untuk alasan apa pun itu. Ingat, baby untuk alasan apa pun itu." Penuh penekanan di akhir kalimat.
"Ini air mata bahagia, sayang."