Rasa kesal yang tadinya membumbung tinggi tergantikan seulas senyum bahagia. "Ya, itu benar. Tuhan memang tidak pernah salah menghadirkanmu untuk melengkapi hidupku, baby. Aku benar-benar merasa sempurna dengan adanya dirimu dan juga Putri kita di dalam hidupku."
--
Rasa rindu bergulung-gulung memaksa Darren mempercepat proses mandinya. "Uh, Dad sudah tidak sabar untuk memanjakan kedua tangan ini dengan kelembutan kulit mu yang selembut sutra serta memanjakan mata dengan senyumanmu yang sangat indah itu, Baby Love."
Sayangnya, Darren harus merelakan keinginannya itu ketika dimanjakan dengan putri tercinta yang sedang terlelap di dalam tidurnya.
Darren tak juga mendekat, dia masih saja berdiri mematung di ambang pintu dengan menguncikan tatapannya pada sang istri yang sedang memeluk erat putri tercinta.
"Seharusnya Dad pulang lebih awal dan bisa bercengkrama dengan mu, Baby Love." Beriringan dengan langkah kaki mendekati sisi ranjang kemudian mendudukkan bokongnya di sana.