Sang wanita yang tidak lain adalah Flower Carnabel langsung membungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangan. "Oh My God, mimpi apa aku semalam?"
--
Flower Carnabel, tampak kesusahan dalam menangani seorang Darren Ewald Gilbert. Lelaki tampan tersebut terus saja memberontak dibawa masuk ke dalam kamar.
Desah lelah tampak mengiringi deru nafas Flower. Bersamaan dengan itu dia pun memberi perintah kepada sang security supaya segera meninggalkan apartement nya.
"Tetapi bagaimana dengan Mr. Gilbert, Miss?"
"Tidak perlu hiraukan, Mr. Gilbert. Setelah sadar saya akan memintanya untuk segera pindah ke kamar."
"Mr. Gilbert, mabuk berat dan lantai ini sangat dingin. Bisa saya pastikan bahwa sampai besok pagi Mr. Gilbert baru akan sadar. Jika Anda ijinkan bagaimana kalau saya meminta rekan saya ke atas supaya bisa memindahkan tubuh Mr. Gilbert ke dalam kamar."
Seketika itu juga manik hazel tampak memutar seolah sedang berfikir keras. Jujur, Flower merasa tak tega melihat sang billionaire tiduran di lantai dalam kondisi mabuk. Terlebih untuk saat ini London sedang diterpa musim dingin. Bisa Flower pastikan bahwa sang billionaire akan menggigil kedinginan.
Akhirnya, dia pun menyetujui ide dari security tersebut. "Huh, kau telah membuat kamar ku yang steril ini telah diperawani oleh 3 lelaki sekaligus." Kesalnya entah pada siapa karena nyatanya Darren sedang mabuk berat. Sementara itu, sang security tampak memanggil rekan sesamanya.
Sementara menunggu, Flower tampak mendudukkan bokongnya pada sofa panjang sembari berkirim pesan kepada Karyl selaku managernya.
~•*•~
Ruang pesan:
Karyl:
Kau tidak salah melihat kan? Aku tahu bahwa selama ini kau sangat mengidolakan sang billionaire. Ingat ya, Flow. Tidak semua lelaki tampan yang kau lihat itu adalah sang billionaire – Mr. Darren Ewald Gilbert – yang selama ini kau gilai.
Flower:
Kau fikir aku sedang berhalusinasi, hah? Kalau kau tidak percaya lebih baik kau pastikan sendiri dengan datang ke apartement ku sekarang juga!
Karyl:
Dari pada meladeni kegilaan mu. Lebih baik aku memanjakan tubuhku ini dengan ranjangku yang empuk. Dasar payah!
Flower:
Kau bilang aku payah, hah? Ku pastikan bahwa kau akan mwnyesal, Ms. Karyl!
Karyl:
Terserah, yang jelas aku akan melanjutkan tidurku. Kau lanjutkan saja kegilaan mu itu sendiri, Ms. Flower Carnabel!
~•*•~
Tak ayal Flower dibuat sangat kesal atas tanggapan manager nya yang sudah dia anggap lebih dari saudara sendiri.
"Kau boleh saja tidak percaya. Sekarang lihat ini!" Kesalnya, bersamaan dengan itu dia pun mengambil foto Darren kemudian mengirimkannya ke ponsel Karyl.
Tak ayal Karyl pun dibuat tersentak sehingga langsung menegakkan duduknya. "Oh My God, jadi benar bahwa Mr. Gilbert ada di apartement, Flow. Ini tidak bisa dipercaya." Lirihnya. Setelah itu tubuhnya lemas hingga menyatu kembali dengan ranjang. "Uh, Tuan ku Gilbert seharusnya kau di sini bersamaku. Tapi, kenapa malah di apartement nya, Flow. Ini tidak adil." Memukul - mukulkan tangannya pada ranjang.
"Aku sangat yakin bahwa saat ini kau sedang menikmati kemenangan mu, Ms. Flow." Bersamaan dengan itu dia pun tampak berkirim pesan.
Bibir flower tak henti - hentinya mengulum senyum geli membaca pesan dari Karyl. Bersamaan dengan itu terdengar bel apartement yang dia yakini para security. Tanpa mengintip terlebih dahulu melalui interkam, dia pun langsung membukanya. "Masuk!" Memberi ruang pada 2 orang tersebut untuk memasuki ruangannya.
Saat ini pun Darren telah dipindahkan ke dalam kamar. Sementara itu, Flower sendiri tampak mengekori dari belakang.
"Baringkan saja disebelah sana." Perintahnya.
Setelah memastikan Darren tidur dengan nyaman. Kedua lelaki tersebut langsung berpamitan. "Baik, Ms. Flow kalau begitu kami permisi." Yang dijawab dengan deheman.
Ditatapnya wajah tampan yang semakin mempesona ketika sedang memejam rapat. "Benar – benar tampan. Bahkan ketampanan mu ini menyaingi ketampanan Dewa Yunani. Oh, Tuan ku Gilbert kau membuatku rela menatap mu seumur hidupku." Lirihnya dengan menatap Darren hingga tak berkedip.
Entah sudah berapa lama dalam posisi seperti itu. Yang jelas manik hazel tak akan pernah bosan bermanjakan wajah tampan sang billionaire.
"Tak heran jika kau sangat digilai para kaum hawa, Sir. Ketampanan mu benar – benar memikat. Bahkan aku pun rela bertukar nyawa demi bisa bersama sang billionaire seperti mu." Lirihnya berpadukan dengan tatapan penuh pemujaan.
Tak banyak yang Flower lakukan selain memanjakan mata hingga manik hazel nya pun dibuat tak berkedip hingga beberapa saat.
Jemarinya tampak terulur hendak mengusap rahang kokoh, akan tetapi gerakannya tertangguhkan. Bagaimana pun juga Flower tidak mau dianggap sebagai wanita rendahan yang dengan sengaja memanfaatkan keadaan.
Akhirnya dia pun memutuskan beranjak dari sisi ranjang. Namun, sebelum pergi ditatapnya wajah tampan dengan tatapan dalam dan lama. "Good night, Mr. Gilbert. Have a good rest. I hope you have a sweet dream tonight." And of course sweet dreams with me, Flower Carnabel. Lanjutnya dalam hati sembari menggigit ujung bibirnya.
Saat ini pun Flower tampak mendudukkan bokongnya pada sofa panjang sembari memanjakan mata dengan acara televisi. Sayangnya, tidak ada satu pun acara yang mampu menarik perhatiannya.
Bosan, itulah satu kata yang menggambarkan bagaimana perasaan Flower saat ini. Ingin rasanya masuk kembali ke dalam kamar, akan tetapi seorang Flower tidak mau lepas kendali dibawah kuasa angin malam yang tampak menusuk tulang.
Dihembuskannya nafas perlahan. Bersamaan dengan itu mulai membaringkan tubuhnya. Kedua matanya tampak memejam. Namun, sedetik kemudian krmbali terbuka sempurna ketika teringat akan lelaki asing yang kini tidur di atas ranjangnya.
"Dia kan mabuk dan pria mabuk bisa berbuat hal - hal diluar akal sehat. Aku tidak mau menjadi korban ke tidakwarasannya. Aku tidak mau kehormatan yang ku jaga selama ini sampai terenggut oleh pria mabuk, sekali pun pria tersebut adalah sang billionaire. Tidak, aku tidak mau melemparkan kotoran pada keluargaku." Lirihnya, bersamaan dengan itu dia pun menegakkan duduknya.
Berulang kali dihembuskannya nafas berat yang dia buang secara perlahan. Berulang kali juga seorang Flower Carnabel mengintip ke dalam kamar. "Dia masih tidur." Lirihnya sembari menutup kembali pintunya.
"Huh, keberadaan sang billionaire di sini sudah mengganggu waktu tidurku. Tampan sih tampan tapi, kalau aku harus terjaga selama semalam suntuk, ini namanya malapetaka. Besok kan ada pemotretan. Kalau mataku berubah seperti Panda bagaimana? Huh, pasti Karyl akan langsung menceramahiku."
Desah lelah tampak mengiringi deru nafas Flower, dan bersamaan dengan itu dia pun tampak membanting bokongnya pada sofa panjang.
"Kalau sampai Mr. Obsen marah - marah karena hasil pemotretanku kurang bagus maka, orang pertama yang harus dipersalahkan atas ini semua adalah kau, Mr. Gilbert." Kesalnya berpadukan dengan lirikan tajam yang dia lemparkan ke arah pintu kamar yang telah menutup rapat.
🍁🍁🍁
Next chapter ...