"Saya ingin memberitahu secara langsung kepada Mr. Gilbert, bahwa Love di culik."
Kenzie tersentak. "Di culik?"
--
Marcell menunggu di ruangan Kenzie, karena saat ini Darren masih meeting dengan Borneo.
"Ceritakan pada saya, bagaimana Nona Love, bisa di culik dan siapa yang menculik?" Tanyanya, memasang wajah serius.
"Austin."
Kenzie tersentak. Namun, tak berselang lama tertawa terbahak-bahak. "Dengarkan saya … siapa namamu?"
"Marcell."
Kenzie mendekatkan wajahnya, sorot mata menggeliat tajam. "Ketahuilah satu hal. Austin ... paman nya, Love. Jadi, dia tidak menculik, akan tetapi Love, tinggal di mansion nya."
"Itu yang Anda pikirkan?" Sinis Marcell.
"Kau ini lucu sekali, Anak Muda."
Manik perak berubah tajam. "Anda tidak tahu saja bahwa … " kalimatnya terjeda oleh suara pintu terbuka. Tatapan mata langsung di manjakan pemilik rahang tegas, sorot mata tajam, dan … wajah dingin. Ya, dia lah orang yang Marcell tunggu-tunggu, Darren Ewald Gilbert.