Ibu Rangga melangkah mendekati Sila, jelas Sila terdiam di tempatnya, ia sempat berpikir bahwa ini kemarahan ibu Rangga selesai, jadi Sila merasa sediki lega. Ibu Rangga menghentikan langkahnya di depan Sila, Sila semakin dibuat gugup oleh itu, perasaan lega tadi seketika menghilang.
Belum sempat Sila akan menyapa ibu Rangga, sebuah tamparan mendarat di pipi kiri dan kanannya secara begantian. Sila merasakan panas di ke dua pipinya, namun ketika ia hendak berbicara, Ibu Rangga menjauhinya. Ibu Rangga seakan menjauhi Sila, ia tidak ingin lagi bertemu dengan sila.
Sila melangkahkan kakinya mengejar Ibu Rangga dan berlutut di hadapan ibu Rangga. Sila harus menyatakan niatnya, tidak peduli sebagaimana ia ditolak, Sila pikir ini sudah menjadi resiko yang harus ia terima dari perbuatannya itu.