Red Hustle: Revenge of The Dark-Hearted

🇮🇩Aldwight_77
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 28.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

"Sudah dapat kopernya?"

"Sudah…"

"Bagus… Seperti tadi...Selesaikan tugasmu seperti yang telah kuinstruksikan."

Pip!

Panggilan selesai.

Klien yang sangat aneh dan misterius. Hampir setelah instruksi dari nota yang dia berikan kemarin pasti dia akan menelepon. Memangnya koper hitam ini apa isinya? Lalu kenapa harus diambil di perpustakaan kota? Sudahlah… Menjadi kurir memanglah rumit.

Pikir sang kurir dalam keraguannya.

Sang kurir langsung pergi keluar dari perpustakaan kota dengan membawa koper hitam berukuran sedang yang baru saja ia terima dari laki-laki berpenampilan aneh. Koper itu lumayan berat. Sang kurir tidak diberi tahu apa isinya, dia hanya diberi nomor telepon klien yang membutuhkan pengiriman privat dan sangat special oleh bos-nya.

Tempat dirinya bekerja sendiri merupakan perusahaan logistic yang sangat ternama di Ouro. Albatross Express. Ouro sendiri merupakan sebuah negara kecil di sebelah barat yang memiliki lima provinsi diantaranya adalah ibukota sekaligus provinsi dimana sang kurir bekerja, Dockstown. Dockstown menjadi pusat ekonomi dan jantung negara Ouro. Di bagian selatan Dockstown terdapat pelabuhan besar bernama Rick Mendoza Harbor yang mana sebagian besar proses ekspor-impor terjadi. Dengan pelabuhan besar seperti itu, maka tidak heran jutaan kapal barang berlabuh di sana. Pada 3 bulan yang lalu pemerintah Ouro mencetuskan bahwa status negara Ouro telah diubah dari negara berkembang menjadi negara maju. Perubahan status ini menimbulkan pro dan kontra di antara masyarakat terutama kalangan menengah ke bawah. Ouro masih dibilang negara yang masih muda dan ekonomi serta politik di dalamnya seringkali tidak stabil, namun tetap saja pemerintah mencetuskan perubahan status tersebut.

Sang kurir kembali memikirkan apa yang terjadi baru-baru ini terjadi pada negara tempat tinggalnya. Namun segera ia singkirkan pikiran itu dan berfokus pada paket kirimannya. Dia merogoh saku kanan celana jeans-nya yang baru saja ia beli di bazar taman kota minggu lalu dan mengeluarkan secarik kertas Post-it bewarna kuning. Disitu tertulis;

'Gunakan pakaian biasa, jangan gunakan seragam kantor

Jangan gunakan kendaraan apapun.

Harus pukul 09:30.

Pergi ke lorong tangga darurat perpustakaan kota, bertemu seseorang berpostur tinggi.

'a cor da força?'

Pergi lewat tempat ramai.

Avalanche.st 7761.'

Itu merupakan isi dari nota yang ia tulis kemarin saat menelepon klien pemilik paket koper yang ia bawa sekarang. Perbincangannya dengan klien yang tidak mau disebutkan namanya tersebut hanya berlangsung selama 5 menit. Semuanya langsung to the point. Ini terlalu spesifik, walau'pun itu artinya ia tidak perlu susah-susah mencari orang ini tetapi seluruh instruksinya terdengar ia sudah tahu apa yang akan terjadi. Pikir sang kurir.

Ia sudah berangkat 30 menit sebelum waktu yang ditentukan. Kebetulan dari apartemennya ke perpustakaan kota hanya berjarak 15 menit sehingga ia dapat beristirahat sambil mencari tempat dan orang yang dimaksud. Tidak lupa ia mengirim pesan kepada seorang partner dekatnya sesama kurir, untuk menceritakan keganjalan yang terjadi.

'Kupikir-pikir tempat pengambilan paket ini aneh…'.

'Kenapa?' Balas partner-nya yang baru membalas beberapa menit kemudian.

'Terlalu spesifik, tempat terlalu sepi, menggunakan kode rahasia aneh, bahkan aku tidak boleh naik kendaraan apapun'.

'Kamu yakin itu bukan obat-obatan terlarang atau lainnya?'.

Ada keheningan sejenak. Sang kurir ingat bahwa bos-nya dan pimpinan perusahaan logistic itu sangat menghidari pengiriman barang-barang terlarang karena takut berurusan dengan pihak berwajib yang berakibat rusaknya reputasi perusahaan. Bahkan ketika bos-nya memberi tahu akan kiriman ini kepadanya, ia sudah memastikan bahwa itu bukan barang yang terlarang.

'Sudah saya pastikan isinya walaupun rahasia. Itu bukan barang yang terlarang.' Ujar bos-nya kemarin setelah memberikan nomor telepon milik sang klien misterius. 'Kamu seharusnya bangga saya percayakan jasa pengiriman special ini kepadamu.' Tambah Bos-nya lagi untuk menyemangatinya.

'Bukan…..Bos bilang ini bukan barang seperti itu'. Balas sang kurir. 'Satu lagi yang membuatnya aneh…'

'Apa?'

'Alamat pengirimannya ini berada di Shovel.'

'Shovel….. pengiriman special dari orang yang tinggal di Shovel?!'

Tiba-tiba Konsentrasi sang kurir terpecahkan dari chat-nya ketika matanya tidak sengaja menangkap sosok seorang pria berpostur tinggi dan bertopeng sedang berdiri menatapnya di ujung lorong tempat ia berdiri. Ia mendekati pria tersebut dan menyebut sepasang kalimat yang tertulis pada kertas post-it warna kuning yang dipegangnya.

"a cor da força?" Sebut sang kurir ragu.

Terjadi keheningan sejenak. Dahi sang kurir mulai berkeringat merasakan atmosfir aneh tempat tersebut beserta aura misterius dari pria yang ada di hadapannya.

"a cor da força" Sebut lagi pria tinggi bertopeng itu sambil memberikan koper dari balik mantelnya. Inilah pria berpostur tinggi yang disebutkan dalam telepon si klien misterius kemarin. Ucapnya dalam hati. Pria ini bisa dihitung-hitung memiliki tinggi dua meteran, memakai mantel Panjang bewarna coklat namun anehnya, ia memakai topeng. Topeng itu rasanya pernah ia lihat di sebuah film namun ia tidak dapat mengingatnya. Topeng itu menutupi seluruh wajahnya namun menanyakan apa yang terjadi dibalik topeng itu bukanlah salah satu tugasnya kali ini.

Sang kurir'pun menerimanya. Koper itu berukuran kecil dan terdengar berongga sedikit namun isinya lumayan berat.

"Teruslah kau berjalan dan jangan menengok ke belakang di sepanjang perjalananmu. Selamat tinggal". Pria tinggi itu kemudian melengos pergi menuju ruangan utama perpustakaan utama lenyap dari balik sudut persimpangan.

Sang kurir sudah mengingat kembali apa yang terjadi kurang lebih lima menit yang lalu dan panggilan sang klien misterius setelah penerimaan koper. Apa ada sesuatu yang janggal dari semua ini? Kliennya menelpon tepat ia baru turun dari gedung apartemen lima lantai-nya hanya untuk memastikan bahwa ia sudah bersiap, lalu juga saat berada tepat di halaman perpustakaan kota untuk memastikan bahwa lokasi sang kurir berada sudah benar. Namun, setelah ia keluar dari perpustakaan dan akan memasuki area Shovel tidak terdapat satu'pun telepon dari klien-nya. Apa ini berarti sisanya tergantung padaku? Mungkin ia sudah lelah untuk memastikan paket anehnya ini dan berhenti menelpon setelah mengetahui semuanya baik-baik saja. Pikir sang kurir dalam hati.

Dia'pun memeriksa ponsel pintarnya untuk melihat arah dari tempat dia berdiri menuju alamat yang kliennya berikan. Avalanche.st 7761. Tidak jauh. Tidak pula dekat. Jaraknya hanya sekitar tiga setengah kilometer dari tempat ia berdiri sekarang. Segera ia bergegas mempercepat langkahnya.

Tiga setengah kilometer bukanlah jarak yang jauh baginya. Dulu ketika ia masih SMA ia masuk klub sepak bola, jadi sebuah jarak tempuh tiga setengah kilometer bukanlah sebuah beban berarti. Sang kurir tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi sehingga ia terpaksa langsung bekerja menjadi kurir. Dia sebenarnya bukanlah orang asli Dockstown melainkan dari daerah provinsi bagian utara Ouro, Espardica. Ayahnya sudah lama meniggal ketika ia masih berada di bangku sekolah dasar, dan ibunya hanyalah seorang petani di kebun buah. Ada pertengkaran sedikit diantara mereka sehingga sang kurir memutuskan untuk pindah ke Dockstown. Sebuah pertengkaran antara ibu dan anak yang biasa terjadi. Ia merasa harus pergi ke Dockstown untuk mencari pekerjaan demi menafkahi keluarganya yang berada di Espardica karena kedua adik perempuannya sudah akan masuk ke sekolah menengah dan ibunya mulai sakit-sakitan. Walau ibu sang kurir tidak setuju atas kepergiannya, namun realitanya uang yang setiap bulan sang kurir kirimkan telah sangat membantu membiayai pendidikan adik-adik-nya. Menjadi seorang kurir sangat sulit untuk memiliki waktu libur atau luang sehingga ia menjadi sangat jarang bertemu ibu-nya, palingan ia menelpon ibu-nya paling setidaknya seminggu sekali. Kini sudah 4 tahun ia bekerja disana dan bos-nya sangat mempercayainya. Bos-nya lah yang selama ini menjadi penyelamatnya selama 4 tahun. Dia yang memberikan pekerjaan saat ia sudah frustasi untuk mencari kerja di kota super sibuk, Dockstown. Kini dia tidak boleh mengecewakan siapapun.

Ayo semangat!!!

Memori dan kalimat tersebut terus ia ulang-ulang dalam kepalanya ketika sedang bekerja. Dengan begitu ia tidak akan menjadi sembrono dan bermalas-malasan. Dia selalu membayangkan wajah kedua adik perempuannya dan wajah ibunya di Espardica. Membayangkan wajah bahagia mereka jika ia telah berhasil menyejahterakan mereka saja sudah sangat menambah semangat bekerja sang kurir.

Tidak terasa sudah 30 menit ia sudah berjalan membawa koper hitam berukuran sedang itu. Ia sudah biasa mengantarkan kiriman ke apartemen-apartemen secara langsung maupun lewat penjaganya namun entah kenapa di Shovel ada sesuatu yang berbeda. Berdasarkan arah dan estimasi waktu navigasi ponselnya seharusnya ia sudah sampai. Ia melihat sekeliling mencari tanda-tanda bahwa tempat ia berdiri adalah Avalanche.st. Tiba-tiba ponsel-nya berkata lain.

'Calculating new route'

"Oh.. yang benar saja, teknologi!"

Sang kurir akhirnya kembali mengikuti arahan navigator ponselnya. Ia memang sudah terbiasa mengantarkan barang di Dockstown, bahkan sudah hapal dengan wilayah-wilayah pemukiman Dockstown yang utama. Namun distrik dimana Avalanche.st berada berbeda. Distrik tersebut bernama Shovel. Distrik yang kumuh dengan gedung-gedung apartemen yang kotor nan menjulang. Shovel di bangun dalam tujuan untuk menawarkan tempat tinggal yang layak dan murah namun kenyataannya Shovel lebih mirip distrik yang terbengkalai dari segala aspek pembangunan. Karena sang kurir lebih sering mengantarkan paket ke distrik-distrik yang lebih makmur seperti Redmond dan Eclipse, ia menjadi sangat merasa asing ketika berada di Shovel. Keduanya merupakan distrik pusat industri dan tempat tinggal orang-orang yang berkecukupan menengah keatas. Dan paket special untuk seseorang yang tinggal di Shovel menjadi sangat aneh.

Shovel adalah cerita yang berbeda. Jarang sekali ada kiriman yang datang kesana, mau pengiriman regular sekali'pun, karena distrik ini berisi orang-orang menengah kebawah dan orang-orang miskin. Distrik ini bertetanggaan dekat dengan distrik industry Ouro yang membentang hingga dua provinsi, Dockstown dan provinsi selatan Ouro, Aranjo. Banyak kasus kriminal, penyulundupan narkoba dan kekerasan yang terjadi disana dalam dua tahun terakhir. Dari pembunuhan, pemerkosaan, dan pasar gelap semua pernah terjadi di distrik satu ini. Shovel adalah distrik yang sangat keras karena pada dari pendataaan terakhir sebagian besar para pekerja kasar di distrik industry tinggal di Shovel. Tibalah dua bulan kemarin, telah dilantik seorang ketua distrik baru yang semenjak hari itu Shovel tidak terdengar lagi kata kejahatan dan kegiatan-kegiatan illegal di media. Masih katanya, distrik legendaris bagi warga Ouro ini, sudah diredam sedemikian rupa. Tampaknya Sang kurir'pun ikut merasakannya. Sudut-sudut distrik Shovel terasa jauh lebih tertib namun sangat bising karena terdapat perbaikan jalan besar-besaran.

30 menit kembali berlalu. Sang kurir seharusnya sudah sampai ditujuannya Avalanche.st 7761. Namun....

'Calculating new route'.

"Yang benar saja!"

Dia kembali mengikuti rute yang diberikan ponselnya dan menghabiskan 30 menit perjalanan lagi. Matahari sudah hampir berada di posisi puncaknya memberikan nuansa panas yang terik. 30 menit kembali berlalu dan sang kurir belum menemukan alamat yang ia cari. Dia memutuskan untuk berteduh di salah satu halaman apartemen-apartemen kumuh tersebut pada salah satu bangku taman yang tersedia. Ia meletakkan koper itu tepat di bawah kakinya agar ia selalu waspada. Ia memperhatikan dan mengingat sebentar tata letak distrik Shovel. Sebenarnya Shovel memiliki konsep kota yang bagus, dimana ia melihat beberapa asset pelayanan masyarakat dan tempat-tempat umum tersebar di beberapa titik di Shovel. Sang kurir bukanlah seorang ahli tata letak kota tapi menurut pengamatannya setelah berjalan-jalan disana cukup lama seharusnya distrik ini akan menjadi distrik yang bagus untuk dihuni ataupun dikunjungi. Namun karena pertumbuhan penduduk yang cepat dan ekonomi yang seringkali tidak stabil, tampaknya Shovel jauh dari kata selesai. Ia telah melihat dari kejauhan dua buah gedung apartemen setengah jadi yang tidak jelas progres pembangunannya. Lalu di area tempat ia duduk, tampak sebuah taman bermain yang sebagian besar wahana-nya sudah reot dan tampak berbahaya bagi anak-anak. Kemudian juga ia pernah curi dengar dari kurir lain bahwa ada sebuah daerah di Shovel yang seluruh penduduknya tinggal di sebuah caravan dan lingkungan kotor. Aku beruntung tidak tinggal di distrik ini. Ujar-nya dalam hati.

Setelah selesai dengan pengamatannya dia mencoba menelepon klien-nya tentang perkara alamat yang diberikannya. Setelah sang kurir mencoba menelepon berkali-kali, ia tidak dapat menghubungi sang klien. Terpaksa ia harus memilih jalur alternatif yaitu bertanya orang sekitar.

Seharusnya menemukan polisi yang sedang patroli di jalanan tidaklah sulit, tapi ia ingat sebagian besar polisi bukanlah orang asli dari daerah patroli mereka dan sang kurir mempunyai trauma tersendiri, jadi ia memutuskan untuk bertanya kepada penduduk sekitar.

Cuaca siang itu sangat terik, hingga membuat tenggorokannya kering. Terlebih lagi ia hanya berjalan kaki selama ini. Aku butuh air. Ujar otaknya. Ia bangkit dari duduknya dan turun menuju trotoar. Ia berkeliling sebentar untuk mencari-cari sebuah minimarket namun sebuah daya tarik sebuah jembatan penyeberangan menghentikan langkahnya. Jembatan penyebrangan yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat ia berdiri itu cukup padat dengan orang yang berlalu-lalang namun terdapat seseorang yang tidak jelas sosoknya sedang duduk di tengah pagar jembatan tersebut. Sosok itulah yang menarik perhatiannya. Lalu lintas pada siang hari di Shovel sangat dipenuhi dengan truk box dan kendaraan besar lainnya yang melaju cukup cepat. Banyak cerita dari temannya yang suka mengemudi melalui jalan besar Shovel karena lebih cepat dan tidak terlalu ketat peraturan lalu lintasnya. Juga Shovel merupakan jalur alternatif bagi para pengemudi alat-alat berat lainnya yang tidak ingin terkena biaya tol karena terhubung langsung dengan distrik industry dan provinsi Aranjo. Tidak heran jalan Shovel banyak yang rusak karena harus menahan kendaraan-kendaraan bermassa besar. Jalan besar disamping sang kurir contohnya. Jalan itu memiliki enam jalur dua arah dan terdapat konstruksi perbaikan sepanjang 100 meter. hal itu tidak menutupi kemauan para pengemudi kendaraan roda besar untuk memelankan laju kendaraan mereka.

Sang kurir kembali memperhatikan sosok hitam yang sedang duduk di pagar jembatan. Sosok itu merubah posisinya menjadi berdiri di atas pagar jembatan. Kemudian dalam kedipan mata sosok itu melompat ke jalan yang ramai di bawahnya.

KRIEEEETTTTTTTT

Sontak ia'pun mendengar suara deritan keras yang ternyata berasal dari jembatan penyebrangan itu. Jembatan baja itu ambruk seakan mengikuti sosok hitam yang melompat ke jalanan ramai di bawahnya itu. Belum sempat ia berkedip dia melihat sebuah truk box yang melaju sangat cepat sehingga tidak mungkin ia berhenti sebelum bertabrakan dengan jembatan yang sedang runtuh tersebut.

Malapetaka'pun akhirnya terjadi.

Jembatan itu rubuh mengenai berbagai kendaraan yang melintas dari dua arah dibawahnya. Kendaraan yang sempat mengerem'pun tidak dapat menghindari mobil yang sudah menjadi korban jembatan runtuh tersebut. Sebuah mobil van terpental melintasi reruntuhan jembatan dan terseret ke dekat sang kurir dalam posisi terbalik. Van itu berwarna putih namun terdapat bercak-bercak darah di bodi luar sehingga terlihat sangat kontras. Sosok hitam itu tidak terlihat lagi mungkin dia juga merupakan korban. Tangan sang kurir bergemetar sambil memegang koper berharga milik kliennya tersebut. Ia tidak dapat bergerak, mematung melihat mimpi buru itu terjadi. Tak terasa tiba-tiba sebuah kepingan logam terpental mengenai pipi kirinya membuat wajahnya kini berdarah.

Pengemudi van yang terbalik di dekatnya keluar dari jendela depan mobil yang pecah berkeping-keping sambil merintih minta tolong. Sang kurir menatap mata sang pengemudi yang tertutup darah dan dengan wajah yang sudah tidak berbentuk lagi. Ia tidak mempercayai apa yang terjadi. Ia sudah berada di ujung ketakutan-nya. Kesadarannya hampir hilang. Kaki-nya goyah. Ia akan tumbang, lalu.

"Bung…..!!" seseorang menepuk bahunya.

"…Jangan pernah sekali-kali kau berhenti ketika berjalan di Shovel. Para lobo disini akan menjadikanmu santapan empuk!". Pesan orang itu lalu langsung bergegas pergi.

Kesadarannya sudah kembali. Ia memandang jembatan itu lagi dan...…normal.

Tidak terjadi apa-apa pada jembatan penyebrangan itu semuanya kembali normal. Apakah aku sedang berhalusinasi? Bingungnya dalam hati. Sang kurir memeriksa pipi kirinya. Bersih! Tidak ada darah atau bekas luka disana! Ia'pun kembali berjalan sambil memikirkan bayangan mimpi buruk yang melandanya barusan.

Akhirnya ia menemukan sebuah minimarket. Ia memilih minuman yang sekiranya akan meluruskan pikirannya tentang hari ini. Tetapi pikirannya belum lurus. Ia pergi ke kasir untuk membayar minumannya.

"Kau baik-baik saja, pak?" tanya sang kasir yang tampak seumuran dengannya.

"Ya aku baik-baik saja"

"Anda tampak gelisah dan berkeringat…" Ujar sang kasir. ".. Anda bisa jadi sasaran empuk karena tampak membawa barang yang sangat berharga".

Sang kurir berterima kasih atas saran sang kasir sekaligus malu atas ketidak profesionalan-nya dalam mengirimkan barang special. Kemudian ia ingat, bahwa ia masih belum menanyakan alamat pada siapapun sehingga ia 'pun bertanya akan alamat yang kliennya berikan. Sang kasir'pun menjawab.

"Avalanche.st 7761...hm.. begini pak, seluruh jalan di Shovel tidak memiliki nama kecuali jalan utama yang truk balapan itu lewati, dan jalan itu bernama Avalanche." Tunjuk sang kasir ke jalan besar di depan minimarket. "Seluruh alamat di Shovel menggunakan kode angka. Yah… kata si ruler dengan itu membuat pencarian alamat menjadi lebih mudah mengingat kondisi Shovel sangat berantakan. Tampaknya internet belum mengikuti perkembangan ini. Anda berarti mencari gedung apartemen utama nomor tujuh." Kata sang kasir. "Angka tujuh pertama adalah nomor gedung dan digit kedua adalah lantainya, pak… anda akan menemukan tempatnya di Gedung apartemen nomor tujuh. Tempatnya tidak jauh dari sini hanya menyebrang jalan besar tadi dan berjalan sepuluh blok dari sana."

"Terima kasih"

"Hey Horny!! Sepertinya kau berbicara pada pelanggan itu seperti berbicara pada seorang gadis!!" Sebuah teriakan terdengar dari balik pintu gudang toko.

"Jangan sebut aku dengan nama itu bajingan! Aku mencoba membantunya….. maaf atas ketidak nyamanannya, datang lagi." Sang kasir beinisial Horny itu meminta maaf kepadanya.

Ia langsung bergegas keluar namun tepat saat membuka pintu keluar minimarket ia berpapasan dengan sosok hitam yang mirip dengan apa yang ia lihat di pagar jembatan penyeberangan barusan. Sontak bulu kuduknya berdiri lalu dengan sigap ia bergegas keluar minimarket, menuju alamat yang sudah dijelaskan si kasir. Ketika ia di perjalanan tiba-tiba ponselnya ada panggilan masuk dan itu adalah kliennya.

"Apa kau berhenti di suatu tempat tadi?" tanya sang klien saat membuka panggilan.

Sang kurir memang sempat berteduh tadi jadi ia menjawab, "iya… saya sempat berteduh tadi dan bertanya tentang alamat yang anda beri…".

"BODOH!!!" teriak sang klien dalam telepon. Sang kurir mendengar sang klien mengucapkan kata 'gawat' berulang kali dalam gumamannya. "Aku tiba-tiba sibuk dan tidak menginstruksi bukan berarti kau boleh berhenti mengikuti dari apa yang sudah kuberi tahu kemarin!!" bentak sang klien. "Semuanya harus sesuai….Argghhhh…. tidak, tidak, tidak, sekarang dia akan menemukanku…. Cepat pergi dari sana….. cepat keluar dari Shovel!".

"Tapi saya sudah dekat dengan alamat yang anda berikan lalu bagaimana dengan paket anda?"

"Aku tidak peduli!! Sesegera mungkin kau keluar dari Shovel dan menghubungiku lagi ketika kau sudah keluar dari sana!!"

Dia yang tidak memberi tahu kelanjutannya, sekarang ia memarahiku, lagipula setiap instruksinya juga aneh, apa salahnya berteduh sebentar dan bertanya pada seseorang. Bisiknya dalam hati.

"Dan lagi…. Pastikanlah bahwa kau tidak dibuntuti… lewatlah jalan-jalan sempit dan jangan naik kendaraan apapun.". Panggilan ditutup.

Aneh.

Aku sudah cukup kebingungan atas apa yang terjadi pada hari ini. Batinnya berbicara. Langsung ia mempercepat langkahnya meninggalkan Shovel dengan berjalan kaki. Kenapa ia tidak boleh menggunakan kendaraan untuk masuk atau keluar Shovel? Sejumlah gang kemudian ia lewati namun ia merasakan ada yang tidak beres. Ia merasa dibuntuti. Tapi oleh siapa? Ia tidak boleh berhenti berjalan sekarang. Prioritaskan permintaan klien.

Pada sebuah gang ia tiba-tiba tidak ingin mempercayai matanya. Sosok hitam itu kembali, bersandar pada salah satu sisi dinding gang sempit yang ia lalui namun tidak menatap kepadanya. Sang kurir mencoba mengabaikannya. Dia terus berjalan menyusuri gang-gang sempit namun sosok hitam itu kembali berada pada setiap ujung gang yang baru saja ia lalui. Lalu ia sadar akan sesuatu. Posisi setiap tempat sampah di gang-gang tersebut sama, jadi selama ini dia hanya berjalan di tengah lingkaran?!

Sosok itu tampak berbahaya. Pikirnya. Kini ia mencoba berlari agar terhindar dari kemungkinan terburuk yang akan terjadi padanya. ia berlari sekuat tenaga. Secepat mungkin. Berharap sosok hitam itu menghilang dari pandangannya setiap kali ia melewati ujung gang. Ia berlari menuju berbagai arah, menuju jalan-jalan sempit tetapi gang dimana sosok itu berada tetap menjadi ujungnya. Usahanya sia-sia. Sang kurir mulai kelelahan. Tidak hanya tubuhnya, namun pikirannya juga lelah. Tiba-tiba sosok itu kini sudah tidak mengabaikan sang kurir pada ujung gang kali ini dia menghadangnya. Sosok itu merogoh saku jubah hitamnya dan mengeluarkan sebuah pistol dan mengacungkannya pada sang kurir.

Melihat sosok itu mengeluarkan pistol sang kurir langsung berlari di arah yang berlawanan namun sosok itu juga berada di arah tersebut! Sosok itu ada dua! Ia terpojok. Ia meratap ke salah satu sisi dinding sambil melihat dua buah pistol diacungkan kepadanya.

"Aku punya uang! Kalau kalian menginginkannya akan kuberikan tapi jangan tembak aku!". Tawar sang kurir. Mencoba negosiasi.

Kedua sosok itu sudah ada dihadapannya dan mereka seketika menyatu!

"Aku tidak butuh uangmu. Aku hanya butuh koper itu" ucap sosok itu.

Keringat dingin mulai membanjiri wajahnya. Prioritas klien memang penting namun kini ia harus mempertimbangkan prioritas nyawanya yang sedang terancam. Ia merogoh saku celana jeans-nya dan menodongkan sebuah dompet kulit bewarna coklat.

"i…ini milikku….i-ini.. A.. ambil uangku saja!" kata sang kurir dengan nafas memburu.

Sosok yang tidak jelas wujud wajahnya itu berkata dengan nada datar.

"Baiklah kalau begitu"

Sebuah bunga api kemudian memercik dari ujung pistol yang ditodongkan padanya lalu...

Dor!

Koper dan dompet yang ada di tangan sang kurir'pun terlepas dari genggamannya.

"Kini ku ambil nyawamu sebagai ganti dari koper ini dan uangmu". Sosok itu akhirnya merebut koper tersebut lalu pergi lenyap di antara gang-gang sempit.

Sang kurir yang tertembak pada bagian dada mengalami shock namun ia masih hidup dan mencoba untuk tetap sadar. Ponselnya berbunyi, ada panggilan dari kliennnya. Ia hendak menjawabnya namun rasa panas membara yang sangat terasa di sekujur tubuhnya membuatnya sulit untuk meraih ponselnya. Sekuat tenaga ia meraih ponselnya dan ketika ponselnya sudah berada di telapak tangannya, ponsel-nya terjatuh. Ternyata jari-jari tangannya perlahan rapuh dan patah menjadi abu. Sekujur tubuhnya ikut berubah menjadi apa yang terjadi pada jari-jarinya. Ia merasakan panas dari dalam tubuhnya hingga ia tidak tahan lagi akan rasa sakitnya. Kesadarannya perlahan lenyap. Mengikuti kondisi tubuhnya yang juga perlahan lenyap menjadi abu.

Kurang semenit'pun berlalu.

Kini sang kurir sudah lenyap menjadi abu, dan angin akan membawa abu tersebut kemana'pun ia mau tanpa tahu apa dan siapa yang dihempaskan.