Chereads / WANTED! Jodoh Dunia Akhirat / Chapter 32 - Kebingungan Bima

Chapter 32 - Kebingungan Bima

"kemana Sefia?"

"Gue kira dia kemari."

"Astaghfirullah."

"Kalau ga bisa jaga Sefia dengan baik, lebih lepaskan saja." Bima menoleh ke sumber suara.

"Siapa anda? Jangan ikut campur dengan masalah rumah tangga saya." Ucap Bima tegas.

Pramudya tersenyum mengejek, "Bangunan yang di bangun diatas pasir pantai, percayalah akan segera roboh hanya karena terpaan angin dan akan hancur karena sapuan ombak."

"Siapa Anda..."

"Saya adalah masa lalu istri anda, dan akan menjadi masa depannya jika anda tak mampu menjaganya." Ucap Pramudya, sontak saja Bima langsung saja memukul wajah Pramudya hingga laki – laki itu mundur beberapa langkah dengan hidung mengeluarkan darah.

"Bima stop!" Andika dan Emon segera memegang tubuh Bima yang hendak kembali menghajar Prmudya.

"Kau laki – laki yang telah mencampakkan Sefia bukan? Hah! Jangan harap bisa kembali padanya. Kau tak patut untuknya."

"Lalu apa kau sendiri patut untuk Sefia? Laki – laki yang meninggalkan istrinya begitu saja demi wanita lain apa masih bisa dikatakan pantas sebagai suami?"

"Diam Bangsat!"

"Bima sudah... kita cari Sefia saja. Tak usah kau ladeni ucapannya." Ucap Andika mencoba mengontrol emosi sahabat sekaligus bosnya itu.

"Iya, Mas Bim.. ayo ih,..." Si Emon langsung menarik tangan Bima meninggalkan rumah sakit.

Bima lalu meninggalkan Pramudya yang masih tersenyum mengejek.

"Kemana kita mencari?"

"Kita lihat CCTV kampus, siapa tahu kita bisa menemukan titik terang keberadaan Sefia."

"Baiklah.."

Mereka akhirnya kembali ke lokasi acara untuk mencari tahu keberadaan Sefia terakhir kali.

Dilain tempat Sefia sedang duduk termenung di kamar hotel yang luas.

"Kamu tidak apa – apa, Nak?" Sapa Mama Sandra seraya menyentuh pundak Sefia.

Sefia tersenyum, "Tidak apa – apa, Ma. Sefia tidak apa – apa, mama tidak usah khawatir."

"Maafkan kelakuan anak mama ya.."

Sefia mengangguk, "Mungkin ini ujian yang harus kami lalui, atau mungkin memang kami..."

"No... kamu harus percaya pada Bima. Dia hanya butuh waktu."

"Iya ma, Sefia akan memberikan waktu pada Bima untuk menyelesaikan masalahnya dengan masa lalunya. Segala keputusan akan Sefia serahkan padanya."

"Ga boleh gitu dong Sef, kamu harus bertahan Ok? Bima tidak akan kembali pada wanita itu.."

"kenapa ma? Kenapa mama bisa seyakin itu?"

"Karena mama.." Mama Sandra bingung harus mengatakan apa.

"Karena papa yang menyuruh Laura menjauhi Bima." Ucap Bratasena, Sontak Sefia dan Mama Sandra lalu menoleh ke belakang, ternyata Brata sena telah berada di belakang mereka.

"Kenapa Pa?"

"Panjang ceritanya, apa kamu sudah selesai bersiap? Kita harus segera berangkat ke Australia sekarang."

"Australia, tapi nanti Bima..."

"Biarlan laki – laki bodoh itu mencari mu. Sampai kapan pun papa tidak akan memberitahu keberadaan mu, sampai dia menyadari kesalahannya." Ucap Bratasena tegas.

"Baiklah pah, papa ikut saran papa saja."

"Apa sudah siap?"

"Mama sudah siap."

"Fia ga ada barang yang di bawa kecuali dompet dan paspor, semua barang – barang ada di hotel."

"Biarkan si bodoh itu yang bawa barang – barangmu nanti, ayo kita berangkat. Papa akan menceritakan semua saat kita telah berada di Australia."

Sefia mengangguk lalu mengikuti langkah Bratasena bersama mama Sandra di belakangnya.

*****

"Sial!" Bima memukul tembok yang ada di hadapannya.

Hasil rekaman CCTV tidak ada yang menunjukkan keberadaan Sefia, hanya saja dapat Bima lihat Sefia masuk ke dalam mobil mewah, namun Ia sendiri tak tahu mobil siapa.

"Kemana dia? Dengan siapa dia pergi."

"Bima... apa kau tidak ingin meminta bantuan papa mu, aku yakin Papa mu dengan mudah akan menemukan Sefia.

"Tidak! Bisa – bisa aku di gantung sama papa."

"Matilah kau Mas Bim..."

"Eh mas bim mau kemana?" Suara Emon berteriak mengagetkan Andika yang sedang melakukan panggilan telpon.

"Ke hotel, siapa tahu Sefia balik ke hotel, ya kan..?" Ujar Bima sambil terusmelangkah menuju ke mobil.

Andika mencegah Emon yang hendak mengejar Bima, lalu memberi isyarat dengan matanya.

"Nanti kalau terjadi apa – apa gimana sama Mas Bim, Dik?" Ujar Emon dengan ekspresi bingung dan cemas.

"Ga akan ada apa – apa, anak buah gue udah nyebar cari Sefia, termasuk buat jagain bos Lo tuh."

"Bos Lo juga."

Andika tersenyum lebar, "Ayo kita cari Sefia.. ada yang melihat jika Sefia berada di hotel Golden.

"Baiklah, ayo."

Bima memacu kencang mobilnya menuju ke hotel tempat Ia dan Sefia menginap, sesampainya disana Ia langsung berlari menuju ke lift agar segera sampai di kamarnya.

BRAK!

Pintu langsung Ia dorong kuat setelah menempelkan fastpast ke hand lock .

"Sefia!" teriak Bima sambil berlari kecil mengeledah seluruh isi ruangan kamar hotelnya namun sayang hasilnya nihil.

"Kamu dimana Sefia..." Bima menjambak rambutnya karena kesal.

"Bodoh. Bodoh sekali aku ini." Rutuk Bima pada dirinya sendiri.

DRtttt..Drrrtttt....

Ponsel Bima bergetar, Ia segera merogoh sakunya berharap jika Sefialah yang menghubunginya.

"Andi"

Kecewa. Tapi Bima harus mengangkat panggilan itu karena siapa tahu ada informasi tentang keberadaan Sefia.

"Hallo."

"Laura ingin bertemu dengan mu."

"Aku tidak bisa! Apa kau tahu keadaanku saat ini?!" Teriak Bima pada Andika.

"Ada orang tua Laura disana, aku takut akan menimbulkan masalah baru jika kau tak segera ke sana."

"Shit!"

Bima langsung mematikan ponselnya dan segera keluar kamar hotel menuju ke rumah sakit dimana Laura di rawat.

"Gimana Dik?" Tanya Emon yang sedang berada di hotel Golden bersama Andika.

"Ternyata bukan Sefia, ayo kita ke rumah sakit, gue takut ayah Laura akan bikin gara – gara."

"Maksud Lo? Masalah apa?"

"LO akan tahu nanti kalau sudah ada di rumah sakit."

"Gila Lo ndik. Bikin gue mati penasaran aja."

"Jangan donk Mon, gue ga mau lihat Lo jadi hantu gentayangan, pasti jelek banget.. hiiii.." Kata Andika sambil begidik ngeri.

"Enak aja Lo."

"Udah ayo berangkat." Ajak Andika sambil menyeret Emon keluar dari hotel Golden.

Sementara Bima telah sampai di rumah sakit, Ia langsung berlari kecil menuju ke bangsal di mana Laura di rawat.

"permisi." Ucap Bima, dan lagi – lagi Ia harus menahan kesal karena melihat laki – laki masa lalu Sefia ada di sana.

"Oh, apa kabar Bima?" Tanya Ayah Laura dengan wibawa.

"Alhamdulilah baik, Om."

"Ada sesuatu yang ingin Om tanyakan sama kamu."

"Silahkan Om.."

"Ayah!" Sentak Laura mengagetkan semua orang yang ada di dalam ruangan.

Bima menoleh menatap wajah seseoramg yang selama ini ia cari namun aneh, tak ada niat hati ia ingin bersama perempuan itu, justrun kini hatinya tertuju pada Sefia, istrinya.

"Apa kau ayah dari anak yang Laura lahirkan?" Tanya Ayah Laura, yang langsung membuat Bima kaget luar biasa.

"Apa? Anak?" Bima menatap ayah Laura dan Laura secara bergantian dan tak berapa lama, Andika beserta Emon pun datang.