Rose terbangun dari tidurnya saat hari sudah sore. Hal pertama yang Ia lihat adalah sosok tampan yang tengah serius mempelajari dokumen. Jemari panjang yang terlihat kokoh membalik lembar demi lembar memorandum di atas meja. Sesekali coretan tinta Ia bubuhkan di atas kertas dengan tulisan lengkap yang sistematis.
Pemandangan itu dilengkapi dengan angin sepoi-sepoi yang menerbangkan helaian hitam milik sang pemuda. Latar belakang tirai yang melambai terbawa angin seolah ingin memuji penampilan rupawan bak malaikat yang turun itu.
"Yang Mulia." panggilan lembut itu berhasil mengalihkan sang pemuda dari pekerjaan yang tengah Ia kerjakan.
Stevan bangkit dari kursinya. Dengan senyum kecil, dia berjalan perlahan ke arah sofa biru di ruanganya. Sang raja merendahkan diri untuk mencium tanda lahir berbentuk air mata di bawah mata ratunya. Bisikan lembut terdengar dari bibir merah pemuda itu," Bagaimana tidurmu?"