Stevan tengah memijat pelipisnya karena serangan dari suara-suara dalam benaknya semakin aktif. Dia merasa nyaman jika berada di samping kekasihnya, tetapi pengaruh itu seakan memudar seiring dengan semakin sedikit waktu kendali dirinya.
"Diamm..!" teriak Stevan di dalam ruang kerjanya sendiri.
Peluh membasahi kening sang raja. Ruangan sejuk itu seakan tidak menghentikan sang raja dari keringat dingin yang membasahi. Setelah bertahan beberapa saat yang terasa seperti bertahun-tahun, akhirnya suara itu meninggalkan Stevan sendiri.
Sang raja menghela nafas lega setelah berhasil merebut kendali dirinya. Ia harus memikirkan cara untuk menghentikan kutukanya aktif kembali. Setidaknya, dia harus bertahan sampai anaknya lahir dengan selamat.
Pemuda itu mengambil kertas putih dan membuat ukiran sendiri dengan tinta hitam. Seolah sudah menjadi seorang ahli, coretan dari tanganya mengalir begitu mulus dan indah. Setelah selesai, dia membakar kertas itu menjadi abu.