He Xi Huan sedang dalam perjalanan pulang setelah mengurus kekacauan kecil ketika melihat panggilan beruntun dari Carla. Wanita itu mengatakan bahwa dia berurusan dengan seorang laki-laki yang secara sengaja mengecohnya sementara rekannya menculik Han Yiyue. Bukan hanya itu, Carla juga menuturkan penemuannya dari laki-laki itu. Sebuah lencana keanggotaan salah satu kelompok pengedar narkoba di bawah kepemimpinan Pedro.
Ketika mendengar nama itu, ekspresi wajah He Xi Huan berubah sedikit. Pedro diketahui sedang melebarkan sayap dalam bidang perdagangan manusia dan kelompok itu jugalah yang menimbulkan kekacauan bagi Fenghuang.
Tepat ketika mobil akan berbelok menuju ke tempat Carla berada, salah satu anak buahnya menghubungi dan mengatakan tentang perkataan Max Chen. Tidak perlu waktu panjang untuk mereka bereaksi sesuai kondisi.
Melihat mobil Max Chen yang berhasil menghadang mobil lain, mereka segera menyusul dan ikut berhenti. He Xi Huan segera keluar dari mobil dan berjalan ke depan Max Chen bersama Jamie. Orang-orangnya pun tidak lupa untuk mengikuti gerakan sang bos, mereka keluar mobil satu per satu memegang senjata api yang diselipkan di pinggang.
Melihat itu, Nike dan rekannya tidak lagi berteriak sepanjang waktu. Mereka memang belum benar-benar mengetahui pemimpin baru kelompok Fenghuang, tetapi bukan berarti tidak tahu apa-apa tentang kelompok tersebut. Apalagi ada Jamie di situ.
Hanya sekilas pandang saja, sudah dapat diketahui jika sosok laki-laki yang berdiri di barisan paling depan dengan gestur angkuh itu adalah pemimpinnya.
Nike segera bereaksi, ia berusaha membuka mulutnya dan berbicara dengan suara serak, bertanya, "Tuan Jamie, mengapa kamu dan kelompokmu menghalangi jalan kami? Kesalahan apa yang sudah kami lakukan?"
He Xi Huan melirik acuh tak acuh, alih-alih langsung membeberkan permasalahan yang terjadi, ia dengan anggun mengeluarkan sebatang rokok dari jas dan meyelipkannya di antara bibir. Mencari pemantik untuk menyalakan, tetapi tidak menemukan di saku jas atau celana. Segera saja Jamie mendekat dengan pemantik di tangan.
"Bos He, apa kamu membutuhkan ini?" tawarnya sembari menyodorkan benda tersebut.
Tidak ada jawaban, tetapi pihak lain memiliki pengertian diam-diam. Jamie pun menyalakan rokok di bibir He Xi Huan, melayani dengan baik. bukan hal sulit untuk mengetahui maksud He Xi Huan bertindak seperti itu. Tentu saja untuk mempertegas posisinya, itu karena dua orang di hadapan mereka lebih mendahulukan Jamie ketika bertanya seolah tidak menganggap seseorang yang memiliki posisi lebih tinggi.
Sayang, rekan Nike tidak mengerti maksud tersebut. Dengan amarah ia berteriak tidak terima diabaikan, "Hei, Tuan. Kami tidak melakukan kesalahan apa pun yang menyinggung kelompok kalian, biarkan kami pergi!"
He Xi Huan mengembuskan asap rokok, dengan malas melayangkan pertanyaan, "Apa salah satu di antara kalian kehilangan lencana keanggotaan?"
Setelah kata-katanya keluar, dua orang di depan tanpa sadar memeriksa setiap bagian dari pakaiannya, memastikan apa yang dikatakan. "Kudengar jika lencana itu hilang, tidak ada kesempatan untuk bertemu dengan Pedro. Lebih fatal lagi kalian akan dianggap pengkhianat atau mata-mata dan segera dieksekusi."
Rekan Nike tampak mengerutkan kening, jelas dia telah kehilangan lencananya. Sekalipun ia bergegas memasuki mobil untuk memeriksa benda tersebut, tetap saja tidak menemukannya.
"Kamu kehilangan lencanamu?" Nike bertanya pada rekannya dengan nada rendah.
Senandung ringan didengar sebagai tanggapan. Jelas membuat wajah Nike berubah warna. Siapa yang tidak khawatir jika kehilangan benda tersebut ketika mereka hanya memiliki satu?
"Sialan! Wanita itu!"
Tanpa sengaja berteriak, membuat pihak He Xi Huan tertawa mengejek. Jamie di sampingnya segera bereaksi dengan melayangkan pertanyaan, "Sudah tahu di mana letak kesalahan kalian?"
Begitu pertanyaannya melayang, Nike menyadari permasalahan sesungguhnya. Jika berkaitan dengan wanita yang dikecoh oleh rekannya, berarti berkaitan juga dengan bocah di dalam mobilnya. Dia secara tidak langsung telah menyinggung kelompok Fenghuang bahkan sampai melibatkan pemimpin mereka, sudah pasti bukan masalah ringan.
"Kami tidak tahu jika wanita itu dan bocah yang bersamanya merupakan bagian dari kalian." Segera saja ia bereaksi dengan berjalan ke pintu belakang mobil, mencoba mengeluarkan bocah itu.
Namun, rekannya yang tidak tahu apa-apa dan masih dilarutkan dalam kekesalan tidak berpikir secara logis. Dikatakan bahwa seseorang yang memiliki otot besar dan padat serta tubuh bak raksasa biasanya merupakan budak emosi. Dia menghalangi Nike dan berseru marah, "Tidak. Mengapa kita harus menurut pada mereka?! Bos Pedro pasti bisa membantu menghadapi kelompok kecil seperti itu!"
Ekspresi di wajah Nike segera berubah, merasa sedikit khawatir. Bagaimanapun, tidak ada kelompok mafia yang ingin disinggung, sekalipun itu memang fakta. Belum lagi kelompok Fenghuang tidak sekecil yang dipikirkan rekannya. Itu bahkan lebih besar dari kelompok Pedro. Jelas dia ingin mencari jalan aman.
"Jangan bodoh! Menyingkir dari hadapanku!" serunya dengan gigi menggertak sambil mendorong tubuh besar rekannya.
Membuka pintu belakang mobil dan mengeluarkan Han Yiyue. Bocah itu sudah sadar meskipun masih tampak sedikit linglung, kedua tangannya diikat ke belakang, mulut disumpal dengan sapi tangan. Manik mata abu-abunya tampak berair ditambah wajah merah, perpaduan yang dapat mengusik hati nurani seseorang.
Ketika Han Yiyue keluar mobil, dia menatap bingung ke sekeliling. Meskipun samar-samar mendengar suara yang akrab, tetapi efek obat yang diberikan Nike belum hilang penuh. Meskipun mulut telah dibebaskan, tidak membuatnya mampu melarikan diri karena tangan yang terikat ke belakang masih dalam cengkeraman Nike.
"Aku akan mengembalikannya, tapi biarkan kami pergi!" Nike memulai penawaran. Menyeret Han Yiyue ke depan He Xi Huan.
Samar-samar melihat He Xi Huan dalam pandangan kabur, tanpa sadar mulut Han Yiyue bergetar dan memanggil, "X-Xi Huan …."
Mendengar suara itu, tanpa kenakalan seperti biasa, tidak ceria ataupun dingin, tetapi menyiratkan ketidakberdayaan, membuat He Xi Huan meliriknya tanpa sadar. Jelas dia tidak merasakan perasaan kasihan sebelumnya, tetapi menolong bocah itu dengan alasan keuntungannya sendiri. He Xi Huan bahkan tidak peduli jika Han Yiyue mati atau dijual, bagaimanapun dia bisa mendapatkan bocah lainnya yang lebih penurut. Meski tidak sebagus Han Yiyue.
Namun, mendengar suara kekanakan yang tidak berdaya, terlebih manik mata abu-abu berair, membuat hatinya tergerak oleh alasan masa lalu. Hal itu mengingatkan tentang masa kanak-kanaknya yang penuh ketakutan dan tidak berdaya ketika menyaksikan ibunya disiksa setiap hari oleh ayah tirinya. He Xi Huan mengembuskan asap rokok untuk terakhir kali, membuang puntung yang masih menyala, dan menginjak hingga padam.
"Serahkan dia!" perintahnya mutlak.
Hanya suara itu dengan aura angkuh dan dinginnya mampu membuat beberapa orang merasa waspada karena tertekan. Terlebih bagi Nike yang menjadi target.
"Bos He, berjanjilah kalian akan melepaskan kami!" sekali lagi Nike berusaha menawar.
He Xi Huan sudah cukup kesal, tetapi ia masih menyetujui hal tersebut. Untuk saat ini, mengabaikan masalah ini merupakan jalan terbaik.
Han Yiyue dilepaskan oleh Nike, dibiarkan berlari ke arah He Xi Huan. Sayang, rekannya tidak bertindak mengikuti kesepakatan. Dia berlari lebih cepat dan meraih Han Yiyue, meletakkan tangannya di leher bocah itu dengan sebuah pisau lipat.
"Aku akan melepaskannya jika kalian membayar sesuai harga yang ditawarkan bos Pedro!"