Han Yiyue melangkah dengan tenang seakan setiap hentakan kakinya seirama dentuman musik. Wkspresi wajahnya bahkan tidak menunjukkan ketegangan ataupun penolakan, sebaliknya itu tampak menawan di bawah pancaran sinar renup pencahayan bar. Tampak menggoda, tetapi bukan jenis yang mudah didapatkan.
Carla mengakui kualitan Han Yiyue meskipun ada beberapa poin yang perlu diperbaiki lagi, tetapi untuk pembelajaran lima hari sudah sangat bagus. Hal paling penting adalah rasa percaya diri dan keberaniannya. Jika orang lain mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk memupuk keberanian, sekalipun teknik dan materi yang dimiliki sudah banyak.
Sering kali ekspektasi tidak sesuai realita, bayangan mudah di benak Han Yiyue harus pupus ketika seorang femme fatale lebih dulu mendekati targetnya. Jika sudah begini yang bisa dilakukan hanyalah berbelok untuk menghindari keributan tidak penting. Ketika ia berbalik hendak mencari target lain dan bertanya kepada Carla, tubuhnya ditabrak oleh seseorang. Meskipun ringan tetap saja mengejutkan belum lagi dia tidak memiliki pertahanan sama sekali. Tubuhnya mundur beberapa langkah.
Laki-laki itu segera memegang bahunya, membantu menstabilkan diri. Lalu bertanya dengan suara dengan suara lembut, "Apa kamu baik-baik saja?"
Han Yiyue pulih dari rasa terkejutnya, segera menoleh ke belakang untuk meminta maaf. Ia mendapati sosok asing yang terlihat sangatdeawa, pembawaannya tenang juga lembut. Tidak seperti seseorang yang sering memasuki bar bahkan sangat jauh berbeda dengan kebanyakan orang-orang di sekitar mereka. Han Yiyue berpikir jika ini merupakan pertama kalinya bagi pihak lain, usianya juga tampak masih belum mencapai 30 tahunan.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih," jawabnya dengan suara rendah terkesan malu-malu. Sebenarnya dia berpikir untuk menjadikan orang itu sebagai target. Sedikit menundukkan kepala dan mencuri pandang ke arah Carla berusaha mendapatkan persetujuannya.
Di belakang laki-laki itu, Carla tidak bisa dengan jelas melihatnya, tetapi tidak menaruh banyak kewaspadaan sehingga ia memberi persetujuan kepada Han Yiyue. Menganggukkan kepala ringan sembari memberi menggerakkan bibir tanpa suara, katanya,"Hati-hati."
Di sisi lain, laki-laki itu tidak melepaskan pandangan dari Han Yiyue. Menyelidiki dengan saksama wajah muda itu dengan pemikiran rumit. Tidak ada keinginan aneh yang terpancar di manik matanya selain rasa bingung dan rumit.
"Kamu terlihat masih sangat muda, mengapa bisa berada di tempat ini?"
Mendengar suara itu kembali menyapa pendengarannya, Han Yiyue menunjukkan wajah malu yang enggan. Dia menundukkan kepala lebih dalam, menolak memberi jawaban secara langsung. Setelah beberapa saat, ia mengangkat kepala dan memasang senyum nakal yang tipis. "Tuan, apa kamu ingin minum? Bagaimana jika aku menemanimu?"
Nada suaranya masih kekanakan, tetapi dibuat sedewasa mungkin. Itu menimbulkan kesan paksaan secara tidak langsung. Entah itu dipaksa situasi yang dihadapi atau dipaksa oleh seseorang.
Laki-laki itu seakan memahaminya, ia menganggukkan kepala meskipun masih menyimpan lebih banyak pertanyaan dalam benak. Bagaimanapun, bukan sesuatu yang wajar ketika anak usia di bawah 17 tahun berada di tempat seperti ini, ditambah lagi perkataannya tadi cukup untuk memperjelas situasi.
Mereka menuju meja sesuai pilihan laki-laki, meja yang sedikit di belakang dan tersembunyi. Tujuannya agar lebih mudah berbincang-bincang dengan Han Yiyue, dia ingin tahu beberapa hal tentang anak itu. Siapa tahu bisa membantu?
"Duduk dengan tenang," kata laki-laki itu sambil menarik kursi untuk Han Yiyue sebelum memilih duduk di kursi berlawanan. "Apa kamu sudah makan?"
Han Yiyue ragu-ragu sejenak, manik matanya tampak linglung. Setelah beberapa saat ia menganggukkan kepala putus-putus. Gerakannya terlihat tidak mulus sehingga mengundang kecurigaan.
"Kamu belum makan." Alih-alih melayangkan pertanyaan, laki-laki justru menembak tebakannya dengan benar.
Han Yiyue menggulir bola matanya dengan cepat, enggan menatap langsung pada sosok di depan. Dia merasa bahwa orang itu memang baik dan cukup perhatian, membuatnya merasa bersalah menjadikan sebagai target. Namun, misi ini harus diselesaikan agai dia bisa segara bertemu ibunya.
Pihak lain mengeluarkan roti dari tas kerja yang dibawa dan meletakkan di depan Han Yiyue, dengan lembut berkata, "Makan ini."
Alih-alih mengambil roti itu, Han Yiyue mengalihkan pembicaraan. "Paman, apa kamu baru pulang bekerja? Kamu tidak terlihat seperti paman-paman yang lainnya."
Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk melihat berapa banyak laki-laki yang lebih tua dari sosok di depannya tengah minum-minum dan menggenggam satu bahkan lebih wanita cantik, ada juga laki-laki feminim.
Seolah terpengaruh tindakannya, laki-laki itu juga ikut mengedarkan pandangan dan melupakan keluhannya mengenai panggilan Han Yiyue. Memang benar tujuannya datang ke tempat ini bukan untuk bersenang-senang dengan menggeggam beberapa kecantikan di tangannya dan membawa mereka ke atas tempat tidur.
"Aku datang untuk melampiaskan penat dari pekerjaan. Bagaimana denganmu?" Kali ini ekspresi wajahnya terlihat sangat serius dan kembali melanjutkan dengan berbisik, "Kamu masih sangat muda, mengapa ada di tempat seperti ini? Apa kamu mengalami kesulitan? Ada orang yang menggertakmu atau memaksamu? Aku akan membantu sebisaku."
Han Yiyue tertegun dalam beberapa detik. Jika benar begitu, dia akan merasa sangat senang mendapatkan bantuan. Namun, di sisi lain ia memikirkan betapa kejamnya He Xi Huan dan enggan melibatkan orang lain. Dia sudah tinggal di rumah itu bersama He Xi Huan selama lima hari. Di pagi hingga sore dia akan menganggur sehingga sering kali memilih keluar untuk menghilangkan kejenuhan. Di halaman belakang, ia sering mendengar teriakan mengerikan, tidak jarang juga permohonan meminta pengampunan atau dilepaskan.
Ada hari di mana dia tanpa sengaja melihat seseorang diseret keluar dari mobil dalam keadaan buruk dan dilemparkan ke hutan di luar gerbang bangunan belakang.
Han Yiyue sudah hidup dalam keadaan paling buruk di masa kecilnya dan memaksa dia tumbuh dewasa dengan cepat, sehingga ia dapat menyadari situasi hanya dengan melihatnya. Dia tahu jika He Xi Huan bukan orang yang mudah dihindari. Sekali terlibat akan sulit melarikan diri. Bahkan untuk situasinya saat ini, ia tidak benar-benar yakin mampu lepas dari laki-laki itu dan kembali bersama ibunya. Harapan terakhir Han Yiyue dalam melakukan yang terbaik adalah agar dia dizinkan bertamu ibunya bahkan jika itu pertemuan terakhir.
"Aku baik-baik saja. Tidak ada masalah dan tidak ada yang menggertakku. Hanya saja aku butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup." Dia memaksakan senyuman diwajah. Sebenarnya, Han Yiyue tidak benar-benar merasa menderita atau sebagainya, hidup yang dijalani di rumah itu cukup baik. Semuanya tersedia, tidak perlu lagi menunggu ibunya pulang atau berkeliaran di jalanan untuk makan.
Semua yang dilakukan saat ini, ekspresi di wajah, dan kenaifannya hanya tindakan penipuan untuk memancing simpati pihak lain karena tampaknya orang ini sangat mudah merasa kasihan.
"Kamu serius tidak membutuhkan bantuan?" Laki-laki masih memberi kesempatan untuknya berubah pikiran.
Sayangnya, Han Yiyue sangat yakin dan menganggukkan kepala yakin. Dia merasakan pucuk kepalanya diusap lembut dan suara yang tidak kalah lembut kembali bergaung.
"Makan rotinya. Kamu pasti lapar, bukan? Aku akan memberimu sedikit uang nanti. Siapa namamu? Mungkin aku akan sering datang ke sini dan mencarimu." Dia menyodorkan roti di atas meja lagi.
Han Yiyue patuh, ia mengambil roti dan membuka mulut unruk menjawab tanpa banyak berpikir, "Namaku Moore."
Laki-laki itu mengangguk dan mengulangi, "Moore. Nama yang unik." Tentu saja dia tahu itu hanya nama samaran, tidak mungkin orang-orang yang bekerja di tempat seperti ini akan mengatakan nama aslinya.
Ketika Han Yiyue siap menanyakan pertanyaan lain sesuai arahan Carla sebelumnya, pihak lain bangkit berdiri dan pergi memesan minuman. Wajar untuk melakukan hal tersebut dan Han Yiyue harus sedikit lebih sabar sebelum mencapai tujuannya. Lagi pula mereka baru bertemu sekitar 15 menit. Tidak perlu terburu-buru, cukup mainkan permainan dengan tenang.
Sambil menunggu dia membuka roti yang tadi dan memakannya tanpa pikir panjang. Dia lupa satu peringatan dari Carla, jangan memakan apa pun yang diberikan oleh target padanya. Tidak ada yang dapat memastikan karakter asli dari orang-orang yang datang ke tempat buruk seperti ini.
Setelah menelan gigitan pertama dan melanjutkan hingga habis setengahnya, pihak lain masih belum datang. Han Yiyue mengedarkan pandangan mencarinya, tetapi menyadari jika ada yang tidak beres dengan kabut pada penglihatannya. Semua terlihat buram. Tidak lama kemudian dia merasakan denyutan di kepalanya dan yang dia tahu setelah denyutan itu timbul nyeri tidak tertahankan di dada. Penglihatannya semakin redup dan secara bertehap hilang seiring kesadaran yang menipis.