Chereads / Perjalanan Menuju Puncak Kebahagiaan / Chapter 7 - Takut Di Foto

Chapter 7 - Takut Di Foto

Dody melangkahkan kaki menghampirinya, "Emh. Apa yang kamu temukan?" tanya Dody penasaran.

"Lihatlah! Ada beberapa kitab bela diri dasar disini, kamu bisa kamu mempelajarinya." ucapnya penuh semangat, dengan tangan mengusap debu yang menumpuk.

Dengan antusias, buku yang disodorkan pun segera ia terima. Dengan tekatnya yang kuat, Dody membuka halaman pertama dari buku usang yang terbuat dari kulit binatang itu.

Namun setelah buku itu di buka, mata sipit itu hanya melihat beberapa coretan yang terlihat seperti manusia. Dengan bentuk yang aneh, dan dalam posisi kepala dibawah terlihat sedang menggerakkan tangan juga kakinya.

"Hahh... Apa kamu bercanda?"

"Sebuah coretan tak jelas tanpa ada penjelasanya seperti ini mana bisa aku pelajari." ucapnya tak yakin dengan apa yang dia lihat.

"Apa kamu bodoh? Itu kebalik!" teriak Putri geram.

"Hoooh. Ternyata begitu. Aku kira memang harus mengikuti latihan dengan kepala dibawah." ucap Dody dengan sedikit senyum diujung bibirnya tanda mengeledek, karena sebenarnya ia pun tahu bahwa buku tersebut terbalik.

Putri yang geregetan dengan sikapnya pun menjewer telinga Dody, "Kamu ini niat belajar gak sih? Dari tadi main-main mulu!"

"Cepat pelajari dan hafalkan gerakannya!" ucapnya tegas.

"Haha... Baiklah Tuan Putri! Pemuda ini akan menunjukkan bakatnya, supaya bisa memastikan keselamatan mu kelak. Hahaha..." balas Dody mengepalkan tangan dengan kepala mendongak keatas dan tertawa dengan bangga.

"Hmph." balas Putri, sembari melepaskan tangannya.

Muka Putri terlihat serius, "Apakah kamu benar-benar tidak bisa bela diri, Mas?"

"Tapi bagaimana bisa kamu sampai di sini? Dengan pakaian aneh yang mencolok waktu itu, seharusnya kamu menjadi pusat perhatian para pendekar."

"Apa kamu hanya berpura-pura lemah didepanku?" tanya Putri keheranan.

Di ruang sempit penuh dengan tumpukan buku pengobatan yang berjejer pada sebuah rak berdebu, diletakkanlah buku bela diri yang ia pegang dan segera melayangkan tangannya mengusap pipi halus milik Putri.

"Apa kamu percaya jika aku bukan dari dunia ini?" ungkapnya.

"En. Aku juga yakin, bahwa sebenarnya kamu bukanlah dari kerajaan Mahasurya. Tapi dari kerajaan mana kamu berasal, Mas?" balas Putri sembari menyambut tangan yang menyentuhnya dengan hangat.

Dody menggelengkan kepalanya, "Emm. Bukan! Maksudku bukanlah dari kerajaan manapun di Planet Glando ini. Aku berasal dari Bumi." ucapnya menjelaskan.

"Hahh Bumi?" Putri yang tak mengerti dengan pengakuan Dody pun hanya mengerutkan keningnya.

Bagi Putri yang tak pernah meninggalkan Desa Wono Sari pun semuanya terdengar mustahil. Karena yang ia ketahui selain dari Kerajaan Mahasurya hanyalah Kerajaan 1000 Bunga, itupun karena desa tempat tinggalnya tak jauh dari perbatasan.

Namun sekarang ia mendengar bahwa lelaki muda yang ia cintai berasal dari dunia yang berbeda dengan sebutan Bumi, sehingga membuatnya semakin tak mengerti.

Namun sesaat kemudian, ia teringat akan suatu hal. Pada saat Dody datang waktu itu dan tak sadarkan diri, ia pernah memungut beberapa benda dengan bentuk aneh.

"Jadi beberapa benda aneh itu, apakah juga berasal dari dunia asalmu, Mas?" ucapnya dengan nada tak yakin.

"Hah, benda aneh. Dimana itu?" balas Dody yang juga penasaran. Namun ia pun juga ingat, seharusnya itu adalah smartphone yang ada di saku celananya.

Putri pun segera melepaskan tangan yang masih saling menempel dipipinya, "Aku akan mengambilnya." ucapnya, yang segera diikuti langkah kaki untuk pergi ke arah sebuah kamar kosong.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Putri pun segera kembali dengan membawa sebuah kotak yang terbuat dari papan dengan ukiran unik berbentuk ikan.

"Bruk... " Putri meletakkan kotak itu diatas meja.

Jari-jemari yang terlihat elok itu bergerak membuka kotak, "Ini semua adalah barang-barang milikmu, yang aku simpan setelah mencuci pakaian lamamu."

"Karena yakin bahwa ini sesuatu yang berharga, maka aku pun menyimpanya di kotak ini." ucapnya menjelaskan.

Mengetahui beberapa benda didalam kotak yang tak asing baginya, Dody pun segera mengambil salah satu yang paling menarik pandanganya.

"Ah, benar! Ini adalah Hp Androidku. Tapi setelah beberapa bulan berlalu, batrainya sudah terkuras habis." ucap Dody girang dan mencoba menghidupkanya.

"Memang benar. Setelah terbangun, aku tak pernah menanyakan barang yang terbawa dari Bumi. Karena hari-hari yang sudah terlewati penuh dengan kesibukan mencari tumbuhan bahan obat dihutan, sehingga membuatku lupa."

"Tak kusangka Putri menyimpanya seperti barang berharga. Hihihi..." batinya.

"Hah, apa itu Mas?" tanya putri penasaran.

Rasa penasaran Putri pada benda aneh itu membuatnya mendekat untuk memperhatikan lebih jelas.

"Mungkinkah itu sebuah jimat yang teramat sakti, sehingga bisa melindunginya dalam perjalanan?"

"Namun aku tak merasakan sedikitpun kekuatan roh dari benda itu." batinya.

Sebuah jimat adalah benda yang memiliki energi khusus, dan menjadi jalan pintas bagi seorang pendekar untuk mendapatkan kekuatan secara instan.

Karena tanpa melakukan ritual tertentu, pada dasarnya sebuah jimat akan langsung melindungi pemiliknya hanya dengan mengucapkan beberapa kalimat sebagai mantranya.

Kekuatan didalam jimat itu dipercaya datang dari para roh atau jiwa dari binatang buas, iblis, dan juga manusia yang telah mati dan bersemayam dalam jimat itu. Kegunaan dari jimat pun beragam, mulai dari kekebalan, kekuatan, pengasihan, dan juga penglaris untuk jualan.

"Drrttttt... Greng greng!" sebuah getar dan suara hp yang baru dihidupkan.

Rasa penasaran yang tadi ia miliki segera berubah menjadi perasaan kaget sekaligus takut setelah mengetahui benda itu menyala dan mengeluarkan suara.

"Ahhhhhhhhhhhh..." teriak Putri yang segera menjauh pergi.

"Apa itu? Jangan menakutiku!" ucapnya dengan raut wajah seperti melihat hantu.

Sementara, Dody yang masih asik dengan smartphone pun tak menghiraukanya.

"Aha! Untunglah setelah dihidupkan batrainya masih tersisa 15%, cukup untuk menunjukkan ke Putri." gumamnya.

Sementara Putri yang masih ketakutan terus bertanya, "Mas, apa itu? Jangan membuatku takut." teriaknya.

"Jangan takut, ini adalah teknologi dari duniaku. Kemarilah, akan aku tunjukan sesuatu yang belum pernah kamu lihat." ucap Dody meyakinkan.

Dengan ragu-ragu Putri melangkahkan kakinya mendekat. Namun tak lama kemudian, beberapa kilatan lampu flash menyala sesaat setelah Dody mengarahkan hp itu ke Putri.

"Cekrek.. Cekrek..." suara kamera hp.

"Ahhhhhhhh... Ahhhhh... " teriak Putri histeris dengan memejamkan matanya ketakutan.

Beberapa kali melihat sorot cahaya yang mengarah kedirinya, putri kaget setengah mati. Akhirnya iapun menjerit ketakutan yang diikuti oleh isak tangis. Kakinya terasa lemas, sehingga tubuh elok itu kini roboh dengan airmata yang mulai mengalir.

Melihat Putri yang sangat ketakutan, malah membuat Dody tertawa terbahak-bahak hingga perutnya pun terasa kaku.

"Hahaha.... Kenapa kamu sangat ketakutan? Lihatlah, wajahmu terlihat begitu imut. Hahahaha" tanya Dody dengan tawa lebar, dan tangan memukuli meja ringan karena tak kuasa menahan tawa.

Rasa takut, kaget, dan malu, yang dirasakan Putri membuatnya kesal. Sehingga ia segera bangkit dan ingin bergerak pergi.

"Kamu jahat! Teganya kamu ingin menggunakan benda aneh itu untuk menyakitiku. Kamu jahat!" teriaknya dengan bulir airmata yang terus menetes.

Dody yang mengetahui bahwa tindakannya sudah berlebihan pun segera berlari mengejar dan memegang tangannya supaya tidak pergi.

"Hey! Dengarkan aku dulu. Jangan marah. Lihatlah, benda ini dapat menyimpan gambar wajah manismu dengan detail." jelasnya dengan menunjukkan foto yang sudah diambil untuk meyakinkan Putri supaya tidak pergi.

Putri tak mendengarkan dan terus mencoba melepaskan genggaman tangan Dody, "Lepasin Mas!" tegasnya benar-benar marah.

Dody segera memeluk tubuh yang terus memberontak itu, "Maaf! Aku sudah berlebihan. Tapi tolong tenanglah dan dengarkan dulu, waktu kita tidak banyak. Aku hanya ingin foto bersama, setelah itu silahkan marah sepuasmu." ucapnya seraya memperlihatkan fotonya.

Putri mulai tenang dalam pelukan Dody, "Sebenarnya jimat apa itu, Mas?" tanya Putri yang mulai tenang.

"Ini bukanlah jimat, melainkan sebuah alat dengan teknologi modern yang bisa melakukan banyak hal. Lihatlah, benda ini juga bisa mengambil gambar dengan sangat detail." jelasnya.

"..." Putri hanya terdiam dan mendengarkan.

"Sekarang peluklah aku dengan erat, dan lihatlah ke benda ini. Kita akan foto bersama. Jangan takut dan jangan memejamkan mata." imbuhnya.

Putri yang mulai percaya setelah melihat fotonya tadi pun dengan ragu-ragu mengikuti arahan yang diberikan Dody.

"Cekrek" suara kamera hp kala Dody selfie dengan Putri.

"Ehh... Kenapa agak buram, apakah cintamu padaku hanya sekedar main-main?" ucap Dody dengan mulut segera terkunci menahan tawa.

"Ahihihi... Mumpung suasananya lagi pas banget, aku kerjain lagi aja dia." batinya, dengan ekspresi ketawa jahat.

"Gak mungkin, Mas. Aku mencintaimu dengan sepenuh jiwa ragaku, apa yang masih kurang? Kenapa kamu ragu?" Putri segera menggenggam tangan Dody dan menanggapi perkataan itu dengan sangat serius.

"Ekhem... Ya aku percaya aja sih, tapi nyatanya foto kita berdua tak terlihat begitu jelas. Berarti kamu masih belum sepenuhnya menyerahkan dirimu padaku." ucapnya.

Dody segera memalingkan wajahnya karena sudah tak sanggup menahan tawanya. Namun karena rasa takut kehilangan yang berlebihan, Putri merespon dengan menjelaskan terus menerus dan takut Dody tak mempercayai perasaan yang dia miliki.

"Mas, tolong percaya sama aku."

"Mas, cuma kamu yang aku miliki. Dan cuma kamu yang aku cintai."

"Tolong Mas!" ucapnya terus menerus yang terdengar sedikit putus asa.

"Druttt... Drutt..." suara hp kehabisan batrai dan segera mati.

"Hah sial! Karena terlalu sibuk ngerjain Putri, sampai lupa belum foto yang bagus dan hpnya sekarang udah mati lagi." batinya menggerutu.

"Hooh... Baiklah! Karena kamu sangat serius, maka sekarang aku pun lebih mempercayai mu."

"Karena sebenarnya, alat ini tak ada hubungannya dengan cinta." ucap Dody cuek seakan tak ada yang terjadi, sembari melangkahkan kaki menghampiri kotak untuk meletakkan hp.

Putri yang sudah menjelaskan secara mati-matian tapi tak dihiraukan namun akhirnya dia hanya dikerjain pun merasakan sebal, kecewa, kesal, marah, sedih, yang bercampur aduk.

"Heeeh..."

"Haaah..."

"Haaaaaaaaaaaah..." teriaknya dengan tangan mengepal geregetan.