Namanya Rey, temanku saat masih menempuh studi. Kami bukan teman dekat, lebih tepatnya tidak akrab. Kami lebih sering mewarnai pertemuan kami dengan adu argumen dan bertengkar tidak jelas, tapi semua itu tidak pernah dianggap serius dan pertengkaran-pertengkaran itu selalu diakhiri dengan kami yang saling tertawa atau menonton film kartun bersama. Setelah menempuh yudisium bersama, dia melanjutkan bisnis cabang milik ayahnya yang berada di Euron.
1.30, pria tepat waktu itu sampai di rumahku. Masih memakai pakaian kerjanya, dia langsung masuk ke ruang tamu dan berbaring di sofa.
"Aku punya teh yang enak, mau aku buatkan?," tawarku.
Dia hanya terdiam, terlihat sangat kelelahan. Menutup wajahnya dengan tangannya, dan mungkin tertidur. Aku mencari tas yang dia bawa yang sudah dilempar entah kemana, dan setelah ketemu, aku meletakkannya di atas meja. Aku mulai menghangatkan makanan, membawakan dia teh dan beberapa camilan.
"Makanlah sedikit, nanti kau sakit," ujarku mengingatkan.