Chereads / Falling For A Gang Leader / Chapter 2 - 01 ( hanya sebuah tanda tangan tak akan membunuhmu )

Chapter 2 - 01 ( hanya sebuah tanda tangan tak akan membunuhmu )

"YUKI!" sesosok gadis berambut hitam sebahu nampak berlari menghampiri sesosok gadis lain berambut merah berkepang dua.

PLAK

Gadis berambut hitam itu dengan santainya menggeplak lengan si rambut merah.

"aduh! bisa nggak kalau nyapa jangan pakai geplak tangan orang segala!"

"hehe.. maaf kebiasaan!"

"cukup sudah.. kau sakiti aku lagi.. serpihan periiih iiini akan kubawa maaati" Yuki mengusap lengan yang baru saja digeplak oleh teman seperjuangannya Tiara atau biasa ia panggil Rara itu dengan mendramatisir.

"jangan mulai deh" cebik Rara yang membuat Yuki kemudian memandangnya datar.

"ck.. ada apa?"

"udah dapet tanda tangannya?" tanya Rara.

"belum, kau sendiri?"

"belum juga, tapi kalau kita nggak dapet tanda tangannya maka tugas akan diganti.. katanya kita bakal disuruh pakai kostum pocong didepan pak kepala sekolah"

"a-apa?! si Sadewa itu gila ya?!"

" ah aku pusing!"

"sebenarnya ini pendaftaran anggota klub musik atau ospek?!"

"aku capek!"

.

.

.

.

.

"jadi sekarang apa lagi masalahnya? Bapak sudah bosan melihat wajahmu diruanganku Xian Widharma"

"kalau bosen, ngapain tetep ngurusin masalah gue?"

Sang kepala sekolah nampak memijit pelipisnya mendengar jawaban Xian. Perlu diketahui, Pak kepala sekolah ini sudah terbiasa akan sikap Xian yang kurang ajar. Beliau bahkan sudah terbiasa akan Xian yang tak berbicara dengan bahasa yang sopan didepan orang yang lebih tua.

"kau adalah siswa disini Xian! jadi apapun yang kau lakukan akan mempengaruhi nama baik sekolah ini!"

"oh.. terus kenapa nggak keluarin aja dari sekolah ini sekalian?"

"XIAN WIDHARMA!!!"

"kenapa? bapak sungkan? ah.. pasti karena dulu orang tua gue semasa hidupnya pernah nolong bapak ya? dan juga karena dulu mereka juga yang ngebantu buat bangun sekolah ini? gitu? jadi bapak ngerasa kalo gue ini tanggung jawab bapak gitu? asal bapak tau.. gue nggak butuh belas kasihan dari siapa-"

PLAK

Xian terdiam saat sang kepala sekolah menampar pipinya dengan keras.

"suruh kakakmu datang kesekolah besok"

"nggak sudi!"

"XIAN!!!"

"gue nggak punya kakak" sang kepala sekolah hanya bisa menghela nafas lelah.

"bawa kakakmu kesini besok atau bapak sendiri yang akan memberitahunya secara langsung"

"terserah" ucap Xian yang kemudian dengan tak sopannya segera melangkah keluar dari ruangan sang kepala sekolah.

"HEI!! XIAN WIDHARMA!! BAPAK BELUM SELESAI BICARA!" sekali lagi, sang kepala sekolah hanya bisa menghela nafas lelah menanggapi perilaku satu muridnya itu.

"dan kau Rudi Subarsa, kenapa kau bertengkar dengan Xian tadi?"

"dia tiba tiba memukulku" jawab siswa berambut hitam yang sedari tadi masih duduk didepan sang kepala sekolah tersebut.

"jangan berbohong, dia tak akan memukul seseorang tanpa alasan"

"kenapa bapak selalu membelanya"

"Bapak tak membelanya, Bapak hanya mengerti akan sifatnya"

Rudi terdiam.

"bawa orang tuamu kesekolah menemuiku besok"

"tapi-"

"tak ada tapi tapian Rudi!!"

.

.

.

.

.

"Kak!! kau bertengkar lagi? ada darah ditanganmu" ucap Juki salah satu anggota geng Andromeda. Sebenarnya nama lengkapnya adalah Juna Kisaki tapi teman temannya sudah terbiasa memanggilnya Juki.

Andromeda adalah sebuah geng berandal yang terkenal disekolah ini. Mereka terdiri dari 15 anggota yang terdiri dari anak kelas dua juga kelas tiga serta Juki yang merupakan satu satunya anggota yang berasal dari kelas satu.

Mereka bahkan punya markas tersendiri disekolah ini, lebih tepatnya markas tersebut adalah bekas ruang musik yang telah tak terpakai.

Xian, sosok yang baru datang tersebut segera merebahkan tubuhnya disofa panjang ditengah ruangan tanpa menjawab pertanyaan Juki tadi.

"kali ini apa lagi?" tanya Xavie.

"siapa yang berulah denganmu?" Xavie berjalan mendekati Xian.

Xian melirik sekilas kearah Xavie kemudian kembali menutup matanya.

"Rudi" jawabnya singkat.

"Rudi? dia membuat ulah lagi dengan kakak?" tanya Juki.

Xian hanya diam.

"katakan, apa yang dia lakukan padamu?" Xavie duduk di lengan sofa yang ditiduri Xian.

"dia bilang aku anak haram" jawab Xian datar.

Xavie Barata, satu satunya pemuda yang membuat Xian berbicara halus padanya. Satu satunya sosok yang ia anggap kakaknya, pelindungnya.

Ada 2 orang yang Xian hormati, ibunya dan juga Xavie. Hanya pada mereka Xian berbicara sopan. Dan sebaliknya, Xavie hanya berbicara lembut pada Xian seorang, selebihnya jangan harap kalian bisa mendengar kalimat kalimat sopan keluar dari mulutnya. Semua perkataannya sama kasarnya dengan Xian. Bedanya, Xavie masih bisa berbicara sopan pada yang lebih tua seperti para guru, kepala sekolah, bibi kantin, staff sekolah lainnya yang menurutnya pantas dihormati.

"APA? DIA ITU!! BERANI SEKALI NGOMONG KAYAK GITU SAMA KAKAK XIAN!! KAYAKNYA DIA MAU MATI!! AKU PENGEN BANGET NONJOK MUKANYA!!" sungut Juki.

"nggak usah" gumam Xian.

"jangan dipikirkan" Xavie membelai lembut surai terang milik Xian.

"hm"

"badanmu agak panas" ucap Xavie yang merasakan suhu tubuh Xian tersebut.

"aku nggak apa apa"

.

.

.

.

.

"Ketua.. ada beberapa anak baru yang mencarimu diluar!" salah satu anggota Andromeda.

Xian membuka matanya.

"biar aku aja" namun Xavie segera berdiri dan keluar dari ruangan menghampiri beberapa siswa maupun siswi yang tengah berkerumun didepan markas mereka.

"ada apa?" tanya Xavie dingin pada beberapa murid yang berkerumun didepannya.

Beberapa murid yang tadinya berisik tersebut mendadak terdiam ketika berhadapan langsung dengan Xavie.

Mereka bahkan saling menyenggol satu sama lain untuk mewakili berbicara.

"ka-kami ingin bertemu Kakak Xian Wi-Widharma" cicit salah seorang siswa.

"mau apa?"

"ka-kami diberi tugas untuk mendapatkan tanda tangan Kak Xian"

"tugas? siapa bajingan yang memberi tugas kayak gitu?"

"Kak Sadewa"

"emang buat apa kalian dikasih tugas ginian?"

"ini demi masuk ke klub musik.. katanya calon anggotanya terlalu banyak, jadi Kak Dewa ngasih tugas kami untuk bisa lolos"

"cih! Dewa gadungan itu bener bener.. kenapa nggak bilang ke gue?! gue kan ketuanya!! dan kenapa nggak langsung aja seleksi kemampuan musiknya sih! malah bikin ribet kayak gini!!" gumam Xavie dengan nada kesal.

"Xian lagi nggak pengen diganggu, kalian bubar aja" ucap Xavie yang kemudian berniat kembali masuk kedalam ruangan. Namun beberapa murid dengan kompak saling memohon.

"kami mohon Kak"

"iya.. kalau nggak maka kami bakal dikasih tugas yang lebih berat.."

"Kakak kami mohon.."

"tolong kami.."

"Kakak.."

Xavie berbalik menatap tajam kearah kerumunan murid tersebut dan mereka dengan serentak terdiam takut tanpa berani memohon lagi.

Xavie akhirnya benar benar melangkah masuk kedalam ruangan lagi meninggalkan beberapa murid baru yang nampak sedih disana.

"ada apa kak?" tanya Juki saat Xavie kembali masuk kedalam markas mereka.

"murid murid calon anggota klub musik, mereka dikasih tugas buat minta tanda tangan Xian"

"apa? bukannya kau ketua klub itu kak? kakak ngasih mereka tugas itu untuk apa?"

"bukan gue, si Dewa.."

"Kak Dewa? dia jahil sekali"

"hm.. kayaknya gue harus ngejepit idungnya pake tang biar dia taubat"

"taubat? kelakuanmu bahkan lebih buruk dari Kak Dewa" ucapan Juki membuat Xavie menggeplak sayang kepalanya hingga ia mengaduh kesakitan.

Xian yang mendengarnya hanya bisa melirik sekilas kearah Xavie.

"cepet hubungi Dewa" titah Xavie pada salah satu anak buahnya.

Perlu diketahui bahwa Xavie adalah wakil ketua geng Andromeda.

"baik.." jawab salah satu anak buahnya patuh.

"Xian.. kamu nggak apa apa?" tanya Xavie melihat Xian yang masih berbaring disofa dengan mata terpejam "kamu tidur?"

"nggak" jawab Xian singkat.

Xavie berjalan menghampiri Xian kemudian meletakkan telapak tangannya didahinya.

"makin panas" gumamnya.

"aku pengen balik ke kelas" ucap Xian seraya melepas tangan Xavie dari dahinya.

"aku nggak apa apa" Xian berjalan keluar dari markasnya.

Dan tepat didepan pintu, beberapa murid calon anggota klub musik tadi masih setia berdiri disana. Namun saat Xian menatap mereka, bukannya segera minta tanda tangan, mereka malah terdiam takut tanpa berkata apapun.

Xian dengan wajah dinginnya segera pergi meninggalkan kerumunan murid tersebut tanpa ucapan apapun.

"bukannya itu Kak Xian?" salah satu siswa berbicara.

"iya.."

"kenapa kau diam aja tadi?"

"kau sendiri juga diam aja"

"aku takut"

"aku juga"

"wajahnya manis.. tapi kelihatan dingin"

"iya.."

.

.

.

.

.

Xian memandang tajam kearah sosok yang berdiri dihadapannya sekarang ini.

"Xian.. maaf.. kami tadi udah berusaha keras ngusir dia, tapi dia keras kepala banget dan malah nungguin kamu disini"

Xian memijit pelipisnya, kepalanya pusing.

"minggir" ucap Xian dingin pada siswi yang tengah berdiri disamping tempat duduknya tersebut.

"Xiaaaan.. boleh aku minta tanda tanganmu? kumohon" tebak siapa yang seberani ini? dia Yuki Rianzani.

Xian memandang tajam siswi dihadapannya tersebut.

Beberapa murid teman sekelas Xian bahkan mencoba menyeret tubuh Yuki menjauh dari Xian.

"pergi" ucap Xian pelan. Jika saja keadaannya sedang baik, mungkin dia sudah membentak dan mengumpati Yuki sedari tadi. Namun badannya rasanya lemas sekali, kepalanya juga amat pusing.

"kumohon Xian.. cuma satu tanda tangan aja apa susahnya" Yuki dengan keras kepalanya masih memohon disana.

"ugh" Xian memejamkan matanya saat merasakan perutnya yang bergejolak, ia merasa mual.

"ayo pergi dari sini!" beberapa murid menyeret paksa Yuki dari hadapan Xian.

"XIAAAAN KUMOHON! XIAAAN!! COBALAH MENGERTI.. SEMUA INI MENCARI ARTI.. SELAMANYA TAKKAN BERHENTIIIII!!" teriak Yuki yang tengah diseret beberapa murid keluar dari kelas Xian.

Xian akhirnya dapat duduk dikursinya.

"maaf akan keributan yang terjadi Xian" ucap salah satu teman sekelasnya.

"hm" jawab Xian sekenanya yang kemudian memilih menelungkupkan wajahnya diatas mejanya.

Perlu kalian ketahui jika teman teman sekelasnya amat menghormati Xian, bukan takut.. tapi menghormati. Berbeda dengan kelas kelas lain yang takut dengannya. Karena hanya teman sekelasnyalah yang tau sifat asli Xian. Banyak orang mengira dia orang yang kejam, dingin, jahat, tak berperikemanusiaan tapi dimata teman temannya dia adalah sosok yang bertanggung jawab, dia memang dingin tapi dia baik, dia akan dengan sigap melindungi temannya yang membutuhkan pertolongan. Dia bahkan pernah menghajar siswa kelas tiga hingga masuk rumah sakit karena berniat melakukan pelecehan terhadap teman sekelasnya.

Tapi tunggu, kalian kira Yuki sudah pergi? jawabannya tidak.

"Xiaaaaan.. kumohooon.." gadis berambut merah itu kembali berlari menerobos beberapa murid kelas 2C lain dan menuju ke bangku milik Xian.

"ck!" Xian berdecak kesal.

"Xian maaf.. dia keras kepala banget dan sulit diatur.. kami akan mengurusnya" ucap salah satu teman sekelas Xian.

"nggak usah" ucap Xian yang kemudian bangkit berdiri dan memilih pergi keluar kelas meninggalkan Yuki yang terlihat terkejut itu.

"XIAAAAAAN... SEANDAINYA KAU TAU.. KU TAK INGIN KAU PERGI.. MENINGGALKAN KU SENDIRI BERSAMA BAYANGANMU..." Yuki dan drama musikalnya.

"hei.. kau punya gangguan jiwa ya?" celetuk salah satu siswi yang berdiri didekat Yuki.

"dih! siapa kau?" ucap Yuki dengan songongnya dan segera berlari pergi menyusul Xian.