"Lagian aku pergi sama Dia, suami aku kak!" lanjut Lisa.
"Kakak nggak 100% percaya sama dia, apasih susahnya nunggu baby kamu lahir."
"Jino, ini kan keputusan adik kamu, kamu harus percaya dong." sahut Bella.
"Diam kamu! Kamu itu nggak tahu apa-apa. Kecemasan seorang kakak kepada adiknya itu besar! Nggak pantas kamu ikut-ikuttan nyaut!" Jino membuat Bella menegang hebat. Perkataan itu cukup kasar untuk diucapkan apalagi kepada tunangan. Jino sudah tidak bisa mengontrol emosinya. Bella menunduk, hatinya teramat sakit. Dari dulu memang dia tidak pernah dianggap oleh Jino.
"Jino, biarin aja. Dia udah punya suami yang bakal jagain dia. Toh, Renno nggak akan biarin Lisa sendirian di sana. Renno akan sewa Dokter pribadi serta susternya. Banyak pelayan nanti Jino," ujar mama Nisa dengan nada lembut, ia mengenal sifat Jeno yang mudah sekali emosi. Apalagi Jino sudah membuat hati Bella terluka. Terlihat sekali wajah Bell langsung layu dan tidak seperti tadi.