Plakkk tamparan panas mendarat di pipi Mina yang nampak mulus tanpa jerawat. Rasanya panas dan nyeri. Meira sangat membenci gadis ini karena Mina selalu mengusik bahkan selalu ikut campur dengan urusannya. "Jika kau masih saja banyak cakap, aku tidak akan membiarkanmu tetap bersekolah di sini!" peringat Meira tak main-main, menajamkan matanya lalu menyungging senyum remeh.
Mina mengumpat, "Persetan!"
Meria tidak memperdulikannya lagi. Gadis itu berjalan bak model yang menjadi pemandangan indah bagi para cowok, kecantikan wajah dan tubuh Meira memang sudah menjadi keturunan dari keluarganya. Hanya saja sikap Meira yang sangat disayangkan. So! Meira menikmatinya!