Netranya seperti permata biru yang berkelap-kelip saat berkedip, rambut putih itu tersapu angin. Hidung menggunung membangun kesetaraan pada wajah nan rupawan dan bibir merahnya bagaikan dipoles dengan darah. Jika digigit memunculkan warna putih dan kembali merah setelah gigi terlepas dari bibirnya.
Apa yang sedang dilantunkan oleh bibir merahnya padahal dia sedang sendirian. Itulah hal yang membingungkan dari Hiro. Dia berbaring di atas kedua tangannya. Dia mengenakan kaos putih tanpa kerah, celana longgar dan sepatu biru gelap.
Untuk sesaat Renji dalam diri Yuki terdiam memandang Hiro. Akal jahilnya terproduksi hanya dengan melihat orang yang dulu menangkap dan memenjarakannya. Mungkin, kelakuan Renji kali ini selain didasarkan atas keingintahuannya tentang hasrat seksual seorang perempuan, dia juga meluncurkan balas dendam kepada Hiro.
Hati yang tergelitik kesenangan ingin balas dendam itu diketahui oleh Yuki. Gadis itu memang sudah lelah menghentikan maksud jahil Renji, tetapi untuk kali ini, karena Hiro adalah targetnya,Yuki lekas membangun kekuatan. Dia tak ingin terjadi kesalahpahaman lagi dengan Hiro.
[ Berhenti, Renji! Aku tidak akan mengampunimu kalau kau lakukan ini! ] Kekuatan belum terbangun, Yuki cegat dengan seruan dan bentakan.
Tetapi, dia salah berhadapan dengan Renji yang tingkat kejahilannya melebihi hantu kelas berat.
[ "Kau mau apa memangnya, bergerak saja tidak bisa. Aku akan melakukannya dan kau cukup rasakan saja sensasinya," ] kata Renji.
[ "Biar kuberitahu, ada dua tipe pria yang sering dihadapi wanita jika wanita mencium lebih dulu. Pertama, dia akan terperanjat bangun dan meminta penjelasanmu. Ini adalah pria yang tidak memiliki perasaan khusus, tetapi dia akan mempertanyakan perbuatanmu sebagai pertimbangan untuk menjadikanmu kekasihnya. Yang kedua, dia akan diam dan menciummu kembali. Pria yang seperti ini berarti dalam 24 jam kesehariannya, ada sekurang-kurangnya 1% ruang yang dia gunakan untuk memikirkanmu," ] papar Renji, seolah-olah pakar dalam urusan cinta.
Renji teringat sesuatu dan dia kembali berbicara, [ "Beberapa hari yang lalu, aku memergokinya sedang menyusup ke kamarmu. Mari buktikan apakah dia memiliki suatu perasaan terhadapmu, Yuki." ]
[ Tunggu, ke-ke kamarku? Hiro melakukan itu? ] Yuki pun penasaran.
Yuki tiba-tiba gugup mendengar perkataan Renji. Namun, dia menepis rasa gugup itu dengan kembali membentak, [ Bicara apa kau ini? Dasar mesum! Hantu mesum! ]
[ "Argh . Aku mulai lelah mendengar umpatanmu!" ] Renji bergerak meski satu kakinya setengah diseret.
[ Aaaaackkkk! Hentikan! ]
Mendengar Yuki berteriak dalam hati, Renji tersenyum menyeringai. Dia menghampiri Hiro dan duduk di tepi meja. [ "Aku tahu kau juga ingin mengetahui perasaannya 'kan, Yuki?" ]
Angin yang berkibas akibat keberadaan Yuki membuat Hiro terusik.
Mata biru itu terbuka, dan menatap mata Yuki, kerutan di ujung alisnya menandakan pria berambut putih itu mempertanyakan keberadaan Yuki di tempat itu.
Hiro bangkit hendal duduk. Tiba-tiba Yuki mengecupnya. Waktu seakan terhenti untuk sejenak. Hiro mematung dengan mata yang membola.
Kebetulan saat itu beberapa mahasiswa baru dari kelas Yuki baru saja naik dan melihat kejadian itu. Terdengar segelintir tawa kecil yang bergegas meninggalkan tempat itu agar tidak mengganggu.
Menyadari keberadaan teman-temannya. Yuki pun panik dan berseru, [ Renji, ini akan menjadi masalah yang rumit! Berhenti sekarang! ]
Seketika itu ruang dan waktu seakan kembali berputar pada kesadaran Renji. Renji terbangun dari lamunannya dan segera melepaskan kecupan dari bibir Hiro. Dia berbalik lalu berjalan menjauh.
[ "Wah, apakah tadi itu, aku mati dua kali?" ] Kebingungan menghantam Renji. [ "Aku tak merasakan diriku di antara mereka berdua. Seolah menjadi patung setelah mencium Hiro. Aku harus tanyakan ini pada Suno." ]
Renji menyentuh dada Yuki dan berkata, [ "Hai, Yuki. Jantungmu terlalu kencang. Aku tidak kuat menahannya." ]
[ Gara-gara kau. Aku merasa sesak! Bagaimaa kalau ... kalau Hiro meninggalkan energinya lagi pada bibirku? Mungkin dia akan melakukan 'itu' lagi. ] gerutu Yuki.
"Tidak hanya aku, Yuki bahkan juga mengalami hal aneh ini," gumam Renji.
Sementara orang yang ditinggalkan oleh Yuki masih duduk di atas meja. Hiro menyentuh bibirnya dan merasakan sedikit tenaga gadis itu dari saliva yang tertinggal.
"Bau harum ini seperti ... Anggur," mata biru Hiro menatap punggung Yuki dengan tajam.
Hiro menjatuhkan kakinya di lantai. Dia beranjak dan berjalan menyusul Yuki. Dengan langkah gusar, dia menarik lengan Yuki dengan kasar.
Begitu Yuki berbalik. Tiba-tiba tangan Hiro memukul dada Yuki secepat kilat.
Ada tekanan hebat meski tangan Hiro tak menyentuh tubuh gadis itu. Saat itu juga Renji terlempar keluar dari tubuh Yuki.
Hantu itu terpelanting sebelum akhirnya menembus lantai dan jatuh ke dasar lantai satu gedung universitas. Jatuhnya tubuh halus Renji mengejutkan semua orang termasuk para hantu.
Setelah terlepas dari Renji, tubuh Yuki menjadi kaku jatuh ke lantai.
Hiro menangkap Yuki. Perlahan dia menyandarkan punggung Yuki pada satu kakinya.
"Kau bisa bergerak?" Suara pria itu seperti berbisik saking pelannya.
Yuki hanya merespon dengan kedipan mata.
"Maaf, aku harus melakukan ini lagi," ujar Hiro.
Suara kecil itu terdengar sekilas bersamaan wajah Hiro yang mendekat.
Mata Yuki membelalak, ketika merasakan bibir Hiro menekan mulutnya.
Meski hanya terlangsung sebentar, sukses membuat Yuki merasakan sensasi yang menggelitik tubuhnya.
Hiro melepas bibirnya kemudian membuang napas pendek lalu menengadah.
"Sebentar lagi, malam. Hantu-hantu akan berkeliaran di sekitar gedung."
Yuki digendong, kemudian disandarkan di tembok pembatas rooptop.
Hiro berdiri di samping Yuki, lengannya menumpu dipermukaan pembatas.
"Setelah kejadian itu, aku tidak menemukan aroma indigomu. Kurasa kau baru saja memilikinya. Berhati-hatilah! Aroma seorang indigo dapat tercium dari keringat, air mata dan air liur. Kau memiliki aroma yang harus seperti anggur. Aroma manis itu sering kali menjadi incaran para hantu dan siluman."
"Tadi itu, aku tidak bermaksud mencuri energi kehidupanmu. Aku hanya mengambil energiku yang baru saja melekat pada bibirmu. Aku tidak ingin aromamu terdeteksi di tubuhku."
"Ingatlah, sesama Indigo dapat saling menukarkan aroma. Jika musuh mendengus aroma itu, kau akan ikut dikejar."
Sambil mendengarkan penjelasan Hiro, Yuki berhasil menggerakkan tangannya.
"Tidak seharusnya kau bersekutu dengan pelayanmu. Pada satu tubuh yang memiliki dua jiwa, pernah kudengar akan menyebabkan kelumpuhan. Karena hantu yang merasukimu tadi, makan dari darah dan otot-ototmu. Sebagai seorang indigo, seharusnya kau sudah belajar cara menangkal masuknya makhluk jahat di tubuhmu."
"Renji adalah hantu yang pintar. Dia gigih dan cenderung memaksa. Jangan tinggalkan tubuhmu dalam kondisi kosong. Dan ... Jangan mencium lelaki lain karena kau tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."
"Dia memang brengsek!" Yuki mengutuk, dia beranjak berdiri dengan kondisi yang belum stabil.
Hiro memegang tangan gadis itu dan meletakkan tiga permen. "Sebaiknya kau gunakan ini."
"Apa ... ini?" tanya Yuki, bingung.
"Permen inidgo!"