Kuku-kuku berserakan di antara daun-daun kering, diinjaknya oleh sepatu boot. Masih di bawah pohon tempat semula ia istirahat, Jerry duduk dengan lutut yang menyatu di dada. Kedua tangannya memeluk lutut dan pandangannya lurus ke upuk timur. Mata merah karena tidak tidur itu sedang fokus menikmati semburan fajar di antara celah-celah pohon. Udara dingin yang meresap di antara daging tubuhnya membuat Jerry sangat kedinginan. Namun, semua itu diabaikannya. Ia lebih tertarik memuji keindahan pemandangan pagi ini.
Entah berapa lama lagi ia akan bertahan sebagai manusia, oleh karena itu ia ingin melihat sinar matahari yang indah di langit. Seperti kemarin, embun membuat kawasan hutan menyebarkan bau rumput, kulit pohon dan tanah yang basah.
Tiba-tiba selimut membungkus punggung hingga lengannya, Jerry sedikit tersentak. Ia menoleh pada seorang tua berambut keriting yang tadi malam hampir digigitnya.