"Jadi kita akan pilih apa?" tanyaku bingung ketika melihat daftar misi di depan kami.
Avere nampak berpikir. Dia dan Haven sudah nampak jauh lebih baik hari ini.
Setelah dua hari beristirahat, akhirnya dia memutuskan untuk menjalankan misi lagi.
Apalagi setelah Akio memberitahukan sesuatu pada kami kemarin.
"Misi Permainan."
Itulah yang diberitahukan Akio kemarin, hingga rela meninggalkanku yang menjadi tontonan penghuni ibukota game ini.
Misi ini spesial, karena banyak tim bisa melakukannya secara serempak. Misi ini akan membagi para tim menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah kelompok pelaksana, dan yang kedua adalah kelompok pemain.
Kelompok pelaksana hanya bisa diikuti oleh tiga tim. Dan hanya tim yang memiliki kertas selebaran inilah yang bisa menjadi kelompok pelaksana. Kelompok pelaksana terbagi lagi menjadi tiga yaitu bertahan, menyerang dan yang terakhir mempertahankan.
Kelompok pelaksana dan pemain akan mendapatkan hadiah 10.000 koin woni, dan 200 point.
Itu juga sebabnya, kenapa kami terus berpikir dan berdiskusi. Dari tiga bagian kelompok pelaksana, kami ingin mengambil apa.
Agar kami bisa menang kita harus memilih bagian yang cocok. Apalagi kita sudah mendapatkan keuntungan, karena datang lebih awal. Sehingga bisa memilih posisi ini lebih dulu.
"Bagaimana jika bagian terakhir?" saran Haven.
"Maksudmu mempertahankan?" tanyaku ulang.
Pria blonde itu menganggukkan kepalanya. "Iya. Kalau dia kehabisan tenaga akibat melewati bagian bertahan dan menyerang, kita bisa menghabisi mereka dengan mudah bukan?"
Aku mengangguk mengerti dengan penjelasannya.
"Tidak. Itu justru bermasalah," ujar Avere.
Kami bertiga menengokkan kepala kami serempak pada pria bersurai coklat itu. Menatap intens meminta jawaban.
"Kalau bagian menyerang atau bertahan berhasil mengalahkan mereka, kita tidak akan mendapatkan lawan. Percuma bukan? jika tidak ada yang sampai pada bagian kami, itu artinya kita tidak akan mendapatkan imbalan apapun."
Kami semua membulatkan mulut kami. Penjelasan yang dia tuturkan jelas, dan mudah dimengerti.
"Bagaimana jika bagian bertahan sangat kuat dan mampu menampung semua kelompok pemain?" tanya Haven tiba-tiba.
"Oh?! Pintar juga ... aku tidak terpikirkan hal itu," batinku.
"Sekuat-kuatnya mereka, pasti pada akhirnya akan tumbang juga. Apalagi kita tidak tahu, lawan macam apa yang akan dihadapi di sana ... kalau menjadi bagian menyerang setidaknya kita untung, karena energi lawan sudah berkurang."
Betul juga.
Itulah yang terlintas di kepalaku.
Aku dan teman-teman pun sepakat memilih bagian menyerang.
Hingga pada keesokan harinya, misi spesial ini pun dimulai.
***
"Kalian bagian kelompok pelaksana apa?" tanya salah satu perempuan cantik di depanku.
"Menyerang," jawab Avere singkat.
"Oh! Kalau begitu silahkan ikuti pria yang memakai jubah merah itu," ucapnya ramah sambil mengarahkan telapak tangannya pada pria muda berjubah merah di sebelah kanan.
Kami berempat pun langsung ke sana.
"Oh?"
Aku terkejut.
Pria yang memakai jubah merah itu terlihat tampan.
Pandangan mataku terhenti sejenak, memandangi wajahnya terus menerus.
Hingga terasa hangat di bagian kedua pipiku.
Rambut putihnya yang sedikit panjang, mata hijau terangnya yang indah, hidung yang mancing, serta bibir tipis merah mudanya ... semua bagian wajahnya membuat jantungku berpacu cepat.
"Oh? Sepertinya aku mengenalmu!" serunya riang.
Lamunanku terbuyar. Saat mendengar suaranya yang sedikit bass itu.
"A-ah benarkah?" ujarku malu-malu.
"Kau yang kemarin membuat keributan di ibukota, kan?" tanyanya dengan wajah sumringah.
Aku menundukkan wajahku malu.
"Bisa-bisanya hal itu sampai ke telinga pria setampan ini!" jeritku dalam hati.
Pfft
Suara tahan tawa menyebalkan dari kedua temanku terdengar. Aku mengerucutkan bibirku sebal, seraya membalikkan badanku menghadap mereka.
"Jangan menertawakanku!" teriakku tak terima pada mereka.
"Hahaha ... kau lucu," sahut seseorang dari belakang.
Wajahku bertambah panas. Ingin rasanya tak melihat ke belakang. Apalagi pria tampan itu, mengatakan bahwa aku ini lucu.
"Oh? Sepertinya ada yang dapat pujian."
"Wah Caramel ternyata bisa tersipu malu juga hahaha--- Argh!"
Bugh
Bugh
Aku melempar Avere dan Haven ke belakang. Kedua tanganku terkepal kesal, karena merasa malu telah diledek seperti itu olehnya.
Aku mendongakkan kepalaku, menatap Akio yang memasang wajah datarnya padaku.
"Apa? Apa kau akan mele--"
"Ayo cepat jalan ... kita akan ketinggalan."
Pria bersurai hitam itu memotong ucapanku. Dia melewati tubuhku begitu saja, melangkah maju ke depan tanpa keraguan.
"Cih ... menyebalkan."
"Kenapa menyebalkan?"
Aku menengokkan kepalaku sedikit, menghadap pria bersurai putih tampan itu. "Itu bukan suatu hal yang memalukan. Menurutmu kau keren! Berani melawan pria yang tubuhnya dua kali lebih besar darimu."
Sudut bibirku naik ke atas.
Aku merasa percaya diri sekali sekarang. Merasa seperti akan terbang, karena telah dipuji oleh pria setampan dirinya.
"Terima kasih."
Setelah mengalami hal memalukan tadi, akhirnya kami sampai di sebuah stadion.
Stadion ini tidak begitu besar. Mungkin hanya berukuran dua puluh kali tiga puluh meter. Ukuran yang pas untuk bertarung.
Stadion ini tidak hanya kosong. Namun juga dihuni oleh beberapa tumbuhan, rumput, danau serta batu-batuan kecil dan besar.
Hal yang bagus. Karena batu tersebut bisa kugunakan untuk senjata.
"Jadi apa yang harus kita lakukan sekatang?" tanyaku bingung
Ding Ding Ding
"Selamat datang di Misi spesial Game 12%!"
Suara cempreng seorang wanita terdengar menggema di stadion ini.
"Halo Kelompok pelaksana bagian penyerang! Hari ini aku akan menjadi pengawas dalam misi spesial kalian."
Kami semua diam. Menyimak baik-baik apa yang akan disampaikan oleh perempuan itu.
"Tugas kalian di sini tidak hanya menyerang lawan namun juga menjaga sebuah harta karun!"
Kami semua membulatkan mata kami tak percaya.
zing
Suara desingan mesin terdengar kencang. Sebuah peti kecil berukuran hitam keluar dari sana.
"Itu adalah harta karun yang harus kalian jaga, dalam dua puluh menit. Jika kalian berhasil melindungi harta karun itu dan menyerang musuh hingga waktu habis maka kalian akan mendapatkan hadiah!"
Kami semua menganggukkan kepala kami mengerti.
Permainan ini cukup mudah di mengerti. Jadi aku rasa teman-temanku juga sudah memahami semua peraturannya.
"Oke sepertinya kalian sudah mengerti! Kalau begitu semangat menjalankan tugas kalian, dan jangan biarkan tim kelompok pemain lolos dari bagian kalian!" seru perempuan itu semangat.
Aku tersenyum senang lalu berteriak, "Baik!"
"Silahkan berdiskusi ... kalian mempunyai waktu selama lima menit. Setelah lima menit berlalu, kami akan mengumumkan. Apakah ada tim kelompok pemain yang berhasil lolos dari bagian bertahan atau tidak. Semangat!"
Kami berempat langsung mendekat satu sama lain.
"Apakah kalian tahu berapa jumlah tim kelompok pemain di luar sana?" tanya Avere tiba-tiba.
Aku dan Haven menggeleng. Kecuali Akio yang nampaknya tengah berpikir.
"Hanya lima orang," jawab Akio.
"Kalau begitu, selain strategi kita harus berdoa. Semoga tim bagian bertahan tidak bisa melaksanakan pekerjaannya dengan benar, sehingga kita bisa berkesempatan mengalahkan tim kelompok pemain."
Kami semua tertawa kecil. Mendengar candaan aneh yang keluar dari mulut Avere.
Setelah selesai mengobrol ringan, kami kembali mengatur strategi.
Hingga tak sadar, waktu kita menunggu habis. Suara microphone pun kembali menggema, ingin menyampaikan sesuatu pada kami.
"Selamat tim bagian penyerang! Tim bagian bertahan tidak bisa bertahan dengan baik kali ini. Jadi sekarang giliran kalian menyerang dan melindungi harta karun kalian. Semangat dan jangan sampai kalah!"
Mata kami semua terbelalak. Mendengar pengumuman tersebut membuat jantungku berpacu dengan sangat cepat.
"Kelompok ini pasti kuat sekali, hingga bisa mengalahkan bagian tim bertahan," batinku geram.