Hari ini hari pertama Juno bersekolah di sekolah barunya, itu cukup membuatnya gugup lantaran harus beradaptasi dengan lingkungan. Juno memeriksa penampilannya sekali lagi dari pantulan cermin, ia tidak ingin menjadi pusat perhatian akibat seragamnya yang tidak rapih.
 "Juno, ayo kita sarapan dulu sayang" teriak Mama dari balik pintu.
 "Iya, Ma. Sebentar lagi aku turun"
Juno anak tunggal dan hanya tinggal bersama Mamanya, meski begitu ia tidak pernah merasakan kurangnya kasih sayang dari orangtua. Mamanya manusia terhebat bagi dirinya, bisa menjadi seorang ibu sekaligus ayah bagi Juno. Membesarkan anak dari bayi hingga usia 17 tahun menurutnya tidaklah mudah, tapi Mamanya bisa melakukan itu tanpa bantuan dari keluarga besarnya.
 "Pagi, Ma. Hari ini pulang malam lagi?" Juno mencium pipi Mamanya lalu meraih roti yang diberikan oleh Amanda, Mamanya Juno.
 "Maaf ya sayang, besok Mama janji akan menemani mu ke mall" jawab Amanda dengan nada rendah, ia merasa bersalah karena membuat anaknya selalu menunggunya.
 "Tapi lusa acaranya, Ma. Jika Mama pulang malam lagi pasti kita tidak pergi ke mall. Huft ... Baiklah, jika tidak bisa mengantarku jangan dipaksakan. Aku mengerti Mama sedang sibuk dikantor"
Amanda bangkit dari kursinya lalu menghampiri Juno untuk memeluknya, "Maafkan, Mama ya" Juno membalas pelukannya sembari menganggukkan kepalanya. "Ayo habiskan sarapannya, Mama akan mengantarkan mu ke sekolah"
"Hmm, Baiklah"
Selesai sarapan mereka pun bergegas pergi. Jarak sekolah Juno dengan rumah cukup dekat, hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai disana. Di perjalanan Amanda tak henti-hentinya memberikan nasihat dan pesan untuk anaknya, karena ini hari pertama juno di sekolah baru ia tidak ingin anaknya tidak memiliki teman. Juno yang mengerti dengan kekhawatiran Mamanya hanya bisa diam dan mendengarkannya. Sesampainya didepan gerbang Juno mencium pipi Mamanya lalu keluar dari mobil.
 "Jangan jadi anak nakal ya sayang, pulang sekolah nanti Mama jemput" Ucapan Mamanya hanya di jawab dengan senyuman dan lambaian tangannya.
"Huft..," Juno mengembuskan napas lalu berjalan melewati gerbang dengan degup jantung yang berdebar. "Padahal aku hanya pergi ke sekolah bukan berkencan, tapi kenapa jantungku berdetak kencang seperti orang yang sedang jatuh cinta" gumamnya.
Juno menghentikan langkahnya di halaman depan sekolah, ia begitu takjub dengan arsitektur bangunan yang sangat kental dengan gaya Eropa. Wajar ia sangat norak, sekolahnya yang dulu tidak sebesar sekolah barunya. Tersadar dengan tingkah konyolnya ia pun melanjutkan tujuannya ke ruang guru, saat memasuki lorong-lorong kelas Juno di hadang dengan sekumpulan siswa yang sedang berkelahi. Ia mencoba untuk mengacuhkan mereka dan menerobos jalan yang terhalang, namun sialnya Juno malah terombang-ambing oleh dorongan siswa tersebut.
Bruk!
Juno terjatuh di lantai dengan bokong yang menyentuh lantai duluan, ia meringis kesakitan sambil mengusap-usap bokongnya yang sakit. "Huh, hari yang buruk!" umpatnya.
Dua Murid laki-laki yang sedang berkelahi seketika langsung terdiam memperhatikan Juno terduduk di bawah karena ulah mereka.
"Biar ku bantu" ucap mereka bersamaan dan mengulurkan tangannya. Lagi mereka melanjutkan pertengkaran tapi kali ini hanya tatapan dingin ke satu sama lain.
"Tidak usah ikutin aku, biar aku saja yang bantu dia"
"Kamu yang harusnya jangan mengikuti ku, aku lebih berhak bantu dia"
Masih sama seperti tadi, mereka tak mau kalah.
"Kalian bisa berhenti berkelahi?" Tanya Juno sambil berdiri tanpa bantuan mereka. "Aku murid baru di sini, bisa kah kalian membantuku?"
"Dengan senang hati" jawab laki-laki bertubuh tegap dan tinggi.
"Aku yang akan membantumu, jika kamu dibantu dengan dia pasti tidak akan beres urusanmu" jawab laki-laki satunya.
"Jangan menghasutnya, Aidos" geram laki-laki itu.
"Aku tidak menghasutnya, Ares"
Juno mulai jengah dengan kelakuan dua laki-laki tersebut, ia menghela napas dan kembali berjalan tanpa meminta bantuan lagi. Setelah Sadar keberadaan Juno sudah tidak ada mereka pun menyusulnya dengan berjalan di belakang. Lagi-lagi Ares dan Aidos saling sikut untuk berdiri disebelah Juno.
Juno mulai risih dengan keadaan seperti itu, pun membalikan badannya. "Bisakah kalian tidak berkelahi? Jika masih ingin berkelahi silakan kalian lanjutkan ditengah lapangan, aku bisa mencari ruang guru sendiri" Ares dan Aidos berhenti, lalu mereka berdiri disebelah Juno. Ares berada di sebelah kiri sambil merangkul pundak Juno, Aidos berada di sisi kanan sambil menggenggam tangan Juno. Sebenarnya ia tidak apa-apa jika kedua laki-laki itu menggandeng dan merangkulnya, namun ia merasa risih di tatap seram oleh murid lainnya. Namun ia tak memperdulikan itu, yang terpenting harus sampai keruang guru secepat mungkin.
Ia tahu, sangat tau bahwa murid baru amat susah diterima. Tapi ia harus berusaha untuk beramah tamah ke yang lain agar dapat mempunyai teman, mungkin ini akan menjadi perkara sulit mengingat tatapan para murid kepadanya ketika Area dan Aidos disampingnya.
Juno menghentikan langkahnya. Ia sepertinya mendengar suara sesuatu, suara aneh itu berasal dari ruang loker.
"Mmm.. Apa di loker ada hantu?" Tanya Juno.
"Namaku Ares, namamu pasti Juno 'kan. Pagi hari tidak ada hantu, kecuali manusia yang kelakuannya kayak hantu" Juno mengernyitkan dahinya.
"Sudahlah jangan dipikirkan, btw namaku Aidos"
"Aku akan memeriksa lokernya" ucap Juno.
Ares dan Aidos tidak bisa mencegahnya karena Juno sudah kelewat penasaran. Betapa terkejutnya Juno saat melihat dua orang siswi sedang melakukan hubungan seksual, ia merasa matanya telah ternodai. Juno menyesal merasa penasaran dan memeriksanya. Kedua perempuan tersebut memakai kembali seragamnya, dan berjalan ke arah mereka.
"Karena kalian sudah menonton kami, kalian harus membayar lima belas dollar" mata Juno melotot setelah mendengar ucapan perempuan itu. "Hahaha santai saja, aku hanya bercanda. Apa dia pacar barumu, Ares?" Mata Juno makin melotot mendengar perkataannya. "Dia anak yang lucu, Ares. Sebaiknya cepat miliki dia, sebelum Aidos" perempuan itu menyentuh pipi Aidos dan menepuk-nepuknya, lalu pergi. "Semoga berhasil, Ares" teriaknya dikejauhan.
"Sebaiknya kita lanjutkan tujuan kita ke ruang guru" ajak Ares lalu menuntun Juno keluar dari ruang loker.
Di sepanjang jalan menuju ruang guru, mereka hanya diam atau malah Juno yang terdiam akan keterkejutannya. Ares dan Aidos tidak lagi berkelahi, mereka sepakat untuk bersikap tenang agar Juno tidak berpikiran yang tidak-tidak padahal memang iya. Pikiran Juno masih sibuk memutar perkataan perempuan tadi, mencerna maksudnya. Hingga sampai di ruang guru pun ia tak mendapatkan jawabannya, akhirnya memutuskan untuk tidak diambil pusing.
Setelah mengantar Juno ke ruang guru, Area dan Aidos kembali memasuki kelasnya masing-masing. Kepala sekolah memberikan Juno jadwal mata pelajaran dan tak lupa peta sekolah, juga seragam baru yang akan digunakan serta almamaternya. Lalu Juno di antar oleh guru yang akan mengajar di kelasnya.