Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Duilee.. Si Mamih!

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉMishel_P
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.5k
Views
Synopsis
Punya emak, bunda, ibu atau mama yang kekinian emang asik ya. Kalau si emak punya anak gadis lebih asik lagi. Sering dibilang kakak adik. Seneng sih asal jangan dibilang nenek cucu aja. Bakiak langsung melayang. Hihihi Keluarga si Mamih adalah keluarga (sok) bahagia. Tiap hari nggak ada beban. Makan nggak makan pokoknya happy deh. Anak si Mamih yang cuman ada 3 ekor, kadang tingkahnya suka ajaib juga. Ada Luppy, Lury sama Samsul. Yah namanya juga muda mudi jaman now. Di sini bakal diceritain gimana keseharian keluarga si Mamih yang selalu happy. Kalau lagi susah pun tetap happy. (Eh gimana sih?!)
VIEW MORE

Chapter 1 - Mamihku sayang... Mamihku malang...

Pagi itu Mamih nggak seperti biasanya. Matahari belum juga kelihatan sinarnya, si Mamih sudah ribut. Terdengar dari suara gedebak gedebuk di ruang tengah yang kadang diselipin suara "๐˜ˆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฉ!" "๐˜ˆ๐˜ข๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฉ!" yang diketahui bahwa suara itu jelas suara milik Mamih.

Sembari mencari-cari sesuatu miliknya yang entah dimana, Mamih yang membawa tas belanjaan kecil celingukan di bawah meja sampai sela-sela lemari (Eh nyari apa sih si Mamih?) sambil ngomel-ngomel sendiri.

"Ini apa sih pagi-pagi kagak bisa banget diajak kerjasama! Dimana sih sendal jepit kesayangan Mamih yang warnanya polkadot merah ijo? Ini pasti kelakuan si Lury nih. Suka comot sendal orang kaga bilang-bilang."

Setelah hampir setengah jam mencari, akhirnya sendal jepit polkadot Mamih ketemu. Sendalnya ada di atas kipas angin yang menempel di dinding ruang tengah.

"Lurryyyyy!!!!"

Mamih langsung histeris melihat sendalnya nongkrong cantik di atas kipas angin.

Berhubung Lury kayaknya masih asik membangun peradaban baru di atas bantal, doi bergeming walau sejengkal.

Mamih mengambil kursi kayu di bawah kipas angin dan berdiri di atasnya demi mengambil sendal polkadotnya. Setelah sukses bergulat dengan sendal, Mamih langsung berlari ke luar rumah secepat Gundala dengan tak lupa memakai sendal polkadot kesayangannya.

Sejurus kemudian si Mamih sampai di tukang sayur yang bukan langganannya.

Bukan langganannya?

Iya. Soalnya Mamih kalau belanja sukanya di pasar kota sore-sore. Nggak pernah di tukang sayur dekat rumah yang datangnya subuh-subuh terus nongkrong di depan rumah tetangga.

Alasannya... ""๐˜”๐˜ข๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ-๐˜ด๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ!"

Duilee si Mamih...

Begitu datang, si Mamih nodong sayur mayur beserta ikan, ayam, daging, telur dan buah-buahan ke mamang tukang sayur yang masih sendirian. Bukan jones ya.. Tapi memang ibu-ibu komplek masih belum pada datang aja.

"Wah tumbenan Bu Luk pagi buta belanja di saya? Mana banyak lagi. Mau buka agen sembako Bu? Hihihi" celetuk si mamang nyindir si Mamih.

"Maunya sih gitu. Tapi dikarenakan duitnya cuman gocap mang. Jadi saya beli sayap ayamnya sekilo sama bawang bombaynya aja deh." Jawab Mamih yang membuat ekspresi mamang sayur tiba-tiba berubah manyun. Mungkin si mamang berasa di-PHP sama Mamih.

"Bu Luk!" Bu To yang baru datang untuk ikutan belanja menyapa Mamih.

Bu To ini termasuk ibu-ibu sultan di kalangan para ibu-ibu komplek. Buat belanja pagi di mamang sayur aja, doi sudah dandan rapi pakai dress andalannya. Rambutnya aja sudah disanggul dan dijepit dengan hiasan rambut bunga-bunga. Perhiasan emasnya mentereng menghiasi jari-jemarinya yang nggak lentik.

Mungkin semalam habis kondangan tapi pas pulang lupa ganti baju terus langsung tidur. Begitu pikir Mamih.

"Eh iya Bu To. Jarang-jarang ya kita ketemu pas belanja di si mamang." Mamih menjawab sapaan bu To sambil menunggu belanjaannya disiapin sama si mamang.

"Ya ampun tumbenan banget Bu Luk pagi-pagi belanja di sini? Biasa juga belanja di pasar sore-sore." Tanya Bu To.

"Iya nih bu. Saya lagi nggak enak badan. Dari semalem saya mencret-mencret. Mungkin gara-gara nyemilin nanas sambil minum cola sekaleng. Jadi nggak kuat buat pergi jauh-jauh bu. Takut keburu keluar ampasnya." Jawab Mamih sambil memegang perutnya yang aduhai tidak langsing.

"Minum obat Bu Luk. Saya tahu obat mencret yang manjur banget. Bu Luk bisa beli di apotek. Harganya cuman 500.000 satu strip bu. Murah kok." Bu To memberi saran obat mencret yang dibalas senyum masam si Mamih.

Terlihat si mamang senyum-senyum mendengar jawaban Mamih lalu menyerahkan belanjaan ke Mamih.

"Nih Bu Luk belanjaannya. Semuanya 40.000"

Mamih menyerahkan duit gocapnya ke si mamang dan Mamih langsung ngibrit pulang.

"Mang, Bu To, saya balik duluan ya. Kayaknya ampasnya mau keluar lagi nih. Caw!" Mamih berlari pulang seakan-akan sedang ikut olimpiade lari.

Sampai di rumah, Mamih langsung berlari masuk ke toilet.

Dari dalam toilet terdengar suara Mamih kembali berteriak histeris.

"Mamaaangggg!!!!"

Apakah Mamih sembelit?

Oh tidak.

Ternyata Mamih tadi hanya membayar barang belanjaannya tapi lupa membawa pulang belanjaan yang tadi dia beli. Saat mamang menyerahkan belanjaan Mamih, Mamih menaruhnya di atas sayur-sayur saat sedang mengambil uang di dompet untuk membayar semua belanjaannya.

Oh Mamihku sayang.. Mamihku malang...