"Benar tuan muda, dulu kami memang tinggal di pemukiman dekat hutan. Tapi lagi-lagi saya kena fitnah, saya di fitnah menyantet orang hingga meninggal dan hasilnya saya di usir." ucap mbah Peno tersenyum.
Pak Arya begitu kasihan mendengar nasib mbah Peno setelah di pecat dari pekerjaan dari eyang Wiyono.
"Apa kalian juga masih sama, tidak membela diri atau membalas apapun?" tanya pak Arya pada mbah Peno.
"Anda tahu sendiri bagaimana saya, saya memang tidak bersalah. Tapi kalau kepergian saya bisa membuat semua orang damai dan tenang, maka saya akan pergi." jawab mbah Peno yang masih tersenyum.
"Bagaimana mungkin anda masih bisa tersenyum tenang, padahal anda sudah kena 2 kali fitnah untuk kesalahan yang tidak anda lakukan?" tanya pak Arya.
"Mungkin itu sudah takdir saya, jadi saya tidak mau ambil pusing dengan itu semua. Yang penting saya dan istri saya hidup bersama dan merasakan ketenangan." jawab mbah Peno yang masih dengan senyumannya.