Bak di sambar petir, kini hati Salafa dan pak Wiranto seperti di tusuk pedang lancip.
"Kenapa ibu tiba tiba sakit parah seperti ini?" lirih Salafa terduduk lemah.
"Tadi sebelum kami berangkat ke acara wisudamu, ibumu sempat masuk rumah sakit." ucap pak Wiranto sedih.
"Itu alasan kalian terlambat tadi?" tanya Salafa sendu.
"Maafkan kami, tadi ayah ingin menelfonmu tapi di larang ibumu." ucap pak Wiranto.
"Kenapa ayah menuruti ibu, harusnya ayah tetap menghubungiku." ucap Salafa yang mulai menangis.
"Maafkan ayah." ucap pak Wiranto.
"Sudah terjadi, mari kita temui ibu." ajak Salafa menyeka air mata.
"Ayo." jawab pak Wiranto.
Akhirnya mereka berdua masuk ke kamar rawat sang ibu, keduanya melihat sosok wanita yang mereka sayangi sedang terbaring lemah.
"Ibu?" panggil Salafa.
"Salafa, sini nak." jawab sang ibu.
"Kenapa ibu tidak bilang kalau ibu sedang sakit?" tanya Salafa menggenggam tangan sang ibu.
"Ibu tidak mau kamu khawatir sayang." jawab sang ibu.