Di sebuah rumah sakit, Iska masih setia menunggu mantan kekasih nya itu Salafa Anggara. Setiap menit ia melihat keadaan Salafa dari depan ruang rawat inap nya. Karena dokter belum mengizinkan siapa pun masuk walau keadaan Salafa sudah lumayan membaik.
"Afa, bangun dong. Gak capek apa dari tadi merem terus. Jangan bikin aku khawatir gini. Aku minta maaf." Iska menatap sendu mantan kekasih nya dulu itu, laki-laki yang saat ini terbaring lemah di atas bangkar rumah sakit.
"Aku harus apa supaya kamu bangun? Jangan kek gini, aku sedih Afa lihat kondisi kamu yang kayak gini. Aku takut hiks.. hikss..." Iska menangis seraya menutup wajah nya menggunakan kedua telapak tangan nya.
Cukup lama Iska menangis seorang diri tanpa ada yang menemani. Ia pun kembali duduk di tempat duduk tunggu. Ia kembali merenungkan kejadian tadi, saat Salafa berusaha menjaga nya dari orang jahat. Ia menyalahkan diri nya sendiri atas apa yang saat ini terjadi pada Salafa.