Karena merasa gerah dengan suasana musim kemarau, iska pun memutuskan untuk mandi saat malam hari untuk membersihkan dirinya agar badan merasa segar. Setelah mandi iska pun tertidur lelap, mungkin karena merasa lelah seharian bekerja. Tak terasa matahari mulai terbit dari ufuk timur dan sinar matahari kini menembus sela-sela fentilasi jendela kos iska.
Dengan rasa malas iska mencoba membuka mata yang saat itu masih berat karena rasa kantuk masih ada didalam kedua bola matanya. Iska teringat bahwa pagi ini ada mata kuliah, akhirnya iska memutuskan untuk merapikan tempat tidurnya dan segera mandi.
Selesai mandi dan berpakaian rapi kini ia siap untuk berangkat ke kampus. Iska menunggu angkot yang lewat untuk pergi ke kampusnya, entah kenapa dengan hari ini tidak seperti hari biasanya banyak angkot yang berlalu lalang, tapi hari ini tidak ada satu angkot pun yang lewat. Hampir 30 menit iska menunggu angkot, hingga akhirnya ada satu angkot yang lewat.
Namun, entah tadi malam iska mimpi apa salah satu penumpang dari angkot tersebut ternyata adalah ayahnya. Sebenarnya ayah iska tak tau tentang alamat iska dikota ini, namun karena keberuntungan kini akhirnya ayah iska malah bertemu dengannya saat berada diangkot.
Dengan segera saat melihat anak yang ia cari akhirnya ayah iska menarik tangan iska untuk keluar dari angkot, namun dengan cekatan iska berlari menuju ke warung bu ani, beruntung saat itu warung bu ani sudah buka, mengingat kalau ini masih terlalu pagi dari biasanya untuk membuka warung.
Iska langsung saja masuk ke dalam warung untuk bersembunyi dari kejaran sang ayah. Bu ani yang melihat iska tengah bersembunyi dibawah meja warungnya dengan keringat yang bercucuran diwajahnya, terlihat sedang ketakutan akhirnya bu ani ingin menghampiri iska untuk menanyakan tentang keadaannya. Namun belum sampai melangkah bu ani mendengar kegaduhan didepan warungnya. Ternyata yang membuat kegaduhan itu adalah ayah iska (Pak Karno).
Bu ani keluar ke depan warung untuk mengetahui siapa yang sudah membuat gaduh didepan warungnya.
"Bapak ngapain teriak-teriak nggak jelas didepan warung saya." tegas bu ani pada pak karno ayah iska.
Bukannya menjawab pertanyaan bu ani, kini pak karno malah teriak-teriak memanggil nama iska dengan sangat lantang. Karena dianggap meresahkan masyarakat sekitar, akhirnya beberapa pemuda yang lewat mengusir pak karno agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar. Kini pak Karno pergi namun dengan lantang ia mengatakan bahwa dia akan kembali lagi untuk mencari iska.
Setelah kepergian pak karno kini bu ani masuk kembali ke warungnya dan menemui iska yang kini wajahnya sudah terlihat pucat pasi. Bu ani menyuruh iska untuk duduk dan menanyakan tentang siapa yang mencarinya tadi.
"Tadi itu siapa Ka, kok nyariin kamu sampek segitunya?" tanya Bu Ani seraya menyodorkan segelas air minum agar iska bisa lebih tenang untuk menceritakan semuanya.
Iska pun meminumnya hingga tegukan terakhir lalu menceritakan tentang ayahnya itu. Ayah iska adalah orang yang kasar dan suka mabuk-mabukan, dan tak jarang juga bermain fisik hanya untuk meminta uang. Bahkan ketika pemakaman adiknya kemarin, ayahnya mau ikut memakamkan anaknya itu hanya karena uang yang telah dijanjikan oleh Iska untuk membayar hutangnya pada renternir. Bukannya untuk membayar hutang, malah uang tersebut dibuat untuk judi lagi. Dan ketika ayahnya tak punya uang untuk main judi, ia akan bersikap kasar pada semua anaknya dan juga istrinya tak luput pula untuk mencari pinjaman uang.
"Lalu untuk apa ayahmu tadi mencarimu? apa untuk meminta uang lagi?" tanya bu ani pada iska.
"Iska juga nggak tau bu, kenapa ayah ke kota untuk cari iska, tapi yang iska tau pasti hal ini berhubungan dengan uang kalau tidak ya hutang." balas iska pada bu ani.
Setelah itu bu ani menyuruh iska untuk berangkat ke kampus menggunakan motornya, karena sudah terlihat bahwa iska sudah telat untuk ke kampus. Setelah mengucapkan terima kasih iska pun langsung mengambil kunci motor ditempat biasa dan segera memutar gasnya. Saat diperjalanan Iska tengah memikirkan alasan apa yang membuat ayahnya menyusul ke kota.
Tak terasa sampailah iska di kampusnya, karena jam mata kuliah pertama hampir selesai, kini iska memutuskan untuk ke perpustakaan sambil menunggu jam mata kuliah pertamanya selesai.
Iska membaca beberapa novel hingga jam pertama mata kuliahnya selesai, kini iska beranjak dari duduknya menuju kelas untuk menyambung belajarnya. Bestie melirik sekilas kedatangan iska namun dengan segera kembali pada bukunya. Iska yang tau bahwa bestie sedang meliriknya pun berpura-pura untuk acuh. Walau didalam hatinya masih merasa bersalah pada bestie.
Selesai dengan jam mata kuliahnya, kini iska kembali ke warung bu ani untuk bekerja mengantarkan pesanan para pelanggannya. Namun ketika iska ingin berangkat mengantarkan pesanannya, tiba-tiba pak karno datang kembali sambil menarik tangan iska.
Pak karno ingin membawa iska pulang ke desanya untuk dinikahkan dengan konglomerat dari desanya agar mendapatkan uang yang banyak. Sama halnya seorang ayah menjual anak gadisnya hanya untuk uang yang tak senilai dengan anaknya.
Bu ani yang melihat iska ketakutan karena ditarik paksa oleh ayahnya segera ia berteriak meminta tolong. akhirnya semua orang yang berlalu lalang disekitar warung bu ani untuk menolongnya. Dengan segera bu ani menarik tangan iska agar menjauh dari ayahnya, ditahan oleh beberapa pemuda akhirnya pak karno memutuskan untuk pergi.
Namun sebelum ia benar-benar pergi, ia mengancam bu ani bahwa ia akan kembali untuk membunuh anaknya karena iska sudah durhaka menolak keinginan ayahnya tersebut.
Bu ani segera menenangkan iska yang tengah menangis histeris karena ancaman ayahnya. Apa mungkin seorang ayah kandung akan tega membunuh anak kandungnya?, mungkin saja karena ini adalah ayahnya iska, berbeda dengan ayah lainnya diluar sana yang rela melakukan apapun demi kebahagiaan anak dan istrinya.
Iska merasa hancur bila ayahnya saja sudah berani mengancam untuk membunuhnya lalu bagaimana dengan keadaan ibu dan adik-adiknya di desa? terlebih lagi setelah kepergian salah satu adik Iska yang membuat ibunya merasa terpukul. Iska meratapi nasibnya, bagaimana dengan masa depannya jika ia benar dinikahkan dengan konglomerat dari desanya yang terkenal bengis, kasar, dan suka main perempuan.
Sama seperti ayahnya Iska, konglomerat itu pun sering bermain judi dengan taruhan seorang gadis. Bu ani merasa iba melihat kehidupan iska yang masih muda ternyata penuh dengan derita dari kecil hingga sekarang. Karena iska merasa lebih tenang setelah bercerita pada bu Ani, kini iska pun izin untuk istirahat dulu. Setelah dirasa cukup istirahat iska pun kembali untuk mengantarkan pesanan para pelanggan.
Bu Ani meminta iska untuk libur dulu dari pekerjaannya karena takut terjadi sesuatu padanya saat diperjalanan. Hati bu ani merasakan firasat tak enak pada iska, terlebih lagi ancaman dari ayahnya yang selalu terngiang ditelinganya setiap saat. Namun Iska tak perduli akan hal itu, karena yang ia butuhkan hanya uang untuk mencukupi semua kebutuhannya ditambah kebutuhan keluarganya hal itu yang menuntut iska harus bekerja.