Pintu terbuka cukup lebar, menutup dengan sendirinya sampai ada suara khas pintu terkunci terdengar cukup samar. Gadis dengan pakaian yang terlihat hitam di tengah kegelapan kamar itu duduk di tepi kasur.
Sorot matanya nampak kosong, dia menatap lurus ke depan. Tepatnya pada jendela kamar yang tidak di tutup sejak tadi pagi. Hembusan napas panjang keluar begitu saja, dan tiba-tiba Alra tertawa terbahak-bahak. Mengingat kembali kalimat yang keluar dari psikolognya.
Dia pikir, dia bipolar karena merasakan suasana hati yang selalu kacau, tapi ternyata hanya depresi mayor dengan tambahan trauma. Alra tidak tahu akan ada kabar buruk apa lagi setelah ini, setelah diagnosa dia dapatkan.