Alra menghembuskan napas panjangnya karena mulai bosan menunggu di depan ruangan sidang kedua orang tuanya. Sudah satu jam dia menunggu di sana, sendirian. Hanya dirinya yang duduk di sana, sementara kebanyakan orang duduk di kursi panjang yang tersedia di dekat toilet umum.
Waktu kali pertama dia datang dengan Yahya, dan Aisyah, mereka duduk di sana untuk menunggu panggilan. Namun, ketika sidang kedua, dan sampai sidang terakhir ini, Alra memilih untuk duduk di dekat pintu sidang milik ibunya.
Perhatiannya beralih pada dua orang tua di sana. Pria paruh baya itu duduk di kursi roda, rambutnya putih semua, bahkan kumisnya pun ikut memutih. Tak ada gurat bahagia yang terlihat, malahan pria tua itu nampak begitu sedih. Alra tidak tahu mengapa mereka harus berpisah, padahal hari tua lebih bagus di temani dengan belahan jiwa sampai akhir hayat.