Aisyah memarkir motornya di bawah pohon mangga, menyuruh anaknya untuk segera mengunci pintu pagar. Alra hanya menuruti perintah ibunya tanpa bertanya-tanya lagi, raut muka kesal dengan tambahan warna merah membuat Arla bergidik ngeri.
Wanita itu berjalan cepat menuju kamarnya, jaket tebal berwarna putih dia lepas, dan lempar dengan asal. Sekarang yang ada di dalam pikirannya hanyalah perasaan marah, kecewa, dan rasanya ingin menangis sejadi-jadinya. Dia tidak mengerti kenapa harus menjadi orang yang bodoh, padahal putrinya sendiri yang sudah memberitahu dia sejak awal.
Aisyah menghela berat, dia mulai stres untuk semua yang telah terjadi. Buku nikahnya masih ada di sini, masih tersimpan dengan aman. Akan tetapi, uang di bank tak lagi bertambah. Ini uang yang datang bulan lalu, bulan ini tidak ada uang yang datang, sepertinya sesuai dengan apa yang dia pikir.