Tidak sampai beberapa tahun kemudian, senyum yang pernah aku cintai menjadi rapuh di sudut-sudutnya dan pecah-pecah seperti topeng yang tidak pas.
Tetapi saat itu, di tengah ketakutan aku, aku belum pernah melihat sesuatu yang begitu indah seperti senyum Jonathon Booth melalui kilatan kuning di kaca jendela.
Dia menyentakkan dagunya ke arahku lalu menggerakkan jari-jarinya di bawah langkan untuk mengencangkan jendela hingga jahitannya yang norak.
"Kemarilah," bisiknya, tangannya mengayun melalui celah, jari-jari terbuka, gambar bunga teratai yang digambar pena di tengah telapak tangannya. "Kamu datang, tinggal bersamaku malam ini."
Aku menggigit bibirku saat terdengar suara porselen pecah di dapur. Terkadang, saat Dane tidak ada di rumah, aku pikir Jonathon melakukan upaya khusus untuk memeriksa aku. Dan kadang-kadang, jika aku membutuhkannya, dia akan tiba di jendela dan menarik aku bebas dari murka bau yang mendidih di dinding rumah aku sebelum aku bisa melepuh.