Chereads / UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN / Chapter 10 - Amarah

Chapter 10 - Amarah

Jie Rui membanting kasar ponselnya. Pria itu kesal dan marah karena Ara sama sekali tidak melihat pesannya, bahkan ponsel wanita itu sekarang sudah tidak bisa dihubungi lagi.

Jie Rui tidak tahu kenapa sekarang ini dia suka jika Ara menghilang tanpa memberinya kabar seperti ini. Biasanya dia tidak peduli mau Ara pulang atau tidak, tapi untuk kali ini dia tidak ingin semua. Jie Rui ingin mengetahui dimana Ara saat ini berada.

"Kemana dia perginya? Sudah ponsel tidak bisa dihubungi, aku juga tidak tahu nomor ponsel temannya itu." Gerutu Jie Rui sambil membanting tubuhnya ke sandaran sofa.

Jie Rui bergegas pulang dan menunggu Ara di apartemen karena dia sudah mengirim pesan kepada Ara sejak siang tapi nyatanya, Ara sama sekali tidak melihat pesan yang dia kirimkan sama sekali.

"Lebih baik aku ke tempat Zeming dari pada menunggu dia yang menyebalkan."

Jie Rui keluar dari apartemen sambil membanting pintu apartemen miliknya dengan kesal.

Ponsel Ara juga tidak bisa dihubungi membuat Jie Rui semakin kesal. Entah apa yang dilakukan oleh Ara sehingga wanita itu tidak bisa melihat ponselnya.

"Halo! Aku akan meluncur ke K-24. Tunggu aku di sana." Ucap Jie Rui melalui ponselnya.

"Oke, Bro!" Jawab Chen Yang senang.

Sulit membawa Jie Rui bisa berkumpul bersama seperti ini. Sejak Jie Rui disakiti oleh Cheng Ling, pria itu terlihat memburuk.

Jie Rui menjadi pria dingin dan menjauh dari dunia luar. Emosinya juga kadang tidak bisa ditebak kadang baik tapi dengan cepat bisa berubah menjadi buruk.

Jie Rui menekan remote control mobilnya lalu masuk. Menekan pedal gas lebih dalam sehingga mobil range rover miliknya melaju dengan cepat.

Jie Rui merasa hatinya kesal karena Ara tidak membalas pesannya bahkan ponsel wanita itu mati dan tidak bisa dihubungi.

Pekerjaan di kantor membuat Jie Rui merasa membutuhkan Ara sebagai penenang. Jie Rui sengaja meminta Ara untuk datang ke apartemen setelah dia bekerja tapi nyatanya Ara tidak bisa dihubungi.

"Sialan!" Umpat Ara saat melibat jalanan macet di depannya.

Ini bukan weekend dan jalanan kota Beijing tidak pernah sepi. Jie Rui penasaran dengan apa yang terjadi di depan sana karena macet seperti ini sangat jarang terjadi.

TIN... TIINN... TIIINNN....

Bunyi klakson bersautan membuat Jie Rui semakin kesal. Telinganya terkontaminasi dengan semua umpatan dan juga bunyi klakson mobil lainnya.

"Memangnya mereka saja yang buru-buru? Bisa seenaknya menyembunyikan klakson dan membuat telinga pengendara lain pengang." Gerutu Jie Rui kesal karena telinganya terus mendengar bunyi klakson yang bersahutan.

Mobil mulai berjalan dengan perlahan. Mata Jie Rui menatap sebuah mobil yang ringsek karena tabrakan. Sumber masalah yang membuat semua kemacetan ini terjadi.

Di tempat lain Ara sedang asik minum minuman yang baru saja dia pesan dengan Dena. Mereka berdua sedang merayakan atas diterimanya Ara bekerja di cafe milik teman Dena.

Dena mengajak Ara pergi ke K-24. Menikmati beer yang sering mereka minum tapi kali ini Dena memesankan wine untuk Ara dan juga dirinya. Dena ingin ada yang spesial malam ini, malam dimana Ara diterima bekerja.

"Kamu benar-benar beruntung. Bagaimana bisa tiba-tiba dia bilang iya? Padahal tadi kita belum memperlihatkan semua kemampuan bekerja kamu. Bisa jadi kamu malah memecahkan banyak piring di sana." Ucap Dena mengejek Ara.

Ara yang disindir mengabaikan semua ucapan sahabatnya. Dia memilih kembali meneguk wine yang diperuntukkan untuk dirinya.

"Sepertinya dia menaruh hati sama kamu. Aku lihat sorot matanya terus melihat kamu padahal aku yang sedang bicara."

Dena tertawa mendengar kata-kata Ara. Kepalanya menggeleng tidak menyetujui penilaian Ara tentang calon bos Ara kepada dirinya.

"Kamu jangan mengada-ada. Dia itu sudah memiliki kekasih yang selama ini dia idam-idamkan. Mana mungkin dia suka padaku?"

Ara melihat Dena dengan tatapan iba. Dia tahu kalau sahabatnya ini menyukai pria yang menjadi bos nya itu.

"Kenapa harus dipendam? Jika memang cinta katakan saja. Jangan sampai kamu menyesal suatu saat nanti."

Dena mengambil minumannya lalu meneguknya dengan sekali teguk. Rasa sakit tenggorokannya sama sekali tidak sebanding dengan apa yang sudah dia rasakan selama ini.

"Aku yang terlalu bodoh karena mengabaikannya."

Jawaban Dena membuat Ara semakin merasakan sakit yang sebenarnya sahabatnya ini rasakan. Semua yang mereka rasakan hampir sama satu sama lain. Keduanya sakit karena cinta.

"Sudahlah. Sekarang kita minum dan turun ke lantai. Aku mau berjoget dengan bebas di sana. Karena pria itu aku harus meninggalkan kompetisi tadi. Sekarang saatnya balas dendam." Ucap Ara dengan suara yang cukup keras.

Dentuman musik DJ membuat suara mereka tertelan dan tidak terdengar jika tidak berteriak. Malam ini Ara ingin mengajak Dena bersenang-senang karena mereka sudah sangat lama tidak masuk ke tempat seramai ini.

Ara meneguk minumannya lalu berdiri dari tempat duduknya. Dia mengulurkan tangannya untuk membawa Dena turun ke lantai dansa yang sudah dipenuhi dengan banyak orang.

Ara mengajak Dena untuk menari. Tarian yang awalnya biasa saja kini berubah menjadi koreo yang sangat indah.

Orang-orang yang awalnya menari kini memberikan tempat untuk Ara mengekspresikan semua gerakannya. Tepuk tangan terdengar meriah saat Ara menyelesaikan satu gerakan.

"Kamu hebat! Kamu bisa menjadi penari profesional suatu saat nanti." Puji Dena tepat di depan telinga Ara.

Ara tertawa. Dia memiliki mimpi itu tapi Ara tidak berani mengejarnya. Mengingat Jie Rui yang memintanya kembali, dia tidak yakin jika pria itu akan memberikan dia ijin untuk tetap bisa menari.

Ara kembali menggoyangkan tubuhnya, sekarang diikuti Dena yang sepertinya sudah mulai lupa dengan masalah yang baru saja dibahas oleh Ara.

Melihat sahabatnya kembali tenang dan kembali tersenyum membuat Ara semakin bersemangat.

Tarian Ara yang lain dari pada yang lain menarik perhatian Wang Zeming dan yang lainnya.

Wang Zeming melihat Ara dengan tatapan penuh kekaguman dan semua itu dilihat oleh Chen Yang. Chen Yang mengikuti arah pandangan Wang Zeming yang sama sekali tidak berkedip.

"Bukankah itu mahasiswi angkatan di bawah kita? Ternyata dia kalau di luar kampus oke juga." Puji Chen Yang pada Ara.

Ara sama sekali tidak menyangka jika banyak yang suka saat dia menari. Orang-orang di sekitar Ara dan Dena hanya bertepuk tangan sambil menikmati dance yang Ara lakukan.

Semangat tarian Ara membuat Dena benar-benar terhibur. Ara adalah perempuan yang sangat ceria. Dia selalu tersenyum meskipun orang-orang di sekitarnya mengabaikan keberadaannya. Hanya Dena yang selama ini melihat ke arah Ara dengan persahabatan yang tulus.

"Kamu benar-benar hebat!" Puji Dena sekali lagi.

Ara tertawa mengabaikan pujian Dena dan hendak berbalik ke tempat duduk mereka berdua tapi,

BRUUUK!!!