Keadaan Naoki saat ini sedang dalam luka yang parah. Ia mengalami patah tulang di bagian tangan kirinya. Juga kakinya yang terkena reruntuhan yang berjatuhan. Hidethosi membopong wanita itu dan membawanya ke motor yang tidak jauh dari tempat mereka.
Motor dengan tiga roda yang berukuran besar, bisa memuat empat sampai lima orang. Selain itu, motor itu memiliki tangan dan bisa menyimpan berbagai senjata serta barang lain di bagasi yang cukup besar. Motor dijalankan dengan tenaga surya, bisa juga dengan gas sebagai cadangan. Dilengkapi dengan banyak senjata tembak dan bisa berubah bentuk seperti tank yang memiliki tangan. Namun tidak ada kaki untuk berjalan. Mengandalkan tiga roda untuk berpindah tempat.
Naoki memandang wajah Hidethosi yang dewasa. Meskipun usia yang terpaut jauh, di dalam hatinya, Naoki sangat bahagia berada di sisi pria itu. Ia menyunggingkan senyumnya dan merangkul pundak sang ilmuan yang telah merawatnya sejak kecil.
"Kamu sangat ceroboh, Naoki. Kita akan segera kembali ke markas setelah Matt kembali. Semoga saja anak muda itu ditemukan. Kekuatannya sangat diperlukan jika dia bersama dengan kita," ujar Hidethosi. Ia membawa wanita di gendongannya lalu diletakan di tempat duduk.
Beberapa monster datang dengan kekuatan yang besar. Di tingkat kekuatan yang lebih besar dari lawan-lawan mereka, membuat mereka harus ekstra hati-hati. Apalagi sekarang mereka sudah terluka akibat melawan monster yang menggunakan zirah baja. Berbeda dengan mereka yang tidak mengenakan pakaian pelindung.
Dengan cepat, Matt berlari menuju motor yang sudah akan pergi. Hidethosi menghidupkan mesin begitu melihat Matt sudah di belakang. Merasa kekuatannya saat ini tidak akan sanggup melawan mereka sekaligus. Jika masih di sana, mereka hanya akan setor nyawa saja, mati karena kekalahan dan dengan luka yang terbuka.
"Syukurlah kau cepat kembali, Matt. Oh, kau bawa anak muda itu? Sebaiknya kau jaga dulu dia! Setidaknya sampai kita meninggalkan tempat ini sejauh mungkin!" perintah Hidethosi. Dengan kecepatan penuh, ia mengendalikan motornya yang melaju dengan cepat.
Matt tidak menjawab perintah. Namun ia tetap melakukan apa yang harus ia lakukan. Mobil yang biasa mereka bawa telah hancur. Kini hanya tertinggal beberapa kendaraan kecil yang diciptakan oleh Hidethosi. Selain itu, mereka juga kehabisan bahan pembuat senjata dan yang lainnya.
Motor itu memiliki satu kemudi seperti motor pada umumnya. Hanya saja lebih besar dan tinggi. Sedangkan di bagian belakang, memiliki tempat duduk seperti jok mobil namun tidak ada penutupnya. Ken yang kehilangan kesadaran, dipegangi oleh Matt agar tidak terjatuh. Pria itu juga melas bajunya untuk menutupi bagian bawah Ken yang tidak tertutupi.
"Ini anak muda juga memiliki tubuh yang lumayan. Mungkin kita akan memiliki menantu yang hebat, setelahnya, hahaha!" tawa Matt yang melirik Naoki yang memejamkan mata.
Wanita itu tidak ingin melihat Ken yang dalam keadaan seperti itu. "Apa yang kau katakan, Matt? Siapa juga yang akan menjadi menantu? Kau punya anak, kah?" tanyanya dengan ketus. Padahal ia tahu kalau yang dimaksud adalah Ken yang akan dianggap sebagai menantu oleh Matt.
"Huahahaa! Ku kira kau sedang tertidur. Tapi kalau ada pernikahan di markas kita, kan sesuatu yang membahagiakan? Bukankah begitu, Tuan?" Matt menengok ke arah Hidethosi yang sedang mengendarai motor.
"Kita pikirkan itu nanti! Yang paling penting, kita harus segera pergi dari sini! Kalian jangan lengah! Tetap waspada dan untuk kamu, Naoki! Angkat senjatamu! Di depan ada banyak monster yang menghadang jalan kita!"
"Oh, ini sangat sulit sekali. Kenapa sampai lupa kalau kita masih dalam bahaya? Baiklah ... semuanya serahkan pada Naoki kita!" Matt pun setuju dengan rencana ilmuan yang telah menjadi tuannya itu.
Naoki mengambil senapan panjang dan mengarahkan ke kepala monster di depan. Karena gerakan motor yang tidak beraturan, membuat dirinya kesulitan menembak. Ini karena jalanan yang dipenuhi dengan puing dan sebagian besar sudah rusak akibat pertempuran antara alien parasit.
Banyak mayat tergeletak dan hampir semua memiliki lubang di dadanya. Ini terjadi karena Ken telah memakan semua jantung itu. Ia menyadari tentang kekuatan mereka yang akan meningkat lebih cepat hanya karena memakan jantungnya. Guncangan di motor yang dikendarai Hidethosi, tidak membuat Naoki menyerah untuk menembakkan senjata api itu kepada mereka.
"Sepertinya tembakan saja tidak akan cukup. Tapi setidaknya itu cukup untuk membuat mereka melambat. Kalau bisa, tembak ke arah jantung, kaki atau kepala! Itu lebih efektif daripada asal menembak dan menghabiskan banyak peluru!" saran Hidethosi yang juga menembakan senjata dari kemudi. Karena tidak memiliki cukup senjata yang bisa digunakan saat ini.
Tembakan demi tembakan mereka lepaskan. Membuat para monster terkena senjata api tersebut. Ada sebagian yang langsung ambruk. Namun tidak sedikit juga yang tidak mempan. Karena di antara mereka, ada yang memiliki kulit keras. Apalagi yang menyadari adanya serangan. Mereka membuat perlindungan perisai dari tulangnya yang bisa dibentuk sesuai keinginan.
Sebagian dari mereka yang mati atau yang sudah tidak bertenaga lagi, langsung dikerubungi yang lainnya. Bagian tubuh mereka dirobek dan darah hijau berceceran. Sasaran utama mereka adalah bagian jantung. Bahkan untuk mengambilnya, mereka saling berebut dan bertarung satu sama lain. Ada juga yang terlalu lapar dan tidak perduli apa yang bisa didapat. Ada yang memotong tangan, kaki serta kepala.
"Ahhh!" jerit Naoki yang merasa ngeri. Pasalnya ia melihat usus dan organ dalam lainnya yang menjadi rebutan oleh mereka. "Ya Tuhan! Apa yang terjadi? Menakutkan sekali! Ahhh!"
"Kita tidak bisa lewat saat ini! Mereka malah menghadang jalan kita! Oh, sebaiknya keluar dari jalan raya!" putus Hidethosi. Ia pun membelokkan setir motor itu dan mencari medan yang lebih aman lagi.
Setidaknya mereka berkumpul di satu tempat. Hal itu yang memudahkan Hidethosi untuk menghindari mereka. Monster-monster rakus itu terus mencabik-cabik rekannya seperti binatang buas. Namun ada juga yang tidak tertarik dengan daging rekannya. Salah satu dari mereka menghampiri motor yang dikendarai oleh Hidethosi.
"Graoohhh! Grrrrr!" Serangan dan erangan yang kuat, berasal dari monster yang memiliki tinggi hampir dua meter. Dengan tubuh berwarna biru dan otot lengan yang besar. Ia melompat untuk menyerang orang-orang di atas motor itu.
"Kenapa ada saja yang nekat begini? Apa mereka tidak tahu kalau kita tidak kekurangan orang hebat?" Matt berdiri dan mengambil dua kapak yang di punggungnya. Ia menangkis serangan lawan yang menggunakan cakar yang besar.
Karena tekanan yang kuat, membuat motor itu oleng ke samping. Hidethosi kehilangan keseimbangan dan dengan refleks, melempar salah satu kapaknya. Namun mereka belum aman dari bahaya. Karena kapak itu berhasil ditangkis oleh makhluk itu dan dilemparnya kembali.
"Ini kendaraan terakhir kita! Jangan pernah dirusak lagi!" hardik Hidethosi. "Lupakan kapakmu, aku bisa membuat senjata seperti itu lagi. Tapi tidak untuk bahan membuat kendaraan. Ini sangat sulit didapat!" lanjutnya lalu mempercepat laju motornya.
***