Evelyn tahu sejak dia memutuskan untuk menunjukkan kekuatannya bahwa hari-hari damainya tidak akan ada lagi, terutama karena King sialan itu menaruh minat padanya.
Dia tidak yakin bahwa Arthur akan menyerah semudah itu, karenanya tingkat kewaspadaan Evelyn menaiki level siaga saat ini, segala jenis keanehan dan kejanggalan pasti akan segera dia basmi.
Kecemasan Evelyn terbukti saat sejumlah orang mengikutinya, mereka pasti ingin mencari informasi mengenai dirinya dan Evelyn amat sangat tidak menyukainya.
Evelyn tidak tahu siapa orang tuanya, kapan dia dilahirkan, mengapa dia dilahirkan atau apakah orang tuanya menginginkan kelahirannya, Evelyn sama sekali tidak tahu.
Sejak hari dia bisa mengingat tentang kehidupan, seingatnya dia sudah tinggal di panti asuhan, Evelyn ceria dan cukup bahagia sampai kejadian itu menimpa dirinya dan membuatnya menjadi orang seperti sekarang.
Setelah kejadian itu, semua waktu rasanya berhenti, hidupnya kehilangan warnanya, hitam, gelap dan menyeramkan dan satu-satunya warna dihidupnya hanyalah Liana.
Liana adalah gadis yang datang untuk mengadopsinya ketika dia berumur 5 tahun, Liana sangat bersemangat membuat Evelyn kecil curiga dan menolak kebaikan Liana.
Satu tahun Evelyn mengenal Liana dan akhirnya bisa menerima wanita aneh itu sebagai bibinya. Ketika Evelyn bertanya mengapa harus dia, Liana menjawab bahwa dia adalah orang yang berharga baginya.
Evelyn tidak memahami hal itu jadi dia bertanya lagi, mengapa dia berharga bagi Liana? Dan Liana menjawab bahwa Evelyn adalah keluarganya.
Kemudian Liana menceritakan kisahnya, memberitahu Evelyn bahwa dia tidak dibuang, bahwa dia masih memiliki orang tua dan Liana adalah kerabat jauh orang tua Evelyn.
Evelyn tidak semudah itu mempercayai cerita Liana, dia adalah anak yang pintar dan sensitif jadi dia tahu bahwa Liana tidak menceritakan semua kebenaran yang dia ketahui, tapi satu hal yang Evelyn tahu bahwa Liana memang memiliki hubungan dengan orang tua kandungnya.
Bagi Evelyn orang tua hanyalah sebuah kata, sejak dia mengenal dunia, dia hanya bertahan hidup seorang diri, mengandalkan kekuatannya sendiri agar dia bisa hidup dengan nyaman, jadi Evelyn tidak terlalu memikirkan cerita Liana.
Benar, Evelyn tidak benar-benar menyimak cerita Liana, dia tidak tertarik, hingga kejadian itu membuat Evelyn menyadari bahwa asal usulnya tidak biasa.
Saat itu Evelyn berumur tujuh tahun ketika dia kehilangan segalanya akibat kekuatannya yang mengamuk. Evelyn yang saat itu tidak tahu apapun mengenai kekuatannya, dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya dan terjadilah tragedi itu.
Evelyn menghela nafas.
"Liana... Apa yang sebenarnya mereka inginkan dariku?" tanya Evelyn dengan wajah jengkel kepada Liana.
Sejak mereka keluar dari Plaza Elora banyak serangga yang mengikuti mereka, Evelyn bahkan menyegel kekuatan mereka seperti yang dilakukannya kepada teroris itu, namun serangga-serangga itu tetap datang.
"Hanya sedikit orang yang bisa menggunakan kekuatan Unlimited my dear." jawab Liana lembut.
"Hanya karena Unlimited?" tanya Evelyn bingung.
"Hmm.. mungkin alasan lainnya karena undangan King." jawab Liana lagi.
Wajah Evelyn menjadi gelap, itu dia pasti karena itu. Awas saja kalau lain kali bertemu lagi, Arthur sialan itu!
Setelah menyingkirkan semua serangga, Evelyn langsung pergi ke rumahnya untuk sementara, dia yakin bahwa dengan kekuatan organisasi, tempat ini pasti akan ditemukan cepat atau lambat, tapi untuk malam ini setidaknya dia bisa beristirahat disini kan?
*****
Beberapa jam kemudian, tepat tengah malam. Terlihat beberapa bayangan hitam disekitar rumah Evelyn.
"Kau yakin namanya Evelyn?" tanya seorang pria.
"Benar."
"Lalu wanita yang bersamanya?"
"Namanya Liana."
"Mereka tinggal disini?" tanya pria itu lagi sembari menunjuk sebuah rumah sederhana.
"Ya."
"Ternyata masih hidup rupanya." ujar pria itu dingin.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya pria lain.
"Bunuh mereka!" jawab pria bersuara dingin cepat.
Tak lama puluhan panah api bertentangan kearah rumah Evelyn, mengganggu istirahat malamnya.
"Orang-orang ini sudah gila!!" teriak Evelyn marah.
Dia tak melakukan kesalahan apapun, apa yang diinginkan orang-orang ini sebenarnya?!
Rumah Evelyn terbakar dan sebuah suara terdengar.
"Keluar! Jangan terus bersembunyi seperti tikus!" teriak suara itu penuh nada mengejek.
Detik selanjutnya segala sesuatu dibekukan dan api yang membakar rumah itu padam sepenuhnya.
Evelyn keluar dari rumah dengan penuh amarah, cukup sudah! Evelyn akan membunuh mereka semua, sudah cukup sabar dia selama ini!
Liana mengikuti Evelyn dibelakangnya. Entah mengapa dia memiliki firasat buruk saat ini.
Evelyn melihat beberapa bayangan hitam tak jauh dari rumahnya kemudian berteriak marah.
"Apa yang kalian lakukan?!"
"Luar biasa, seperti yang diharapkan dari pengguna Unlimited." terdengar suara tenang tengah mengevaluasi kekuatan Evelyn.
Evelyn mengernyitkan dahinya, pria ditengah berbicara dengan tenang seolah kekuatan Unlimited adalah kekuatan biasa. Apa artinya ini?
"Kau terlihat bingung." jawab pria itu terkekeh.
"Apa yang kau tertawakan?!" teriak Evelyn marah.
"Jadi begitu, sepertinya kau belum menguasai sepenuhnya kekuatan milikmu itu." jawab pria itu kembali mengevaluasi.
"Apa maksudmu itu?!" nada suara Evelyn meninggi namun ada sedikit nada penasaran juga didalamnya.
Pria itu terkekeh, wajahnya tertutup tudung hitam dari jubah yang dipakainya.
"Mengapa tak kau tanyakan pada wanita dibelakangmu itu, benarkan Liana?" ucap pria itu lagi sembari memandang Liana.
Liana terkejut, pria ini mengenalnya? Entah mengapa samar-samar dia memiliki firasat bahwa dia juga mengenal pria dihadapannya ini, tapi dia siapa?
"Kau sepertinya sudah lupa padaku Liana." ujar pria itu kecewa.
"Siapa kamu?! Jangan bicara seperti itu pada Liana!" Evelyn kembali bersuara.
"Gadis kecil, lebih baik kau jaga nada bicaramu. Aku bukan orang yang baik."
"Siapa yang kau panggil gadis kecil?!" teriak Evelyn.
Pria itu menggelengkan kepalanya kecewa, kemudian dia bersuara, "Liana, kau tak membesarkannya dengan baik."
"Apa maksudmu itu?!" Evelyn merasa tidak senang karena diabaikan.
"Gadis kecil lebih baik kau belajar tata krama dan sopan santun."
"Kamu tak berhak memberitahuku hal itu!!" teriak Evelyn marah.
"Yah.. kurasa itu benar, untuk apa orang mati harus belajar tata krama dan sopan santun." pria itu terkekeh.
Evelyn yang hendak menyerang kemudian mundur secara naluri. Pria ini yang pada awalnya tidak terlihat berbahaya sekarang benar-benar mengeluarkan niat membunuh yang luar biasa.
"Ini?!" teriak Liana dengan wajah pucat.
"Liana ada apa?!" teriak Evelyn khawatir.
"Eve, lari! Kita harus lari! Pria ini berbahaya!" teriak Liana kemudian menarik tangan Evelyn dan mulai berlari.
"Kemanapun kau lari aku pasti akan mengejarmu!!"
Tawa menggelegar terdengar ditengah malam yang sunyi, mengancam Evelyn dan Liana.
Liana terus menarik Evelyn untuk kabur, menjauh dari mereka sesegera mungkin, pria terkutuk yang membuat segalanya rumit telah muncul!
Penyerangan tengah malam berubah menjadi pelarian ditengah malam!!
"Kita harus berlari sejauh mungkin!!" teriak Liana kepada Evelyn yang masih dilanda kebingungan.
"Liana?"
"Aku akan menjelaskannya setelah kita selamat dari semua ini." kata Liana tenang.
Evelyn terdiam dan kemudian berlari bersama Liana ketengah hutan.