Chereads / EVELYN / Chapter 4 - Tawaran untuk menjadi Queen

Chapter 4 - Tawaran untuk menjadi Queen

Setelah semua yang terjadi, Evelyn menghampiri Liana yang terdiam ditempatnya menatap Evelyn gembira dan juga sedikit rumit.

"Liana... " ucap lembut Evelyn dengan nada lemah.

"Eve..." Liana memeluk Evelyn dengan erat.

"Aku... " Evelyn tak mampu berkata-kata.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?" tanya Liana dengan nada mengeluh.

Evelyn menggelengkan kepalanya kemudian berkata, "Aku senang telah memutuskan untuk menggunakan kekuatanku."

Liana melihat wajah Evelyn yang dipenuhi senyuman, suasana hatinya sedikit rumit. Dia bahagia untuk Evelyn karena berhasil melalui trauma masa lalunya dan menggunakan kekuatannya untuk melindunginya namun kali ini mungkin Evelyn tidak bisa lari dari takdir.

"Gadis konyol." ujarnya tersenyum sembari memeluk Evelyn lebih erat.

Evelyn merasa hangat dihatinya, mungkin setelah kejadian kali ini dia tak akan bisa lari dari takdirnya, namun dia tak akan kalah dari takdir, dia akan memilih takdirnya sendiri.

Liana melihat tekad dalam mata Evelyn dan dia merasa sedikit lega. Selama sepuluh tahun dia melindungi gadis di depannya ini.

Sejak kejadian itu Liana selalu melindungi Evelyn, memberikannya banyak kenyamanan dan bahkan dengan hati-hati memperlakukan gadis rapuh ini agar trauma masa lalunya tak melukai dirinya yang hampir hancur itu.

Evelyn tahu semua hal yang dilakukan Liana, wanita dipelukannya ini adalah satu-satunya cahaya dalam hidupnya yang gelap, untaian benang terakhir yang membuatnya merasa hidup.

Liana satu-satunya yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang memuakkan ini, karena Liana dia bisa bertahan selama 10 tahun setelah kejadian mengerikan itu terjadi.

Evelyn tidak peduli apapun pandangan orang padanya, dia tak peduli jika mereka menilai dirinya kejam, kepada musuh-musuhnya dia tak pernah akan berbelas kasih terutama karena mereka telah berani menyentuh cahaya hidupnya.

Evelyn tak peduli pada dunia, jika bukan karena dunia ini masih memiliki Liana didalam dia bahkan tak akan segan untuk menghancurkan dunia ini beserta seluruh isinya.

Kejam? Gila? Mengerikan? Bagi seseorang yang telah mengalami banyak hal pahit dan dibuang oleh dunia Evelyn bukanlah lagi manusia yang bisa dinilai dengan pandangan manusia biasa pada umumnya.

Prok... prok... prok....

Terdengar tepukan tangan bergema di seluruh penjuru alun-alun plaza, para korban yang selama ini diam mulai bersorak sorai.

"Gadis itu mengalahkannya!"

"Gadis itu sangat kuat!"

"Kakak itu luar biasa!" ucap seorang anak laki-laki.

"Kakak itu sangat keren!" teriak seorang gadis kecil.

Begitu banyak teriakan dan pujian yang para korban lontarkan untuk Evelyn membuat Evelyn sedikit tergerak. Wajahnya memang kaku dan datar tanpa ekspresi tapi Liana bisa tahu bahwa gadis di depannya ini sedang malu dan sedikit senang.

"Evelynku sungguh luar biasa." bisik Liana membuat telinga Evelyn semakin merah karena malu.

"Hentikan itu Liana."

"Kapan kamu akan memanggilku bibi? Oh.. apa kamu mau memanggilku ibu?" goda Liana.

"Ap.. apa yang kamu katakan? Liana adalah Liana." ucap Evelyn tergagap.

Liana menghela nafas dan tak berbicara apapun lagi. Evelyn juga terdiam, baginya untuk memanggil Liana dengan sebutan bibi apalagi ibu adalah hal yang mustahil.

Evelyn yang memiliki trauma mendalam tak akan mungkin memiliki ikatan dekat dengan siapapun, panggilan yang diperuntukkan untuk keluarga itu baginya terlalu banyak, untuk saat ini baginya untuk bisa menggunakan kekuatan untuk menolong Liana sudah merupakan kemajuan besar.

Bagi Evelyn kata keluarga maupun sebutan lainnya yang menandakan bahwa seseorang itu adalah keluarganya adalah sebuah kutukan.

Kejadian hari ini hanyalah dirinya yang melawan sedikit trauma masa lalunya, trauma itu terlalu dalam untuk bisa Evelyn selesaikan dalam sekali jalan.

Liana juga memahami hal ini dan dia tak memaksa Evelyn untuk memanggilnya bibi atau ibu lagi dan hanya bisa memandang Evelyn dengan sedih.

"Wow... sungguh luar biasa."

Sebuah suara terdengar dan sekelompok orang datang mendekati Evelyn dan mengalihkan perhatian semua orang di plaza.

"King... itu King..." semua orang berteriak semangat.

Evelyn melirik pria yang dijuluki orang-orang sebagai King, sepertinya orang ini adalah salah satu anggota inti organisasi yang dibicarakan pria sebelumnya.

Apanya yang organisasi terkuat di dunia? Kejadian kecil seperti ini saja mereka datang terlambat, lelet sekali kerjanya! Evelyn mendelik kesal kearah pria yang dijuluki King termuda dalam sejarah itu.

Dia melepaskan pelukannya kemudian mengambil tangan Liana dan bersiap untuk pergi meninggalkan plaza, lagi pula urusannya disini sudah selesai, jika bukan karena takut Liana akan marah padanya, Evelyn tak akan sudi membantu meringankan pekerjaan orang-orang tak becus ini.

Beberapa langkah dia berjalan, sebelum dia bisa mengambil langkah lebih jauh dia dihalangi oleh pria terduga King tersebut.

Pria itu menundukkan dirinya, tangan kanan di dadanya, kaki kanan didepan kaki kirinya dan dengan sedikit membungkuk dia memberikan penghormatan ala bangsawan kemudian memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan nama saya adalah Arthur, jabatan dalam organisasi adalah King." ujarnya memperkenalkan diri dengan senyuman yang menyilaukan bagi kebanyakan orang.

Kemudian dia menoleh ke arah Lili, Buenos dan Florence, ketiganya segera mengerti maksud dari King.

"Perkenalkan nama saya Florence, salah satu anggota The Seven Guards." ujar Florence memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan nama saya Buenos, juga salah satu anggota The Seven Guards." Buenos juga memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan nama saya Lili, salah satu anggota The Seven Guards."

Lili mengabaikan mereka kemudian berjalan kembali sembari menarik tangan Liana. Dia ingin segera meninggalkan tempat ini, perhatian orang-orang membuatnya tidak nyaman, untungnya dia sudah menyihir wajahnya menjadi wajah samaran agar orang-orang tak mengenali dirinya.

Liana yang biasanya menghentikan ketidaksopanan Evelyn juga entah mengapa tak banyak bicara.

"Nona, tidaklah sopan untuk tak memperkenalkan diri anda setelah orang lain memperkenalkan dirinya dengan sopan kepada anda." ujar King tersenyum.

Nadanya ringan tanpa nada mengejek maupun sindiran namun terdapat bobot pada kata-kata yang diucapkan pria bernama Arthur ini. Selain itu kata-katanya tepat sasaran yang membuat Evelyn semakin jengkel.

Evelyn mengerutkan keningnya, dia paling membenci tipe orang seperti ini, licik dan menyebalkan.

Evelyn berhenti, berbalik menghadap King dan menyembunyikan Liana dibelakangnya, kemudian dia tersenyum paksa lalu memperkenalkan dirinya secara singkat, padat dan jelas.

"Evelyn." jawabnya singkat.

"Baiklah kalau begitu, saya mohon undur diri dulu tuan King." lanjut Evelyn dengan sopan namun orang bisa merasakan lapisan dinding tebal dalam kata-katanya.

Evelyn berbalik, mendorong Liana agar berjalan didepannya.

King tersenyum, sungguh menarik, baru kali ini ada orang yang sangat ingin melarikan diri darinya.

"Tunggu... " ujarnya menghentikan langkah Evelyn.

Evelyn berhenti berjalan, namun tak sudi untuk berbalik kembali.

"Bagaimana jika kamu menjadi Queen dalam organisasi kami?" tawar King.

Sungguh tawaran yang mengejutkan, semua orang terkejut dengan tawaran King yang tiba-tiba termasuk Evelyn dan Liana.

Apa pria bernama Arthur ini serius mengatakan hal itu? Evelyn benar-benar tak habis pikir dengan jalan pemikiran Arthur!