Kemudian Julian berdiri tanpa ekspresi dan mendekati Lynda. Sepasang sepatu kulit mengkilap dan kaki ramping muncul di depan Lynda. Tekanan tak kasat mata membuat bibirnya bergetar, dan dia menciutkan lehernya, ingin bersembunyi di cangkang keras.
Tapi dia tidak punya cangkang. Dia hanya daging dan darah.
"Maafkan aku. Maafkan aku. Tolong lepaskan aku." Tidak ada bekas darah di wajah Lynda, dan napasnya tampak melemah.
Ketika pria itu berjongkok di depannya, Lynda tampaknya telah memasuki neraka neraka, dan mata kematian menembus lubang di tubuhnya.
"Tangan mana yang menekan rekor?" Semakin tenang nada suara Julian, semakin menyeramkan.
"Benar, tangan kanan," jawab Lynda, gemetar.
"Oke." Julian berkata dengan acuh tak acuh, "Letakkan di tanah dengan telapak tangan menghadap ke bawah."
Lynda tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Dia hanya tahu bahwa rasa takut di tubuhnya membuatnya tidak berani melanggar perintah, jadi dia mengulurkan tangan kanannya saat dia bertanya.