Chereads / Mafioso / Chapter 12 - Chapter 11

Chapter 12 - Chapter 11

Sesampainya di kediaman McStraigh, Camorra langsung mendapat pujian dari Taeyong , sementara McStraigh hanya memasang wajah datarnya dan langsung pergi.

"Kau hebat Cloe, aku fikir kau akan gugup tadi dan membongkar penyamaran mu" ucap Taeyong sambil tersenyum puas.

"Itu hal yang mudah Taeyong"

"Sekarang aku percaya dan benar-benar yakin jiwa Camorra yang dulu masih ada dalam dirimu"

Mendengar kata-kata Taeyong membuat ku juga merasa bahwa hal hal semacam ini sudah terbiasa bagiku. Bahkan aku merasa bersemangat dan senang saat merasa adrenaline ku diuji.

"Apa dulu aku sering melakukan hal yang menguji adrenaline" tanyaku padanya.

"Aku tidak yakin tapi dulu kau benar-benar berjiwa bebas dan bisa dibilang bad" lanjutnya. "Benar kan McStraigh?" Tanya Taeyong agar mendapat dukungan dari Chanyeol tetapi dia hanya berlalu begitu saja meninggalkan kami.

"Ada apa dengannya, bukankah misi berhasil" Heran Taeyong pada Chanyeol.

"Kau seperti tidak mengerti dia saja Taeyong" jawabku.

"Kau benar, McStraigh sulit dimengerti"

Setelahnya aku pergi membersihkan diri setelah lengan dan paha mulusku di sentuh oleh si tua Yamamato.

Jhony Pov

Saat ini aku berada di Colombia bersama tuan Rusco dan Jaemin demi penelitian, kami sedang berusaha menciptakan obat terbaru dan penelitian kami hampir saja selesai setelah 97% obat tersebut sudah jadi kami hanya tinggal menguji cobanya setelahnya kami akan memasarkannya secara besar besaran di seluruh dunia obat ini bukan hanya digunakan para mafia tetapi para dokter juga dapat menggunakannya karena ini adalah antibiotik.

"Kau hebat Jaemin" kata tuan Rusco.

Si jenius peracik Jaemin yang menemukan tanaman herbal pada saat kami berada di hutan hujan tropis di Thailand saat itu kami sedang melakukan pelarian dari polisi. Tuan Rusco mengalami pendarahan pada luka tembak yang terletak dilengannya dan Jaemin pun mencari tanaman obat yang dapat mengurangi pendarahan dan bekas luka pada tuan Rusco dari penemuannya itu tuan Rusco memiliki ide membuat obat yang bekerja melalui epidermis.

"Menemukan dan meracik sesuatu sudah menjadi keahlianku tuan" Jawabnya

Tuan Rusco hanya menepuk nepuk pundak Jaemin sekilas dan pergi.

Saat ini aku memang sudah berencana kembali ke Texas entah kenapa aku sangat merindukan Jennie dan ingin sekali mencium aromanya dan mendengar suara frustasinya yang sexy saat aku mempermainkannya.

Namun saat aku mendapat berita dari McStraigh bahwa Jennie terluka semakin membuat ku ingin bertemu dengannya dan segera membalas dendam pada si berengsek Yamamato. dan akhirnya aku memaksa pilot pribadi tuan Rusco untuk mengantarku segera ke Texas menggunakan helicopter.

Sepanjang perjalanan aku menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaga orang yang aku cintai, seandainnya aku menyetujui syarat yang diberikan Jennie saat itu padaku mungkin kami sudah memiliki seorang bayi dan hidup normal. Mengapa aku sangat egois pada wanita yang begitu lembut seperti Jennie padahal dia telah memberikan segalanya padaku jiwa raga bahkan cintanya. Tapi aku demi kepuasan diri sendiri dan ketakutan untuk berkomitmen aku mengabaikannya dan membiarkannya terluka.

Aku masih sangat jelas mengingat bagaimana saat pertama aku jatuh cinta padanya dan waktu dimana kami saling mengenal. Saat itu setelah Chanyeol menyetujui perkataan tuan Rusco untuk ikut bersamanya aku juga menyetujuinya karena tidak ada seorangpun yang aku miliki hanya Chanyeol teman yang aku temukan saat peperangan, saat itu dia hanya menangis dan menunduk sampai akhirnya aku membawanya ketempat persembunyianku. Sampai akhirnya aku dan Chanyeol pun sampai di mansion tuan Rusco yang sangat besar seperti istana namun begitu dingin dan banyak ruangan ruangan yang kosong dan katanya ruangan itu adalah ruangan untuk menyekap musuh.

Dan tuan Rusco pun membawa kami ke suatu lapangan yang besar dan saat itu mataku langsung tertuju pada dua orang anak perempuan yang walau masih kecil cukup pandai dalam menggunakan senjata, salah seorang dari mereka berbalik dan mengibaskan rambutnya setelah bidikannya mengenai target dan tersenyum pada teman yang ada di belakangnya dan tatapan ku pada saat itu di ketahui olehnya dan dia pun balik menatapku lalu kemudia tersenyum dan mungkin pada saat itu aku sudah menyukainya.

"Dia adalah cucuku Camorra Rusco dan temannya Jennie" kata tuan rusco sambil membawa aku dan Chanyeol mendekat pada kedua wanita itu.

"Ternyata dia Jennie batinku...

"Dengar Cloe, Jennie mulai saat ini Jhony dan Chanyeol akan tinggal bersama kita dan akan berlatih dengan kalian" Lanjut tuan Rusco

"Senang bertemu dengan kalian" kata Jennie sambil menyalami kami satu persatu.

Sementara anak yang satunya lebih pendiam dan terlihat datar saja mungkin karena dia lebih muda dari kami aku mengetahuinya karena sudah terlihat jelas dari ukuran badannya.

Setelahnya tuan Rusco membawa kami pergi untuk menemui seseorang yang bernama tuan Jaejong dia adalah ayah Taeyong dan akan menjadi pelatih kami saat itu.

flashback off...

Aku sampai di Texas sudah subuh dan langsung masuk ke kamar Jennie aku tidak perlu persetujuan Jennie untuk masuk kamarnya karena kamarnya akan selalu terbuka untukku dan aku juga bebas menemuinya kapan saja. Aku melihat wajah itu, wajahnya yang polos dan tidak memiliki beban bahkan tidak terlihat sisa rasa sakit pada wajah itu. dia begitu tenang dan damai dengan deru nafas yang teratur.

Aku membaringkan diriku disisinya dan memeluk Jennie yang membelakangiku dan aku juga tak berusaha membalikan badannya aku masih merasa tidak berguna bagi Jennie sehingga takut jika dia menatapku dan setelahnya memeluknya erat, aku merasakan Jennie terbangun dan berusaha melepas pelukanku. Tetapi aku malah mempererat pelukanku dan akhirnya Jennie pun membiarkan ku.

"Maaf Jennie" Bisikku padanya dan setelahnya aku merasakan Jennie menangis.

aku tau Jennie menitihkan air mata karena aku merasakannya dari punggungnya yang bergetar namun dia tak bersuara maupun bicara.

Dan aku pun melanjutkan kalimatku..

"Aku akan membalas ini dengan kesakitan yang lebih lagi padanya"

Seketika Jennie berbalik dan memeluk ku erat sambil berkata

"Itu benar, kau harus membalas kannya lebih lagi. Awas saja kau mengingkarinya" katanya sambil terus terisak di pelukanku.

Melihat dan mendengar kesedihan dari seseorang yang begitu kau cintai itu bagaikan kau berada di neraka.

"Aku janji Jennie" kataku sambil mengelus lembut kepala Jennie.

"Terimakasih Jhony" katanya sambil memandang ku.

Ditatap seperti itu olehnya membuat ku hilang kendali dan langsung saja aku menciun bibir lembutnya yang selalu saja menjadi candu ku. Dan ketika Jennie membuka mulutnya aku pun tidak menyia nyiakan kesempatan itu aku langsung saja menenggelamkan lidah ku didalam mulut Jennie dan mengabsen tiap baris gigi rapinya dan sesekali aku menggodanya dengan menggigit bibir bawahnya sehingga dia merintihkan suara kesakitan yang sensual dan menggairahkan. Dan ciuman panas kami pun menjadi semakin panas sampai aku sudah berada di atas Jennie aku melepas ciuman kami demi memberikan jennie menghirup oksigen, dia masih terengah engah dan aku kembali menciumi lehernya dan memberikan kissmark yang tercetak jelas disana dan terus turun kebawah dan mulai meremas dadanya, menciuminya dan membuka setengah kancing bajunya sehingga memperlihatkan bra yang masih menutupi dadanya. Setelah menaikkan begitu saja branya dan belum membukannya aku pun melanjutkan aktivitasku kembali mencium dan meremas dadanya dan mulai memilinya, dan mencium kembali bibir Jennie yang sudah bengkak akibat perbuatanku turun kembali ke leher dan sampai pada dadanya. kegiatan tanganku yang memilin dadanya segera ku gantikan oleh mulutku dan berhasil membuat Jennie mengerang kenikmatan..

"Aahhhh.....ngggg....

Dan aku pun membuka baju Jennie dengan menarik kemejanya dengan satu hentakan saja sehingga memperlihatkan luka yang dia dapat tadi siang. Aku sadar tidak mungkin dengan kondisi begini aku memaksa Jennie untuk berhubungan denganku.

"Maaf jennie. Tak seharusnya aku melakukannya malam ini" sesalku pada Jennie  karena melihat lukanya.

"Akhirnya kau sadar"

"Apa. Mengapa kau tidak menghentikan saja aku tadi" protes ku padanya.

"Karena kau sangat beremangat, aku tidak tega" jawabnya polos.

"Kau ini" kataku sambil menyelimuti tubuh Jennie kembali dan mencium keningnya singkat lalu membawanya kepelukanku untuk tidur..

Jangan lupa meninggalkan jejak ketika sudah membaca. Terimakasih😘