Beberapa hari berlalu, Ryan Fernandez sudah mulai terbangun dari masa kritis. Pria itu mendapati istrinya yang berada di sisinya dengan derai air mata yang seolah tak mengering.
Bagaimana rasanya menyaksikan Evelyn menangis di sebelahnya? Pria itu merasakan begitu sesak di dalam hatinya. Dia sangat menyesal telah membuat perempuan yang dicintainya sangat menderita.
"Eve!" panggil Ryan dalam suara lirih namun masih terdengar jelas.
"Ryan! Kamu sudah bangun?" Evelyn langsung memeluk seorang pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Rasanya sangat bahagia dan juga begitu lega melihat Ryan telah membuka mata.
"Mengapa kamu tak istirahat di rumah saja, Eve? Kamu bisa sakit jika terus di sini," bujuk Ryan agar istrinya mau tinggal di rumah. Tak baik jika perempuan hamil itu terus berada di sana.
Tentu saja, Evelyn tak mungkin rela meninggalkan suaminya. Dia tak ingin berada jauh dari sosok pria yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.