Ryan terus saja memegangi kepalanya. Mendadak kepalanya terasa begitu sakit dan sangat menyiksa. Meskipun bersusah payah berusaha untuk menahannya, rasanya percuma.
Pria itu akhirnya meninggalkan sarapannya dan langsung keluar dari ruangan itu. Ryan tak tahan jika harus berakting jika dirinya baik-baik saja.
Tak ingin Reine mengetahui kebenaran itu, ia memiliki untuk pergi ke sebuah tempat di mana tak ada seorang pun yang akan menggangu. Sebuah atap gedung, tentunya menjadi lokasi paling aman bagi Ryan saat itu.
Setidaknya di sanalah dia bisa duduk tenang dan bisa menumpahkan air mata sekalipun. Ryan merasa jika takdir tak pernah berpihak padanya.
Di sisi lain, Reine semakin penasaran dengan kakaknya. Dia tak tahan hanya menjadi penonton tanpa melakukan apapun. Begitu menyelesaikan sarapannya, perempuan itu langsung bergegas keluar dari ruangan. Meninggalkan Steve sendirian di sana.
"Aku akan berbicara dengan Ryan," pamit Reine pada kekasihnya.