Di luar dugaan, Angel justru mendorong pelan Ryan lalu menarik selimut tebal yang berada di atas ranjang besar itu. Dengan sekali gerakan saja, ia berhasil menutupi tubuh Ryan dengan selembar kain tebal yang cukup untuk menghangatkan tubuh.
"Bukankah ini sudah cukup hangat?" ucapnya dingin dan tanpa perasaan sedikitpun. Rasanya Angel ingin tertawa lepas penuh kemenangan. Dia berhasil mengerjai sosok pria yang sudah berada di puncak hasratnya itu.
Tatapan kesal penuh kekecewaan tergambar di wajah tampan seorang Ryan Fernandez. Andai perempuan itu bukan Angel, pastilah dia susah memohon-mohon untuk dipuaskan olehnya. Namun sosok perempuan cantik dihadapannya itu sangat jauh berbeda dengan banyak perempuan yang pernah menghabiskan malam dengannya.
"Apakah kamu sengaja mengerjai aku, Angel?" kesalnya dalam amarah yang susah payah ditahannya. Semua pria pasti sangat tahu, bagaimana rasanya bila di posisi Ryan. Tentunya sangat menyakitkan dan juga mengesalkan.
"Aku sama sekali tidak mengerjai kamu, Ryan. Bukankah tadi aku mengatakan untuk menghangatkan dirimu? Tapi aku tak bilang jika akan melakukannya dengan tubuhku," kilah Angel pada sosok pria yang menatap kesal dirinya.
Rasanya sangat frustrasi berada dalam situasi yang benar-benar sangat menyiksa dirinya. Ryan harus benar-benar dapat menahannya kali ini. Ataukah mungkin ... ada cara lain yang bisa dilakukannya?
"Lalu ... siapa yang harus bertanggung jawab untuk yang di bawah sana?" Pria itu melirik area bawah perutnya yang sudah sangat siap untuk memulai pertempuran panas. Ryan benar-benar merasa dipermainkan oleh sosok perempuan cantik yang tampak senang atas kekesalannya.
"Heyy, Tuan Ryan Fernandez yang terhormat. Sepertinya Anda melupakan sesuatu .... Aku hanya menjual jasaku, bukan menjual tubuhku," peringat Angel dalam balutan senyuman yang begitu lebar dan penuh kemenangan.
Perempuan itu lalu menarik Ryan yang begitu kesal dengan wajah yang muram. Angel lalu mendorong pria itu memasuki kamar mandi di dalam ruangan itu.
"Tenangkan saja dulu sesuatu yang sudah memberontak di bawah sana!" Tanpa perasaan berdosa, Angel tertawa terpingkal-pingkal melihat air muka Ryan yang sangat muram. Seolah tak ada lagi celah baginya untuk memakai cara lain.
Sungguh tega! Kata itu yang paling pas diberikan untuk Angel. Perempuan itu sama sekali tak memikirkan bagaimana tersiksanya Ryan karena ulahnya yang berhasil membangkitkan sisi lain di dalam dirinya. Sebuah siksaan yang begitu sempurna dan mampu membuatnya seakan telah kehilangan harapan.
Menunggu Ryan yang tak kunjung keluar, Angel pun memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Terlihat beberapa pelayan sedang menyiapkan makan siang untuk sang empunya rumah dan tamu kebesarannya.
"Tunggu sebentar!" ucap Angel pada seorang pelayan yang kebetulan melewatinya.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pelayan itu pada tamu dari majikannya.
Sebelum menanyakan sesuatu yang cukup penting, terlebih dahulu Angel memastikan keberadaan orang-orang di sekitarnya. Dia tak ingin orang lain akan mendengar pertanyaan itu.
"Apakah Ryan sering membawa perempuan ke mansion mewah ini?" tanya Angel sangat penasaran. Dia ingin mengetahui sedikit banyak mengenai pria tampan yang menjadi kliennya itu.
"Anda yang pertama kali, Nona." Pelayan itu menjawab dengan sangat sopan dan juga begitu ramah. Bahkan perempuan muda dengan seragam pelayan itu tampak sangat mengagumi perempuan cantik di hadapannya itu.
"Terima kasih. Jangan katakan pada siapapun jika aku menanyakan hal ini ya .... " Angel tentunya tak ingin jika Ryan mengetahui jika dirinya mencoba menggali informasi tentang pria tampan yang membayarnya itu. Rasanya akan sangat memalukan jika hal itu sampai terdengar oleh orang lain.
Sembari menunggu, Angel duduk di sebuah kursi di ruang tengah mansion mewah itu. Dia mulai yakin jika Keluarga Fernandez benar-benar seorang konglomerat. Rasanya baru pertama kali, dia mendapatkan seorang klien yang sangat kaya.
Bahkan segala furniture di rumah itu benar-benar sangat mewah dan juga elegan. Rasanya seperti mimpi bisa berada di sebuah tempat yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
"Jika kamu mau menjadi istriku, kita bisa tinggal di sini," celetuk Ryan yang tiba-tiba sudah berada tak jauh dari Angel. Dia bisa melihat jika perempuan itu cukup menyukai mansion mewah itu. Ryan pun berpikir untuk memberikan sebuah tawaran yang menggiurkan pada sosok perempuan yang sangat jual mahal terhadapnya.
"Jangan bercanda, Ryan! Kamu pikir pernikahan adalah sebuah permainan yang bisa kamu mainkan sesukamu. Begitu kamu bosan ... kamu tinggalkan begitu saja." Sedikit banyak, Angel sudah mengetahui kehidupan kelam yang dijalani oleh Ryan. Dia juga mengetahui jika pria itu telah mempermainkan banyak wanita di luar sana.
Mulai dari model, SPG, dan artis ibukota pernah menjadi korban dari seorang Ryan Fernandez. Sayangnya, pria itu sama sekali tak berniat menjalankan hubungan serius dengan perempuan manapun. Hanya Angel saja satu-satunya perempuan yang diajaknya untuk menikah selain mantan kekasihnya yang telah menghilang.
"Apakah aku tampak sedang bercanda, Angel? Aku tak pernah seserius ini sebelumnya," tegas Ryan yang menyadari keraguan yang begitu besar di mata sosok perempuan yang masih saja menatapnya heran.
Untuk sejenak, Angel sempat sangat percaya dengan ucapan Ryan. Namun kisah rumit dan juga begitu pelik yang selama ini telah dijalani oleh Ryan telah berhasil memupuskan keyakinannya. Dia tak ingin mengambil resiko dalam menjalani hubungan yang bisa saja sangat berbahaya.
"Okay! Anggap saja kamu tak bercanda ... tetapi, aku tak tertarik untuk istrimu, Ryan. Masih banyak hal yang harus aku lakukan, yang mesti aku perjuangkan. Ada sebuah tujuan di dalam hidupku yang masih belum tercapai." Sebuah jawaban yang justru menciptakan teka-teki baru yang tentunya akan sangat sulit untuk dipecahkan. Angel tak mungkin mengatakan tujuan hidupnya dengan seorang pria yang baru saja dikenalnya.
Lagi-lagi, Ryan harus mendapatkan sebuah penolakan dari perempuan cantik di hadapannya itu. Entah untuk ke berapa kalinya, Angel telah menolak dirinya mentah-mentah.
'Tujuan? Apakah dia pikir dengan menikah tujuan hidupnya tak mungkin bisa tercapai?' Ryan hanya mampu bertanya di dalam hatinya. Dia tak ingin berdebat dengan perempuan cantik yang masih saja menatap dirinya.
"Apakah kamu sedang menghujat aku di dalam hati, Ryan?" tuduh Angel pada pria tampan yang mendadak pucat karena tuduhan itu sangat tepat.
Ryan menjadi salah tingkah lalu bangkit dari tempat duduknya. Dia merasa malu telah tertangkap basah oleh perempuan itu.
"Jangan menuduhku sembarangan, Angel! Tuduhan mu sama sekali tak beralasan," kilah Ryan karena tak mau mendapatkan malu di hadapan sosok perempuan yang selalu saja menolaknya.
Tanpa mengatakan apapun, Angel justru melemparkan sebuah tatapan penuh arti. Dia tak mungkin salah dalam menilai seseorang. Meskipun Ryan berhasil berkilah, perempuan itu sudah mengetahui jika Ryan sedang berusaha untuk membohonginya.