Ryan tentunya masih tak tahu harus memberikan jawaban apa pada Angel. Sejak tadi ia masih belum memikirkan apapun untuk dijadikan sebagai hadiah.
"Apa yang ingin kamu lakukan padaku, Ryan?" Angel menatap lembut sosok pria yang sudah menyelamatkannya itu. Padahal jelas-jelas dia sendiri sudah bersikap kasar terhadapnya.
Bukannya memberikan jawaban, Ryan justru mengarahkan jarinya ke bibir Angel. Entah isyarat apa yang sedang dilemparkan oleh sosok pria tampan yang sangat kaya raya.
Dengan wajah yang penuh keraguan, Angel memandang wajah kliennya itu. Dia tersenyum kecut atas perminta yang masih tampak abu-abu.
"Berhubung hari ini kamu sudah membayar aku ... Kuijinkan kamu mencium aku," ucap Angel tanpa melakukan banyak gerakan sebelum Ryan melakukan aksinya.
Seolah baru saja mendapatkan lampu hijau, Ryan membantu Angel untuk duduk dan bersandar di sebuah kursi. Dia menatap lekat pada sosok perempuan cantik yang sudah sangat menggodanya. Namun sangat disayangkan, pria itu tak bisa melakukan apapun pada seorang wanita yang sudah dibayarnya cukup mahal.
Dalam sebuah sentuhan yang terasa begitu lembut namun terasa dingin, Ryan menyentuh wajah Angel dengan kedua jemari tangannya. Pria itu mendekatkan wajahnya pada sosok perempuan yang tampak tegang menunggu Ryan akan melakukan sesuatu untuknya.
Tanpa sadar, Angel memejamkan matanya dalam hati yang sangat bergetar karena menantikan sesuatu yang akan dilakukan oleh seorang Ryan Fernandez.
Dia sudah sangat siap jika pria itu akan memakannya dengan rakus sekalipun. Angel sudah menyiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi.
Beberapa detik Angel memejamkan matanya, tak ada sentuhan apapun pada tubuh ataupun di tempat lain. Hanya terasa tangan dingin Ryan yang menyentuh wajahnya.
Wanita itu masih menunggu, menantikan momen mendebarkan yang mungkin saja akan dilakukan oleh Ryan. Di saat Angel hendak membuka matanya ... tiba-tiba saja, sebuah kecupan yang terasa begitu hangat mendarat di keningnya.
Terasa begitu menyentuh kalbu, menghadirkan sebuah perasaan yang tak mampu dijelaskan oleh dirinya sendiri. Angel merasa kalang kabut mendapatkan sebuah kecupan yang penuh arti.
"Bukankah tadi kamu ingin mencium bibirku?" Dengan sangat vulgar, Angel menanyakan hal itu secara langsung tanpa rasa malu sedikit pun. Seakan dialah yang tampak sangat merindukan ciuman hangat dari sosok pria tampan yang masih berada di sebelahnya itu.
Bukannya memberikan sebuah jawaban, Ryan justru membopong Angel memasuki mansion. Dengan sangat hati-hati, ia membawa perempuan cantik itu ke sebuah kamar yang tampak sangat mewah dengan pemandangan langsung ke kolam renang.
"Bersihkan dirimu lalu gantilah dengan pakaian yang sudah aku siapkan. Jangan sampai kamu jatuh sakit, Angel." Ryan Fernandez mengatakan hal itu dengan wajah yang penuh perhatian. Bahkan pria itu juga menyiapkan sebuah handuk khusus untuk Angel.
"Terima kasih." Sebuah ungkapan tulus akhirnya terucap dari mulut seorang perempuan yang biasanya selalu bersikap dingin padanya.
Tak ingin menciptakan kesalahpahaman yang baru, Ryan keluar dari kamar itu. Membiarkan perempuan itu untuk membersihkan dirinya sendiri.
"Siapkan makan siang untuk kami," perintah Ryan pada seorang chef dan juga timnya. Mereka semua sengaja didatangkan langsung dari sebuah hotel bintang lima di ibukota.
"Baik, Tuan." Dengan sekali perintah saja, orang-orang itu langsung bekerja dengan sangat cekatan dan juga profesional. Mereka akan menciptakan sebuah momen makan siang istimewa yang secara khusus disajikan oleh seorang profesional.
Sembari menunggu, Ryan duduk di sebuah mini bar yang berada tak jauh dari dapur. Pria itu menikmati setiap tegukan minuman yang bisa memabukkan jika diminum dalam porsi yang banyak.
"Bagaimana kamu bisa minum-minum di siang hari begini, Ryan?" Tiba-tiba Angel keluar dari sebuah kamar mewah yang tadi ditempatinya.
Pria itu memandang ke arah suara itu berasal lalu melemparkan tatapan tajam yang penuh arti.
"Aku tak sedang ingin mabuk. Hanya ingin menghangatkan tubuhku yang masih terasa dingin," jelas Ryan pada sosok perempuan cantik.
"Menghangatkan tubuh tak harus dengan minuman keras." Kalimat Angel itu terdengar sangat ambigu bagi Ryan. Memicunya berpikir semakin liar pada sosok perempuan yang masih saja sangat menggoda bagi Ryan.
Ryan tersenyum tipis pada wanita yang terlihat semakin menggoda walau tak memakai riasan di wajahnya. Dia berpikir untuk menggoda Angel yang tampak tak suka saat dirinya meneguk minuman memabukkan itu.
"Mungkinkah kamu berkenan menghangatkan aku?" goda Ryan dalam senyuman penuh kemenangan. Rasanya sangat menyenangkan bisa melihat perubahan ekspresi di wajah Angel. Di saat kesal, perempuan itu justru semakin menggemaskan.
"Tentu saja! Ayo kita ke kamar," ajak Angel dengan air muka sangat kesal atas permintaan Ryan.
Pria itu sangat terkejut karena Angel mengajaknya ke kamar. Ryan mulai memikirkan yang indah-indah di dalam kamar mewah yang sudah disiapkannya untuk perempuan cantik yang sudah berjalan menuju kamar tidur.
Ada getaran hebat yang tiba-tiba bersemayam di dada Ryan. Dia tak menyangka jika perempuan yang pernah begitu jual mahal untuk akhirnya akan menyerahkan dirinya.
Sepertinya seorang pria muda yang akan melakukan malam pertamanya, Ryan pun merasakan hal yang sama saat dirinya bergerak mengikuti Angel yang sudah memasukkan kamar.
"Cepatlah, Ryan! Bukankah kamu sudah sangat butuh kehangatan?" celetuk Angel sembari tersenyum penuh arti pada pria yang masih berjalan pelan menyusulnya ke kamar.
"Sepertinya kamu juga sudah tak sabar untuk menikmati kehangatan tubuhku," sindir Ryan saat menyaksikan betapa tidak sabarannya perempuan itu.
Ingin rasanya Ryan bersorak kegirangan setelah mengatakan hal itu kepada Angel. Rasanya sangat bahagia bisa menggoda perempuan yang sejak pertama kali bertemu dengannya sudah menolaknya mentah-mentah. Namun sekarang ... situasi sepertinya telah berubah, Angel seolah akan melakukan penyerahan atas dirinya.
Angel duduk di pinggiran ranjang lalu melemparkan tatapan tajam yang terlalu sulit untuk diartikan bagi Ryan. Rasanya tak bisa membaca pikiran seseorang perempuan yang sudah bersiap untuk melakukan pertempuran sengit di atas ranjang.
"Kemarilah, Ryan! Apa yang sedang kamu tunggu? Bukankah kamu ingin aku segera menghangatkanmu?" Angel mengatakan hal itu seakan telah sangat siap untuk menghangatkan sosok pria yang cukup arogan namun terkadang melakukan banyak hal yang menyentuh hati.
Dalam langkah pelan namun sangat pasti, Ryan bergerak ke sebuah titik di mana Angel sudah duduk dengan nyaman. Tanpa diduga oleh perempuan itu, sosok Bos Arogan yang telah membayarnya itu seakan sangat tak sabar dan langsung menyerang Angel dengan sebuah ciuman hangat di bibirnya.
Menyesap lalu menautkan kedua bibir menjadi satu. Terasa begitu hangat dan penuh dengan kelembutan yang melambungkan perasaan. Tak ada penolakan dari Angel, membuat Ryan semakin tidak sabar untuk memulai pertarungan sengit mereka di atas ranjang. Rasanya sangat mendebarkan dan juga menyenangkan bagi seorang pria yang larut dalam suasana itu.