Pagi menjeleng, matahari yang sudah sejajar dengan mata kaki. Gadis itu sudah terbangun dari setengah jam yang lalu. Mandi, membersihkan diri dan mengganti baju nyan dengan seragam sekolah.
"Morning!!" Aleya berteriak semangat, menyapa keluarga nya dimeja makan.
"Morning Sayang," Arsil.
"Morning Anak Daddy yang cantik," Teo.
"Morning kakak jelek kuu," Sahut Levin tak bersalah.
"Heh! gue udah cantik gini lo bikang jelek!" Aleya menoyor kepala adiknya.
"Lah, kakak kan cantik karena pangeran kakak itu kan? jadi, bagi Levin kakak tetep kakak gue yang jelek," Jawab Levin.
"Wah nyebelin ni bocah," Aleya mencekek leher Levin dengan sikut nya.
"Aduh aduh!! Sakit kak, gue minta maap. Kakak yang cantik, iya kakak gue cantik!" Sahut Levin meminta dilepaskan.
"Bagos!" Aleya melepas cekikannya.
"Tenaga lo kayak cowok njir, jelmaan hulk lo ya?" Levin mengelus lehernya.
"Kalo iya, kenapa!" Tanya Aleya garang.
"Dasar galak!" Umpat Levin.