Sesaat duduk Sarita kemudian merebahkan badan. Menjadi makin pendek rok yang dikenakannya. Justru yang terpampang pangkal lututnya yang bulat. Bulat berisi dan putih.
"Kalian pulang saja," kata tanpa menoleh pada Selly atau Helen.
Selly mengangkat kepada dari HP. Hellen memindahkan mata. Keduanya saling pandang. "Maksudnya, Mbak?"
Sarita melepas udara di ujung hidung. "Aku yang jaga. Kalian pulang saja."
"Kami berdua yang ditugaskan Pak Hendri."
"Tak apa. Pulang saja."
Selly kian bingung. "Ntar kena marah kami."
"Tidak."
"Aduh, tak berani, Mbak. Pak Hendri yang menugaskan. Masak pulang?" Helen malah mengeleng kepala dengan tegas. "Tidak, Mbak. Takut."
"Taku sama siapa?"
"Pak Hendri. Juga sama Pak Bos CEO."
Sarita mengeluarkan HP dari tas berada di atas meja kaca. "Mas Hen, aku di rumah sakit. Mau ngurus obat. Helen dan Selly suruh pulang saja. Biar aku yang jaga."
"Oke ya."
"Nih, ngomong sama mereka."