Pandangan mata menjelaskan dirinya sangat jengkel dan marah. Hanjo memandang tanpa kedipan. Rahangnya bergerak-gerak.
"Bro tahu status aku sekarang?"
Hardiman diam saja. Ia sudah tahu.
"Tersangka!"
Dalam hati ia membenarkan sekaligus menyesalkan. Wajahnya tak terkejut.
"Dalam proses pemeriksaan itu, Bro tidak pernah tampak. Jangan untuk membantu, tampak pun tidak." Hanjo memperlihatkan kekesalannya dengan meluruskan pandangan tanpa melihat Hardiman.
"Waktu itu istri aku sakit. Aku sudah kasih tahu."
"Setelah sembuh, Bro juga hilang. Tidak pernah datang."
"Maaf, aku banyak kerjaan ke luar daerah. Semalam saja baru pulang dari Medan. Bukan urusan keluarga. Masih urusan kerjaan pula."
Hanjo tidak mau lagi menempatkan dirinya harus percaya atau tidak. Baginya memikirkan diri sendiri jauh lebih penting dari mempercayai seorang Hardiman yang dalam pandangannya makin hitam. Ia menghembuskan asap rokok.
"Apa yang mestikan aku lakukan agar Bro tak marah lagi?"