***
Akhirnya mereka sampai di kantin sekolah, Ruli menarik satu kursi dengan kakinya lalu mempersilahkan siswa tadi untuk duduk, lalu diapun duduk juga di depan anak itu sambil menyalakan rokoknya. Dengan santai dia melambaikan tangan kearah pelayan kantin sambil memesan dua teh manis hangat kepada seorang laki-laki dewasa yang bekerja sebagai pelayan kantin.
Pelayan itu pun datang membawakan dua gelas teh manis pesanan tadi sambil berkata,
"Hemmm seperti biasanya, ada murid patah hati lagi, nih tehmanis kalian, dan cepatlah pergi dari sini terimakasih." Katanya dengan nada datar dan bosan.
"Pelayanan macam apa itu tadi?" ujar Ruli merasa kesal.
"Nih minum dulu, namamu siapa mas bro?" tanya nya sambil tersenyum halus.
"Nama saya Ahmad om," jawab siswa itu pelan.
"Om om, emang aku setua itu sialan? aku calon gurumu tau..." jawab Ruli sambil menjitak kepala siswa itu.
"Oh namamu Ahmad, ngomong-ngomong apa masalahmu, kenapa sampai terjadi hal membosankan seperti tadi mas bro?" tanya nya sambil menghisap rokoknya.
Lalu Ahmad pun menjawap,"sa..saya bolos selama dua minggu berturut-turut pak."
"Ohh cuman dua minggu? hahaha kamu masih lemah mas bro,aku dulu dua bulan santai saja, hahaha" ujar Ruli mencoba menghibur Ahmad.
"Bukan begitu pak, inikan sma unggulan, pasti saya bakalan di pecat, mama sama papa pasti bakalan marahin dan pukul saya nanti dirumah," ujar Ahmad dengan nada ketakutan.
"Oh jadi begitu,memangnya kenapa kamu bolos sekolah?" tanya Ruli sambil mematikan rokoknya.
"Sa.. saya takut pergi kesekolah, karena saya selalu dimarahin guru karena tidak pernah lulus ujian dan nilai saya selalu merah, saya juga malu diketawain teman-teman terus, mereka bilang saya idiot, dirumah juga papa dan mamah selalu marah dan berantem karena saya bodoh, akhirnya saya pergi dan membolos ke studio musik, disana banyak teman-teman yang mendukung dan mengakui saya," Jawab Ahmad sambil menunduk.
"Hei hai kawan jangan menunduk dan bersedih begitu, bukan kamu yang salah tapi orang disekitarmu yang terlalu bodoh tidak menyadari potensimu, sebaiknya kamu pulang dulu kerumah, langsung masuk saja kekamar dan kunci biar mamamu yang cerewet capek sendiri, tapi ingat jangan cemas, datang saja besok kesekolah, biar temanmu ini yang buktikan bahwa mereka salah, okeee?" tegas Ruli meyakinkan dan menyemangati Ahmad.
Tiba-tiba terdengarlah suara kepala sekolah dari speaker, memberikan pengumuman agar para calon guru yang mengikuti wawancara berkumpul di depan ruang kepala sekolah, karena hasil wawancara dan penentuan 5 orang guru yang akan di terima akan segera di umumkan secara langsung tanpa melalu speaker lagi.
"Huh... akhirnya mulai juga, yasudah masbro aku pergi dulu ya, igat besok datang, kalau sempat tidak datang kita bukan teman lagi, okedehh saatnya jadi guru, letsgooo!" ucap Ruli penuh semangat lalu berjalan meninggalkan Ahmat sembari malambaikan tangannya membelakangi ahmad, Ahmad pun tersenyum dan mengangguk.
"Semoga lulus pak!...." teriaknya memberi semangat, namun dia kembali malu dan menunduk karena suaranya membuat seisi kantin melihatnya.
Ruli kembali menoleh dan berkata,"siap mas bro, angkat kepalamu jangan menunduk terus, jika kamu percaya pada dirimu sendiri, maka tetaplah pegang kepercayaan itu agar dengan sendirinya orang lain akan percaya padamu."
Sesampainya di depan ruang kepala sekolah, para siswa osis mempersilahkan para calon guru untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Ruli pun meminta agar salah seorang calon guru pindah dari kursi didekat ibu Tesya agar dia yang duduk disana, pria itupun mau dan pindah kebelakang, dengan tersenyum Ruli duduk disamping ibu Tesya sambil menyapa,
"Hai... semoga kita lulus ya...," sapanya dengan berbisik.
"I... ia," jawap ibu Tesya sambil tertunduk malu.
Selang beberapa menit, Ibu kepala sekolahpun keluar dan memberikan sepatah dua kata, dilanjutkan dengan pengumuman nama-nama guru yang telah di terima.
"Baiklah bapak/ibu sekalian, setelah kami menilai dengan matang, kami telah memilih 5 orang diantara saudara sekalian yang akan menjadi guru baru di sekolah tercinta kita ini, semoga saudara adalah pilihan yang tepat bagi sekolah dan siswa siswi kita. Tanpa banyak bicara lagi saya akan mengumumkan nama-nama guru yang telah di terima, dan dimohon segera melakukan pendaftaran ulang di ruang kepala sekolah." Kepala sekolah berhenti sejenak untuk menerima lembaran hasil tes dari pak Toni.
"Baiklah yang pertama, Ibu Renata Anastasya sebagai guru kimia, Bapak Roni Adiansyah sebagai guru olah raga, Ibu Tesya Rembulan sebagai guru bahasa Ingris, selanjutnya Ibu Susi Sulastri sebagai guru biologi, dan yang terakhir Bapak Asep Sudarsono sebagai guru matematika,dan khusus untuk bapak Ruli Aretamus serta guru penilai dimohon keruang pribadi kepala sekolah sebentar. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih banyak."
Mendengar pengumuman tersebut guru yang diterimapun bahagia kegirangan dan saling bersalaman, begitu pula ibu Tesya, namun tiba-tiba ibu Tesya pun teringat bahwa Pak Ruli tidak diterima, diapun merasa sedih dan memberanikan diri berbicara kepada Ruli untuk memberikan semangat, dia menarik lengan jas Ruli sambil memanggilnya pelan.
"Per.. permisi pak Ruli, tetap semangat ya, mungkin belum waktunya, coba lagi di sma lain pasti diterima," ucapnya halus dan sedikit malu.
Ruli yang menyadari nya pun menoleh dan menjawab,"Baik... ibu guru cantik..., tenang saja, saya akan melakukan segala cara agar bisa jadi guru disini, karena menurut ramalan zodiak hari ini, gemini akan beruntung dengan angka keberuntungan nomor 6, sebenarnya saya juga sudah pasang lotre angka 6 tadi hehehe, baiklah... saya keruangan kepala sekolah dulu ya, bye bye!..." Ruli melambaikan tangan membelakangi Ibu Tesya dan berjalan meninggalkan nya.
Sesampainya di sana, Ibu kepala sekolah mempersilahkan Ruli duduk, disana juga ada para guru penilai yang tadi, Ruli merasa bingung.
"Siapanih yang bisa gw sogok ya? semoga aja lotre tadi pagi masuk buat modal bisa diterima jadi guru disini?" bisiknya dalam hati sembari mengamati wajah para guru penilai.
Setelah mereka semua duduk, Ibu kepala sekolah memulai percakapan.
"Maaf pak Ruli karena tidak diterima oleh para panitia sekolah karena berbagai alasan, namun jujur saya sebagai kepala sekolah dan pemilik sekolah sangat ingin bapak menjadi guru disini, namun dengan hak saya sebagai kepala sekolah, saya ingin memberikan kesempatan kepada bapak untuk menunjukkan kepantasan bapak menjadi seorang guru di sekolah ini."
Mendengar hal tersebut, para guru penilai terkaget-kaget dan mencoba membujuk kepala sekolah agar mempertimbangkan keputusannya, namun dengan gigih Ibu kepala sekolah percaya akan keputusannya dan kembali berkata,
"Saya tau akan kekhawatiran guru-guru sekalian, karena pak Ruli tidak terlihat seperti seorang guru dan memiliki tato, benar begitukan pak Toni? namun dengan pengalaman saya, saya percaya pada penilaian saya bahwa pak Ruli akan mengubah sedikit besarnya kondisi sekolah kita, maka mulailah mempersiapka diri," ujar Ibu kepala sekolah sambil tersenyum.
"Terimakasih banyak Ibu kepala sekolah, saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini," tegas Ruli sambil menunduk hormat.
Para gurupun tidak bisa berbicara apa-apa, dan hanya bisa mengiakan keputusan kepala sekolah, kepala sekolahpun melanjutkan perkataannya
"Namun pak Ruli, saya memberikan satu syarat agar bapak bisa meyakinkan saya bahwa keputusan saya adalah keputusan yang benar, syaratnya adalah, bapak boleh menjadi guru seni di sini asalakan bapak bisa membuat para murit tertarik pada bapak, bagaimanapun caranya terserah bapak asalkan tidak melanggar peraturan sekolah. Minimal 1 kelas yang tertarik dan saya berikan waktu seminggu, namun jika gagal dengan terpaksa bapak tidak diterima menjadi guru di sini, bagaimana? apakah bapak setuju?" ujar kepala sekolah sambil mengelap kaca matanya.
"Baik saya siap Ibu kepala sekolah, saya akan membuktikannya," tegas Ruli dengan penuh keyakinan.
***
Berakhirlah pertemuan mereka, Ruli pun pergi keluar dengan semangat, dia melihat seorang wanita berambut pendek sebahu dan berkaca mata melambaikan tangan dari arah pohon yang dia duduki tadi.
Dia penasaran siapa yang dipanggil wanita tersebut, Ruli melihat kebelakang, kekanan dan kekiri namun tidak ada orang, lalu dia menunjuk dirinya sendiri dan si wanita pun menunduk, Ruli yang masih kebingungan berjalan kearah pohon tersebut untuk menemui wanita itu, ternyata itu adalah Ibu Tesya yang menunggunya sambil mempersiapkan bekal makanan, Ruli pun tersenyum.
"Oh.. ibu cantik rupanya, saya kira malaikat," candanya menggoda ibu Tesya.
"Ia pak ini saya,saya membawakan makanan sebagai tanda terimakasih saya karena bapak sudah menolong saya tadi," ujar Ibu Tesya sembari menunjukkan bekal makanan yang dia bawa.
"Oh.. yang itu, ah sudahlah bu memang seharusnya orang yang kesusahan harus ditolong, ia kan?" jawab Ruli dengan tersenyum.
"I...ini pak bapak makan dulu, bekalnya di bawa kerumah saja tidak apa-apa, besok saja tempatnya dibalikkan," lanjut Ibu Tesya.
Karena tersadar Ruli belum memiliki tempat tinggal, diapun mengajak Ibu Tesya untuk makan di kantin saja.
"Ah.. ibu jadi repot, baiknya kita makan bersama saja dikantin, kitakan guru di sekolah yang sama, hehehe...", pinta Ruli.
"Hah.. jadi bapak diterima jadi guru? bagaimana bisa pak?" tanya Ibu Tesya penasaran.
"Mau taukan? makanya ayok makan bareng," jawab Ruli mengajak ibu Tesya, dan karena ibu Yesya penasaran, diapun mengiakan permintaan Ruli dan mereka berjalan ke arah kantin.
Sesampainya disana mereka duduk dan Ibu Tesya membuka bekal makanan yang dia bawa, Ruli pun melambaikan tangan kearah penjaga kantin untuk memesan dua teh manis, namun Ibu Tesya menolak dan meminta air putih saja, akhirnya Ruli hanya memesan satu teh manis dingin saja beserta bertanya dimana kaleng kerupuk nya.
Sipelayan tadi pun datang dan berkata, "ini minumannya, itu kerupuknya ambil saja sendiri, setelah pacarannya selesai cepat pergi terimakasih," ucapnya dengan nada datar.
"Ka..kami tidak pacaran kok..." bentak ibu Tesya tersipu malu. Ruli pun tersenyum dan bergegas mengambil satu kaleng kerupuk dan meletakkannya di meja mereka.
"Wah nampaknya enak ini masakan ibu, ayo kita sikat!..." ucap Ruli sambil berusaha mengambil daging ayam dengan tangannya, namun ibu Tesya memukul tangannya dengan halus.
"Ihhh cuci tangan dulu pak, setelah itu berdoa," ucapnya sembari mencuci tangan.
"Eh ia ia, saking terlihat enaknya sampai lupa bu, hahaha," Ruli pun mencuci tangannya dan berdoa.
"Udah kayak ibu rumah tangga aja," gumam Ruli.
"Ih... bapak...," bisik ibu Tesya karena malu.
Setelah itu Ruli mengambil 2 kerupuk dari kaleng, memberikan salah satunya kepada ibu Tesya. "Makan tanpa kerupuk itu bu, bagaikan air susu dibalas air tuba," katanya sambil memberikan kerupuknya, Ibu Tesya yang merasa kebingungan karena perumpamaan nya sama sekali tidak nyambung pun mengambilnya lalu mereka makan bersama.
Merekapun selesai makan, Ibu Tesya membereskan tempat bekalnya dan memasukkannya ke plastik dan mengelap meja.
Karena masih penasaran ibu Tesya kembali menanyakan kenapa pak Ruli bisa diterima di sekolah,sementara yang diterima hanya lima orang saja.
Ruli pun menjawab,"Kan sudah saya bilang, angka 6 memang yang terbaik hahaha...," jawap nya sambil tertawa.
Namun karena jawaban itu tidak membuat Ibu Tesya puas, dia pun kembali bertanya dan meminta pak Ruli agar serius.
"Ok ok deh, sebenarnya saya belum sepenuhnya di terima, karena saya diberi syarat untuk membuat minimal satu kelas murid-murid tertarik pada mata pelajaran saya, dan waktunya cuman satu minggu saja, tapi tenang saja itu gampang," jawab Ruli serius.
"Itu sama sekali tidak kampang loh pak! murid-murid di sekolah ini terkenal pintar-pintar dan serius, membuat mereka tertarik seperti itu susah loh..," tegas ibu Tesya meyakinkan Ruli.
"Oh begitu ya, malah lebih bagus kalau begitu, hahaha... tenang saja ibu cantik, saya pasti bisa membuat mereka tertarik," jawab Ruli sambil mengacungkan jempolnya.
"Ihh.. jangan bilang cantik mulu dong pak! nama saya Tesya," ucap Ibu Tesya terlihat malu.
Setelah bercakap cakap, akhirnya mereka pulang, Ruli menawarkan untuk mengantar Ibu Tesya ke kosan nya, namun ibu Tesya menolak dan beralasan kalau dia berjalan saja karena kosannya dekat dari sekolah, dan Ruli pun mengiakan,akhirnya mereka pulang masing-masing.
Saat menyalakan motornya, Ruli tiba-tiba tersadar karena dia belum menemukan kosan tempatnya tinggal, diapun mulai memikirkan kalau dinginnya malam ini akan dia lalui dibawah jembatan yang jorok, tapi dia teringat akan Ranto temannya, diapun menuju pos satpam dan menanyakan nomor ponsel Ranto kepada satpam yang bertugas disana, lalu dia menghubungi nomor itu.
"Halo sahabatku, teman baikku yang dermawan, bolehkanlah hamba satu kosan bersamamu teman," rayu Ruli kepada Ranto.
"Ini lo Rul? ah males asal dekat ama lu gw sial mulu, cari aja kosan lain, bye.." ucap Ranto ingin mematikan telephon nya.
Namun Ruli berteriak "Tunggu!... tunggu dulu dong, nanti kita bayar kosannya sama rata, kan lumayan ngurangin beban lo setengah Ran.., nanti urusan masak sama nyuci itu bagian gw deh, please..." bujuk Ruli memelas.
Karena merasa kalau perkataan Ruli ada benarnya juga dan terdengat menguntungkan, Ranto pun menyetujuinya dan memberikan alamat kosannya, lalu Ruli pun memacu motornya kesana sambil menggendong tas berisi baju-bajunya.
Setelah beberapa menit, Ruli melihat Ranto sedang duduk sambil ngudut di depan kosannya, diapun berhenti dan memasukkan motornya ke garasi kosan. Ranto mempersilahkannya masuk dan memberitahukan ibu khos kalau Ruli mau ngekos di kamarnya, karena Ruli terlihat agak tampan, si ibu kos pun mengiakan sambil tersenyum-senyum.
"Hati-hati Rul jangan sampai tergoda, suaminya polisi bisa mati kita," bisik Ranto.
"Siapa juga yang tergoda bodoh!" bisik Ruli menjawab namun masih menatap Ibu kos sambil menelan ludah.
Akhirnya mereka sekamar sekarang, malam itu mereka habiskan dengan mengenang masa lalu sambil bercanda gurau.
***